Kapuas Hulu (ANTARA) - Syahrul Gunawan mengenal kelok Sungai Kapuas sama seperti ia mengenal garis-garis di telapak tangannya. Ia lahir dan tumbuh besar di sebuah desa pesisir sungai yang dihuni banyak nelayan—termasuk sang ayah. Sejak kecil ia terbiasa menjelajah arus sungai menggunakan perahu kayu untuk mencari ikan. Baginya dan keluarga, memancing bukan hanya sekadar hobi, tetapi sumber penghidupan sehari-hari.
Syahrul dan keluarganya hidup dalam kesederhanaan. Mereka memanfaatkan anugerah sumber daya alam untuk terus bertahan. Sebagai anak terakhir, Syahrul juga berkeinginan untuk berkontribusi bagi keluarganya sebagaimana yang dilakukan oleh saudaranya yang lain. Namun, jalan yang ia pilih justru berbeda dengan ayahnya. Impiannya adalah bekerja sebagai mekanik di perkebunan kelapa sawit untuk meringankan beban keluarga.
Syahrul memang sangat gemar memancing tetapi ia tak ingin menjadikan aktivitas tersebut sebagai profesi utama. Ia memiliki minat terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan mesin. Ia pun sangat mengagumi industri kelapa sawit di daerahnya yang terus berkembang dengan kemajuan teknologi dan mekanisasi. Ia yakin bahwa dirinya, seorang anak desa dari Madang Permai, memiliki peluang untuk turut berkarya dalam industri tersebut.
“Kelapa sawit juga bagian dari sumber daya alam di daerah saya, bukan hanya perikanan di Sungai Kapuas. Saya ingin turut serta mengolah kekayaan alam itu dengan kemampuan yang saya punya. Saya yakin kesempatan itu ada dan terbuka lebar,” ujar Syahrul yang juga menyukai kegiatan jelajah alam.
Namun, ada tembok besar yang menghalangi antara Syahrul dengan cita-citanya, yaitu biaya pendidikan yang mahal. Untuk menjadi seorang mekanik andal, ia perlu terlebih dulu mempelajari ilmu-ilmu yang spesifik di perguruan tinggi. Lokasi kampus yang ia incar pun berada di Kota Pontianak, ibu kota provinsi Kalimantan Barat, yang berjarak 500 kilometer dari tempat tinggalnya. Sepuluh jam perjalanan darat dibutuhkan untuk mencapainya.
Baca juga: Sinar Mas Agribusiness and Food sediakan sarana pemadaman kebakaran
Syahrul tidak patah arang. Ia yakin bahwa selalu ada jalan bagi orang-orang yang tak henti berusaha. Pada situasi yang sulit itu, ia mendapatkan informasi bahwa Sinar Mas Agribusiness and Food melalui anak perusahaannya, PT Kartika Prima Cipta, membuka program beasiswa bagi para pelajar di Kabupaten Kapuas Hulu. Beasiswa itu akan memberikan biaya kuliah dan biaya hidup bagi para pelajar yang memenuhi kriteria.
“Saya mencari lebih banyak informasi beasiswa tersebut. Saya lalui setiap proses seleksinya dan puji syukur saya terpilih menjadi salah satu penerima beasiswa PT KPC angkatan 2017. Berkat beasiwa tersebut saya dapat berkuliah di Politeknik Negeri Pontianak jurusan Teknik Mesin dengan seluruh biaya yang ditanggung oleh perusahaan,” jelas Syahrul.
Menurut Syahrul, banyak sekali manfaat yang ia terima selama menjalani masa perkuliahan. Ia bisa belajar mengenai teknik mesin yang ia gemari, berjejaring dengan orang-orang yang memiliki latar belakang beragam, serta mendapatkan pendidikan karakter dari berbagai aktivitasnya di lingkungan kampus. Ia merasa bahwa perkuliahan ini menjadi salah satu masa terbaik dalam hidupnya; ia menjalaninya dengan penuh suka cita.
“Di antara banyak hal yang menyenangkan selama kuliah, saya paling suka sesi capacity building yang diberikan oleh para tutor dari Sinar Mas Agribusiness and Food. Mereka benar-benar memerhatikan kami para penerima beasiswa. Mereka membuat kami lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan di lingkungan kampus maupun di dunia kerja,” ucap Syahrul.
Setelah 4 tahun lamanya menempuh pendidikan di perguruan tinggi, Syahrul pun berhasil lulus dengan nilai yang cukup baik. Hal yang lebih membahagiakan adalah dirinya langsung bekerja di Belian Mill, sebuah pabrik kelapa sawit milik PT Paramitra Internusa Pratama, yang juga bagian dari Sinar Mas Agribusiness and Food. Ia memulai kariernya sebagai teknisi mesin di bagian perawatan umum sejak 2021 dan baru-baru ini dipercaya menangani mesin boiler.
“Saya sangat senang karena harapan saya dapat terwujud. Sekarang saya bisa mendukung keluarga saya melalui profesi dan industri yang saya suka. Saya ingin terus belajar dan berkembang untuk menjadi lebih baik,” ungkapnya. Di perusahaan ini, lanjut Syahrul, ia dapat mempelajari hal-hal yang sebelumnya tidak ia dapatkan dari perkuliahan. “Tim dan atasan saya sangat supportif,” tandasnya.
Syahrul adalah satu di antara 34 pelajar yang menerima beasiswa Sinar Mas Agribusiness and Food area Kalimantan Barat selama rentang waktu 2017-2024. Mereka tersebar di 7 perguruan tinggi di Kalimantan Barat dengan jurusan yang beragam. Sebanyak 25 orang telah lulus sementara 9 orang lainnya masih dalam proses menyelesaikan perkuliahan. Perusahaan telah menggelontorkan biaya sekitar Rp2,4 miliar untuk program beasiswa ini.
CEO Perkebunan Sinar Mas Agribusiness and Food wilayah Kalimantan Barat, Susanto Yang, mengatakan bahwa program beasiswa ini adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap pengembangan pendidikan generasi muda di sekitar area perusahaan. Melalui pendidikan yang baik, generasi muda akan mampu mencapai apa pun cita-cita mereka.
“Kami adalah bagian dari masyarakat Kalimantan Barat yang dengan senang hati mendukung generasi muda untuk mencapai tujuan mereka. Meskipun mereka memiliki cita-cita yang beragam, kami yakin bahwa pendidikan adalah jalan terbaik untuk mewujudkannya.
Generasi yang cerdas akan siap menghadapi berbagai tantangan zaman,” ungkapnya. Menurut Susanto, banyak di antara penerima beasiswa Sinar Mas Agribusiness and Food di Kalimantan Barat yang telah menjadi pekerja profesional maupun membangun usahanya sendiri. Ia mengapresiasi semangat para penerima beasiswa yang ingin terus berkarya dan memberi manfaat bagi pribadi, keluarga, serta masyarakat yang lebih luas dengan cara apa pun yang mereka bisa.
Baca juga: Sinar Mas Agribusiness and Food kembali buka beasiswa 2024
Beasiswa sawit bawa seorang anak nelayan memetik mimpi
Jumat, 21 Juni 2024 14:36 WIB