Yogyakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Wamenkomdigi) Nezar Patria menegaskan pentingnya penguatan komunikasi publik dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak, karena perubahan iklim merupakan isu yang membutuhkan tindakan berbasis bukti kuat dan urgensi tinggi.
Hal itu disampaikan Wamenkomdigi pada acara Connect! #8 yang diselenggarakan Koneksi bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) bertajuk "Media Communication on Climate Change Policies".
Kegiatan itu yang menyoroti pentingnya penguatan komunikasi media terkait kebijakan perubahan iklim, serta peningkatan kolaborasi lintas sektor antara peneliti, lembaga pemerintah, mitra pembangunan, dan praktisi, sekaligus sebagai ajang mengupas hasil penelitian kolaboratif antara UGM dan Universitas Deakin (Australia) yang melibatkan 14 peneliti dari kedua negara.
Dalam kesempatan itu Wamenkomdigi menyampaikan perubahan iklim bukan hanya soal ilmu pengetahuan, tetapi juga masalah yang memerlukan tindakan berbasis bukti yang cepat dan tepat.
"Perubahan iklim adalah isu yang membutuhkan tindakan berbasis bukti yang kuat dan urgensi tinggi, bukan hanya menunggu semua fakta ilmiah untuk menjadi mutlak. Jurnalis sering kali berhadapan dengan topik yang kompleks seperti ini dan sangat penting bagi kita untuk menjembatani kesenjangan antara ilmuwan dan media," kata Wamenkomdigi Nezar Patria.
Ia mengapresiasi riset yang dilakukan Koneksi bekerja sama dengan UGM dan Deakin University, karena riset tersebut memiliki peran penting dalam membantu pemerintah merumuskan kebijakan komunikasi yang efektif, terutama dalam menyebarkan kesadaran tentang dampak perubahan iklim.
Diskusi Connect! #8 juga melibatkan sejumlah pakar dan tokoh, termasuk Direktur Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon (NEK) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) /Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Wahyu Marjaka, Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kusno Wibowo.
Keduanya menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menyebarluaskan informasi yang tepat dan menyeluruh mengenai kebijakan perubahan iklim, terutama untuk masyarakat di daerah rentan.
Rektor Deakin University Lancaster University Indonesia Campus Prof. Greg Barton turut berbicara tentang pentingnya pemahaman mengenai perubahan iklim yang mudah dimengerti seluruh lapisan masyarakat, sehingga tidak terjadi minimnya informasi yang bisa berdampak buruk, seperti membakar sampah sembarangan yang bisa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Chief AI & Corporate Strategy Kumparan Andrias Ekoyuono merespons perspektif dari sisi media dengan menawarkan tiga hal yakni pendekatan lokal agar lebih sesuai di tingkat lapangan, memberikan solusi bukan masalah, dan ketiga kolaborasi antara pembuat kebijakan, masyarakat, dan pelaku bisnis.
Hasil survei penelitian kolaboratif turut menjadi sorotan dalam diskusi bersama Dr. Anna Klas dari Universitas Deakin dengan mengeksplorasi dinamika pelaporan media di Indonesia dan Australia, yang berfokus pada perbedaan karakteristik bagaimana kedua negara menangani informasi kebijakan perubahan iklim, utamanya bagi masyarakat pedesaan yang berisiko.
Melalui hasil survei, alat multibahasa yang menerapkan teknik AI dikembangkan untuk memberikan informasi terkini, mudah diakses, dan akurat tentang perubahan iklim di wilayah dan diharapkan langkah tersebut dapat membantu memerangi misinformasi, mendorong ketahanan dan keterlibatan, serta membantu pengambilan keputusan yang terinformasi di masyarakat.
Direktur Kemitraan dan Relasi Global UGM Prof. Puji Astuti menyatakan kolaborasi yang dilakukan dengan Deakin University tidak hanya mencerminkan kerja sama akademik antar-institusi, tetapi juga menjadi contoh bagaimana diplomasi riset dan pendidikan dapat memperkuat hubungan antarbangsa.
"Dalam proyek ini, kami berupaya memahami bagaimana masyarakat, khususnya di pedesaan menerima, memproses, dan mempercayai informasi terkait kebijakan iklim, serta bagaimana kita bisa membangun kepercayaan publik melalui komunikasi yang inklusif dan berbasis data," katanya.
Untuk tim peneliti dari UGM dipimpin Prof Hilya Mudrika Arini dan Prof Fitri Trapsilawati, sedangkan dari Deakin University ada Prof Xiao Liu, Dr. Anna Klas, dan Dr. Adam Cardinili dengan lokasi riset mencakup wilayah Indonesia dan Australia, untuk menggambarkan tantangan lintas negara.