Kepala Tim Kerja Gerakan Tanah PVMBG Oktory Prambada mengatakan lokasi kejadian sebetulnya masuk zona kerentanan gerakan tanah rendah, namun berada dekat dengan sungai besar dan sempat diguyur hujan lebat.
"Itu fenomena tarikan sungai karena memang lagi curah hujan tinggi, sehingga daerah sempadan tertarik oleh air," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Oktory mengungkapkan daerah sempadan sungai memang punya potensi mengalami bencana geologi berupa gerakan tanah karena litologi tanah aluvium atau endapan.
Hujan lebat mengakibatkan kenaikan volume sungai, sehingga arus air yang deras menggerus wilayah sempadan sungai dan menimbulkan gerakan tanah.
"Makanya, (bentuk gerakan tanah) seperti longsor-longsor kecil yang berundak," papar Oktory.
Lebih lanjut Oktory mengimbau masyarakat yang bermukim pada kawasan sempadan sungai agar selalu waspada saat musim hujan tiba, karena ancaman bukan saja datang dari banjir, tetapi juga gerakan tanah.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, pada Sabtu (6/1) sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan gerakan tanah di Desa Sukamukti dan Desa Sukabungah yang berlokasi di Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Fenomena geologi itu menyebabkan ruas jalan penghubung kedua desa rusak akibat gerakan tanah.
Pemerintah daerah setempat saat ini masih terus berupaya memulihkan kondisi ruas jalan yang rusak tersebut agar bisa dilalui kembali oleh kendaraan roda empat.