Beberapa pekan terakhir, nama Klewang menjadi tidak asing bagi masyarakat di Provinsi Riau bahkan berbagai wilayah lainnya di tanah air, sama halnya dengan Ahmad Fathanah.
Klewang, pria berusia 57 tahun bernama asli Suardirejo asal Brebes, Jawa Tengah, ini menjadi sorotan berbagai media lokal maupun nasional karena sepak terjangnya yang begitu 'vulgar' dalam menjalankan aksi-aksi kejahatan.
Ketenaran Klewang bahkan nyaris setingkat dengan Olong Ahmad Fedeli Luran alias Ahmad Fathanah, tersangka kasus dugaan suap dari sejumlah perusahaan importir daging pada Januari 2013.
Cukup banyak kemiripan antarkedua orang tersangka kejahatan korupsi dan kriminil ini. Salah satunya, baik Klewang maupun Ahmad Fathanah sama-sama dikelilingi oleh wanita-wanita muda.
Klewang merupakan 'pentolan' tertinggi dari sejumlah kelompok geng motor di Pekanbaru, Riau. Dia ditangkap aparat Kepolisian Resort Kota (Polresta) Pekanbaru pada awal Mei 2013 bersama beberapa anggotanya yang masih 'belia'.
Sementara Ahmad Fathanah, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di salah satu kamar hotel saat bersama seorang mahasiswi, Maharani (20).
Keduanya memiliki kedekatan dengan banyak wanita cantik dan belia, semuanya itu terungkap dalam berita acara penyidikan baik di KPK maupun di kepolisian.
Sepak terjang kedua orang ini memang berbeda jalur. Kalau diibaratkan, yang satu kerap menaiki mobil mewah dengan gaya parlente, sementara yang satunya lagi cukup dengan menunggangi sepeda motor.
Jika Ahmad Fathanah mengenal dan merayu wanita dengan cara menghambur-hamburkan uang, sementara Klewang cukup dengan 'memutar otak' untuk kemudian 'mencuci otak' para kalangan pelajar yang mejadi 'santapannya'.
Berbeda jalur namun satu tujuan, keduanya melakukan aksi kejahatan yang benar-benar telah meresahkan dan menyengsarakan masyarakat banyak. Ahmad Fatanah dengan daging sapinya, sementara Klewang cukup dengan 'jimat-jimatnya' saja.
Klewang, menjadi sorotan lensa-lensa kamera awak media sejak tertangkap setelah sebelumnya sempat buron selama lebih dari satu tahun. 'Gaek' berusia lebih setengah abad ini disangkakan dengan sejumlah tindak kejahanan seperti perampokan, penjambretan, penganiayaan hingga pemerkosaan.
Tidak jauh berbeda dengan Fathanah, yang ditangkap KPK dengan sangkaan berbuat kejahatan secara bersekongkol untuk memperkaya perorangan maupun kelompok.
Jika Fathanah memanfaatkan wanita-wanita cantik 'kelas atas' untuk 'mencuci' uang hasil kejahatan korupsinya, Klewang juga demikian. Dia menyeleksi wanita-wanita belia untuk dijadikan sebagai bendahara, menyimpan uang hasil kejahatan di jalanan.
Kejahatan Terorganisasi
Menurut pandangan ahli, kejahatan yang dilakukan Fathanah merupakan kejahatan yang terorganisir dengan rapi hingga sulit 'tercium' dengan 'hidung' tanpa mendeteksinya seperti KPK dengan alat penyadapnya. Apakah ada unsur bisnis politik? para ahli tidak nemapiknya.
Buktinya, uang suap bersandi 'daging busuk' itu juga mengalir pada salah satu petinggi partai politik yang kini juga telah menjadi tersangka.
Demikian juga Klewang, setelah bertahun-tahun aksi kejahatannya menimbulkan begitu banyak korban, pria ini baru dapat diringkus dengan ragam pengakuan yang mengejutkan. Aparat mengindikasikan kejahatan oleh Klewang dan kelompoknya merupakan kejahatan yang terorganisir.
Salah satunya, terindikasi kelompok geng motor yang dipimpin pria gaek ini dibekingi oleh oknum aparat penegak hukum.
Benar atau tidak, namun inilah alasan yang menguatkan indikasi itu. Pertama, beberapa dari anggota geng motor pimpinan Klewang merupakan anak anggota polisi.
Indikasi kedua, kelompok-kelompok geng motor ini telah dibentuk sejak 2011, berbagai tingkah onar ketika itu sudah bermunculan, kejahatan di jalanan terus mewarnai 'episode demi episode' keberingasan para brandal ini. Namun aparat baru berhasil mengungkap otak intelektualnya (Klewang) setelah dua tahun kemudian.
Dugaan ketiga, meski razia selalu dilakukan aparat kepolisian setempat, namun aksi-aksi balap liar di Pekanbaru, Riau, terus saja marak di berbagai lokasi jalanan.
Atas tiga indikasi tersebut, Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polresta Pekanbaru, Kompol Arief Fajar Satria mengaku akan menyelidikinya.
"Jika terbukti, maka oknum tersebut akan mendapat hukumannya. Tidak ada pembelaan bagi aparat yang terlibat kejahatan atau tindak pidana," kata Kepala Polresta Pekanbaru, Kombes (Pol) Adang Ginanjar di Pekanbaru, Minggu (19/5).
Apapun kemiripan dari keduanya, baik Klewang dan Ahmad Fathanah tidak baik untuk menjadi panutan. Pelaku kejahatan korupsi dan kriminil ini merupakan beberapa kisah dari sekian banyak koruptor dan pelaku kejahatan di jalanan.
