Pontianak (Antara Kalbar) - Letak Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, dan Pontianak, di Kalimantan Barat, kalau dilihat di peta Pulau Kalimantan, terpisah oleh jarak yang sangat jauh.

Jarak itulah, sekitar 1.400 kilometer, yang ditempuh 94 peserta dengan 17 kendaraan Tim Borneo Mupen on the Road Kalbar dari Pontianak menuju Banjarmasin melalui Trans Kalimantan poros selatan.

Tim berangkat dari Kota Pontianak, pada Rabu (12/6), diantar oleh Kepala Polda Kalbar Brigjen Pol Tugas Dwi Aprianto dari Markas Polair Polda Kalbar di Jalan Khatulistiwa Pontianak Utara hingga Tugu Ali Anyang, di Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

Selain memberi pengawalan sepanjang perjalanan, pihak kepolisian ikut dilibatkan mengingat kegiatan tersebut bagian dari Program KB Kesehatan Bhayangkara, kerja sama antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta Polri. Raungan sirine dan imbauan tentang program KB, terdengar lantang dari mobil-mobil unit penerangan (Mupen) yang turut serta.

Sepanjang perjalanan, tim berhenti di beberapa lokasi. Pemberhentian pertama di Puskesmas Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, untuk beristirahat sekaligus melihat pelayanan KB yang dilakukan petugas setempat.

Setelah menyeberangi Sungai Kapuas di Tayan Hilir, perjalanan dilanjutkan ke Kabupaten Ketapang dengan pemberhentian di Puskesmas Balai Berkuak. Waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan. Tim tiba pukul 16.00 WIB. Tercatat untuk pengguna pil KB delapan orang, pil 18 orang, dan implant enam orang.

Kemudian setelah satu jam beristirahat, perjalanan kemudian terus ke arah selatan menuju Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, yang berbatasan dengan Kabupaten Lamandau, Kalteng. Sekitar pukul 19.00 WIB, tim akhirnya tiba di Kecamatan Nanga Tayap untuk bermalam.

Esok paginya, tim menuju ke perbatasan Kalbar - Kalteng. Perjalanan terasa nyaman karena Jalan Trans Kalimantan poros Selatan yang telah beraspal mulus. Namun, sekitar 10 kilometer dari Nanga Tayap, perjalanan harus melalui jalan perusahaan milik Alas Kusuma Grup karena ada beberapa jembatan yang belum tuntas dikerjakan di ruas jalan tersebut.

Tim dari Kalbar yang terdiri atas dua kendaraan pengawal patroli jalan raya, satu bis, empat kendaraan pribadi dan 9 unit mobil uni penerangan (mupen) KB, mulai memasuki jalan tanah merah, berukuran sempit dan naik turun perbukitan serta tikungan tajam.

Bis milik Polda Kalbar sempat harus susah payah menaiki tanjakan dengan tingkat kemiringan yang tinggi. Akhirnya, 12 kilometer sebelum perbatasan, rute kembali memasuki jalan beraspal. Sekitar pukul 11.00 WIB, rombongan tiba di Kudangan, Kabupaten Lamandau, disambut oleh Tim Borneo Mupen on the Road Kalteng.

Di Kota Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau, tiga jam perjalanan dari Kudangan, Bupati Marukan menyambut dan menjamu rombongan. Sekaligus beristirahat dan bermalam di kota yang 10 tahun silam menjadi daerah otonom baru itu.

Dari Lamandau, Kamis (13/6) pagi, perjalanan dilanjutkan ke Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalbar, Dwi Listyawardani, ingin menjajal rute berjarak lebih dari 200 kilometer itu, dengan mengemudi Toyota Fortuner yang ditumpanginya.

Sepanjang perjalanan, terlihat bukit yang gundul dan areal perkebunan dalam skala luas. Dari Sampit, setelah menginap semalam, kota berikutnya adalah Kuala Kapuas, di perbatasan Kalteng - Kalsel. Titik pemberhentian di Kecamatan Kota Besi (Kabupaten Kotawaringin Timur), Kasongan (Kabupaten Katingan), Kota Palangkaraya (disambut dan dilepas oleh Wali Kota Riban Setia), dan Kecamatan Jabiren (Kabupaten Pulang Pisau). Kuala Kapuas dicapai ketika jam menunjukkan pukul 18.00 WIB.

Minggu (16/6) pagi, selepas ritual rutin berupa upacara singkat di depan losmen tempat menginap, perjalanan berlanjut ke Banjarmasin. Setelah disambut di perbatasan Kalteng - Kalsel, tim yang kini berjumlah hampir 40 unit kendaraan, tiba di Kota Banjarmasin. Perjalanan itu, tuntas ditempuh rombongan.

