Pontianak (Antara Kalbar) -  Rata-rata kasus gizi buruk di masyarakat akibat lemahnya pengetahuan orang tua di bidang gizi bagi anak, faktor ekonomi, dan faktor kesehatan anak itu sendiri, kata Pelaksana Gizi Pusat Pemulihan Gizi Buruk "Fajar" Puskesmas Saigon, Pontianak Timur, Viantini.

Viantini menambahkan, seperti yang dialami oleh balita perempuan Talita (2,5 tahun) yang mengalami gizi buruk, karena kurangnya perhatian orang tuanya setelah melahirkan anak keduanya.

"Pada saat Talita masuk berat badannya hanya 5,9 kilogram, padahal idealnya anak tersebut berat badannya sekitar 10 kilogram, kini setelah mendapat perawatan selama tiga minggu, berat badan Talita sudah 8,2 kilogram," ungkapnya.

Sementara itu, Tari (20) ibu Talita salah seorang warga Jeruju, Kecamatan Pontianak Barat menyatakan, anaknya mengalami gizi buruk bukan karena kurang makan, tetapi dua bulan sebelumnya mengalami sakit sehingga harus dirawat di rumah sakit.

"Anak saya sewaktu itu mengalami sakit, muntaber sehingga berat badannya turun drastis, dan nafsu makannya juga kurang. Kini Alhamdulillah setelah dirawat sekitar 28 hari, berat badannya mulai naik," kata ibu dua anak tersebut.

Menurut dia, meskipun suaminya kerjaannya swasta, gajinya cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya, termasuk untuk membeli susu bagi anaknya.

Dalam kesempatan itu, Pelaksana Gizi Pusat Pemulihan Gizi Buruk "Fajar" Puskesmas Saigon menambahkan, sewaktu masuk kondisi Talita sangat memprihatinkan, dalam kondisi tidak sadar, tidak ada respon, lemah, sehingga langsung ditangani dengan serius hingga kini.

"Kini kondisi Talita sudah cukup sehat, tidak lagi lemah, sudah bisa bermain, dan melakukan aktivitas seperti layaknya balita seusianya," kata Viantini.

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013