Hukuman berat bagi keduanya, akan menjadi efek jera bagi Klewang-Klewang dan Fathanah-Fathanah lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Klewang, pria berusia 57 tahun bernama asli Suardirejo asal Brebes, Jawa Tengah, ini menjadi sorotan berbagai media lokal maupun nasional karena sepak terjangnya yang begitu 'vulgar' dalam menjalankan aksi-aksi kejahatan.
Ketenaran Klewang bahkan nyaris setingkat dengan Olong Ahmad Fedeli Luran alias Ahmad Fathanah, tersangka kasus dugaan suap dari sejumlah perusahaan importir daging pada Januari 2013.
Cukup banyak kemiripan antarkedua orang tersangka kejahatan korupsi dan kriminil ini. Salah satunya, baik Klewang maupun Ahmad Fathanah sama-sama dikelilingi oleh wanita-wanita muda.
Klewang merupakan 'pentolan' tertinggi dari sejumlah kelompok geng motor di Pekanbaru, Riau. Dia ditangkap aparat Kepolisian Resort Kota (Polresta) Pekanbaru pada awal Mei 2013 bersama beberapa anggotanya yang masih 'belia'.
Sementara Ahmad Fathanah, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di salah satu kamar hotel saat bersama seorang mahasiswi, Maharani (20).
Keduanya memiliki kedekatan dengan banyak wanita cantik dan belia, semuanya itu terungkap dalam berita acara penyidikan baik di KPK maupun di kepolisian.
Sepak terjang kedua orang ini memang berbeda jalur. Kalau diibaratkan, yang satu kerap menaiki mobil mewah dengan gaya parlente, sementara yang satunya lagi cukup dengan menunggangi sepeda motor.
Jika Ahmad Fathanah mengenal dan merayu wanita dengan cara menghambur-hamburkan uang, sementara Klewang cukup dengan 'memutar otak' untuk kemudian 'mencuci otak' para kalangan pelajar yang mejadi 'santapannya'.
Berbeda jalur namun satu tujuan, keduanya melakukan aksi kejahatan yang benar-benar telah meresahkan dan menyengsarakan masyarakat banyak. Ahmad Fatanah dengan daging sapinya, sementara Klewang cukup dengan 'jimat-jimatnya' saja.
Klewang, menjadi sorotan lensa-lensa kamera awak media sejak tertangkap setelah sebelumnya sempat buron selama lebih dari satu tahun. 'Gaek' berusia lebih setengah abad ini disangkakan dengan sejumlah tindak kejahanan seperti perampokan, penjambretan, penganiayaan hingga pemerkosaan.
Tidak jauh berbeda dengan Fathanah, yang ditangkap KPK dengan sangkaan berbuat kejahatan secara bersekongkol untuk memperkaya perorangan maupun kelompok.
Jika Fathanah memanfaatkan wanita-wanita cantik 'kelas atas' untuk 'mencuci' uang hasil kejahatan korupsinya, Klewang juga demikian. Dia menyeleksi wanita-wanita belia untuk dijadikan sebagai bendahara, menyimpan uang hasil kejahatan di jalanan.
Kejahatan Terorganisasi
Menurut pandangan ahli, kejahatan yang dilakukan Fathanah merupakan kejahatan yang terorganisir dengan rapi hingga sulit 'tercium' dengan 'hidung' tanpa mendeteksinya seperti KPK dengan alat penyadapnya. Apakah ada unsur bisnis politik? para ahli tidak nemapiknya.
Buktinya, uang suap bersandi 'daging busuk' itu juga mengalir pada salah satu petinggi partai politik yang kini juga telah menjadi tersangka.
Demikian juga Klewang, setelah bertahun-tahun aksi kejahatannya menimbulkan begitu banyak korban, pria ini baru dapat diringkus dengan ragam pengakuan yang mengejutkan. Aparat mengindikasikan kejahatan oleh Klewang dan kelompoknya merupakan kejahatan yang terorganisir.
Salah satunya, terindikasi kelompok geng motor yang dipimpin pria gaek ini dibekingi oleh oknum aparat penegak hukum.
Benar atau tidak, namun inilah alasan yang menguatkan indikasi itu. Pertama, beberapa dari anggota geng motor pimpinan Klewang merupakan anak anggota polisi.
Indikasi kedua, kelompok-kelompok geng motor ini telah dibentuk sejak 2011, berbagai tingkah onar ketika itu sudah bermunculan, kejahatan di jalanan terus mewarnai 'episode demi episode' keberingasan para brandal ini. Namun aparat baru berhasil mengungkap otak intelektualnya (Klewang) setelah dua tahun kemudian.
Dugaan ketiga, meski razia selalu dilakukan aparat kepolisian setempat, namun aksi-aksi balap liar di Pekanbaru, Riau, terus saja marak di berbagai lokasi jalanan.
Atas tiga indikasi tersebut, Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polresta Pekanbaru, Kompol Arief Fajar Satria mengaku akan menyelidikinya.
"Jika terbukti, maka oknum tersebut akan mendapat hukumannya. Tidak ada pembelaan bagi aparat yang terlibat kejahatan atau tindak pidana," kata Kepala Polresta Pekanbaru, Kombes (Pol) Adang Ginanjar di Pekanbaru, Minggu (19/5).
Apapun kemiripan dari keduanya, baik Klewang dan Ahmad Fathanah tidak baik untuk menjadi panutan. Pelaku kejahatan korupsi dan kriminil ini merupakan beberapa kisah dari sekian banyak koruptor dan pelaku kejahatan di jalanan.
Hukuman berat bagi keduanya, akan menjadi efek jera bagi Klewang-Klewang dan Fathanah-Fathanah lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013