Washington (ANTARA) - Uni Emirat Arab (UEA) pada Selasa menyatakan "kekhawatiran mendalam" atas meningkatnya eskalasi setelah Israel melancarkan operasi darat pada Selasa pagi di Lebanon selatan.
"UEA menegaskan kembali posisi teguhnya terhadap persatuan Lebanon, kedaulatan nasional, dan integritas teritorial, dengan menekankan dukungan teguh negara tersebut bagi rakyat Lebanon selama masa yang penuh tantangan ini," kata Kementerian Luar Negeri UEA dalam sebuah pernyataan.
Presiden UAE Sheikh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan mengarahkan pengiriman paket bantuan mendesak senilai 100 juta dolar (sekitar Rp1,5 triliun) kepada rakyat Lebanon, tambahnya.
Menegaskan perlunya upaya internasional bersama untuk menghentikan eskalasi dan mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut, kementerian menyoroti pentingnya memberikan perlindungan penuh kepada warga sipil menurut hukum dan perjanjian internasional.
Pernyataan tersebut muncul setelah militer Israel mengatakan telah memulai "serangan darat terbatas, terlokalisasi, dan terarah berdasarkan intelijen yang tepat" terhadap kelompok Hizbullah Lebanon di desa-desa di Lebanon selatan yang dekat dengan perbatasan yang menimbulkan "ancaman langsung bagi masyarakat Israel di Israel utara."
Sejak 23 September, Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap yang disebut sebagai target Hizbullah di seluruh Lebanon dan menewaskan lebih dari 1.057 orang dan melukai lebih dari 2.950 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Beberapa pemimpin Hizbullah meninggal dunia dalam serangan itu, termasuk Hassan Nasrallah.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, menewaskan hampir 41.600 orang yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas Oktober 2023.
Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang kawasan yang lebih luas.
Sumber: Anadolu
Uni Emirat Arab nyatakan kekhawatiran atas meningkatnya eskalasi di Lebanon
Selasa, 1 Oktober 2024 17:01 WIB