Bagian Investasi
Banyak yang mempertanyakan tujuan dari Borneo Mupen on the Road. Seorang rekan, di luar anggota tim yang berangkat ke Banjarmasin, bahkan menilai kegiatan itu hanya sekedar "jalan-jalan", menghabiskan anggaran.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalbar, Dwi Listyawardani mengakui, selama ini gaung program KB, terutama sejak era reformasi, kurang terdengar dengan kencang. Terlebih lagi dengan adanya era otonomi daerah yang membuat masing-masing daerah mempunyai persepsi berbeda tentang KB dan kependudukan.

Ia mengingatkan, dampak dari program KB tidak serta merta dapat dinikmati penggunanya. "Jangan pikirkan proses dan hasil yang `instant`. Karena ini adalah bagian dari investasi masa depan," ujar dia.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalteng, Kusnadi mengatakan, kualitas sumber daya manusia lebih penting dibanding kuantitas yang sekedarnya. "Lahan yang luas bukan berarti tidak perlu mengatur jumlah anak," kata dia mengingatkan.

Tingkat kepadatan penduduk di Kalteng berkisar 14 jiwa per kilometer persegi. Bahkan di Kota Palangka Raya, perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan, satu berbanding satu hektare.

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Landak, B Darmo CL mengatakan, Borneo Mupen on the Road membuat masyarakat kembali peduli dengan program KB. "Masyarakat melihat kembali, apa saja program KB," kata Darmo yang ikut dari Pontianak hingga Banjarmasin itu.

Sementara Kepala Kantor Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBP3A) Kabupaten Sekadau, Honorius Bruno mengatakan, bertemu dengan instansi lain di provinsi yang berbeda sepanjang perjalanan dari Pontianak ke Banjarmasin, menimbulkan keterikatan emosional.

"Ada semangat kekeluargaan yang muncul," kata Bruno.

Ia menambahkan, banyak manfaat yang diperoleh setelah mengikuti Borneo Mupen on the Road tersebut. "Di perjalanan, banyak yang bisa dicontoh, terutama daerah pemekaran di Kalteng," ujar dia.

Ia mencontohkan di Kabupaten Lamandau, yang terbilang baru sebagai daerah pemekaran, namun sudah menyiapkan infrastruktur untuk beberapa tahun ke depan.

Inisiatif Kalimantan
BKKBN mempunyai program nasional dalam memperkenalkan dan menggaungkan kembali program KB di masyarakat. Tahun lalu, berupa Mupen on the Road sepanjang Jawa hingga Madura. Sedangkan tahun ini, menyusuri Pulau Sumatera dari Aceh hingga Lampung.

Kusnadi mengatakan, saat pertemuan bersama perwakilan BKKBN se-Kalimantan, tercetus ide untuk mengadakan Borneo Mupen on the Road. Sumber pendanaan berbagi bersama. Puncak acara di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel.

Dwi Listyawardani mengakui, Borneo Mupen on the Road menjadi ajang yang sangat baik untuk bersilaturahmi.

"Meski Kalbar dan Kalteng bertetangga, tetapi jarang bertemu karena kalau ada pertemuan, dipisahkan secara regional. Kalbar bergabung dengan Indonesia Barat, Kalteng dengan Indonesia Tengah," ungkap dia.

Salah satu hasil pengamatan yang diperoleh sepanjang perjalanan dari Pontianak hingga Banjarmasin, yakni rendahnya angka metode kontrasepsi jangka panjang. Dwi Listyawardani mengatakan, fakta itu menjadi tantangan program KB di Kalimantan.

Sementara, ia menambahkan, metode kontrasepsi jangka panjang merupakan solusi efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.

"Ini menjadi tantangan bersama, supaya metode tersebut bisa diterima masyarakat. Terlebih lagi bagi mereka yang berada di pedalaman," kata Dwi Listyawardani.

Di Kalteng, peserta KB aktif tercatat 67,5 persen. "Untuk metode kontrasepsi jangka panjang masih di bawah 10 persen. KB pria, baru berkisar 2,5 persen saja," kata Kusnadi.

Kalimantan pulau yang sangat luas. Kekayaan alam yang dimiliki tak akan berarti tanpa penguasaan dari sumber daya manusia yang berkualitas. "Untuk itu, program KB hadir, guna menciptakan keluarga yang berkualitas, dengan dua anak, bakal lebih baik," demikian Dwi Listyawardani.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013