Yerusalem (ANTARA) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Senin, mengatakan bahwa dia "belum siap untuk menghentikan" perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, dan mengklaim bahwa pernyataan Presiden AS Joe Biden tentang usulan gencatan senjata "tidak akurat."
"Saya belum siap menghentikan perang," kata Netanyahu dalam diskusi rahasia di Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, seperti dikutip stasiun televisi KAN.
Dia mengklaim rincian usulan gencatan senjata yang diajukan Biden "tidak akurat."
"Garis besar yang disampaikan Biden hanya parsial. Perang akan dihentikan dengan tujuan mengembalikan sandera dan kemudian kita akan berdiskusi," ujarnya.
"Ada detail yang dirahasiakan. Kami dapat berhenti berperang selama 42 hari untuk memfasilitasi kembalinya para sandera, namun kami tidak akan menyerah pada tujuan kami untuk meraih kemenangan penuh."
Perdana Menteri Israel itu menolak membahas jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai bagian dari usulan kesepakatan pertukaran sandera.
"Kami tidak akan setuju untuk mengakhiri perang tanpa mencapai tujuannya," kata Netanyahu. "Jumlah sandera yang akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan belum ditentukan."
Pada Jumat (31/5), Biden mengatakan Israel mengajukan kesepakatan tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan di wilayah pesisir tersebut.
Biden meminta kelompok perjuangan Palestina Hamas untuk menerima usulan tersebut dan mendesak Netanyahu untuk menolak tekanan dari anggota koalisi pemerintahannya untuk menolak rencana tersebut.
Namun, kantor Netanyahu menegaskan kembali pada Jumat bahwa pemerintah bermaksud untuk melanjutkan serangan mematikannya di Gaza sampai semua "tujuan" perang Tel Aviv tercapai.
Hamas, mengatakan pihaknya akan "menanggapi secara positif setiap usulan yang mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, upaya rekonstruksi, pemulangan pengungsi, dan penyelesaian kesepakatan pertukaran sandera yang komprehensif."
Israel terus melanjutkan serangan mematikannya di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Lebih dari 36.400 warga Palestina telah tewas di Gaza, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 82.600 lainnya terluka, menurut otorita kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.
Sumber: Anadolu