Sintang (Antara Kalbar) - Kepala Lapas Kelas II B Sintang, Pudjiono Riadi mengatakan kericuhan  berawal dari razia narkoba, Selasa (24/9), sekitar pukul 20.00. Razia dilakukan petugas  dengan mendatangi blok tahanan.

Hasil razia, ditemukan  alat hisap sabu, dan plastik yang diduga bekas pembungkus sabu. Meski razia menemukan barang bukti, tapi gagal mengendus pemiliknya. “Kami menilai memang ada beberapa penghuni lapas yang tidak suka karena sering dirazia,” kata Pudjiono.

Menurut Kalapas, sudah sering ditemukan alat hisap sabu saat razia serupa dilakukan.  Bahkan sebelumnya pernah ditemukan dua linting ganja.  
Sementara mengenai narkoba bisa masuk ke dalam Lapas, kata Kalapas, disinyalir dilempar dari luar.  

Kemudian Rabu (25/9 ) pagi, menindaklanjuti razia pada Selasa malam digelar tes urine. Terhadap tes tersebut,  lima penghuni blok A tidak senang. Kelimanya adalah tahanan kasus narkotika. Lalu  dua penghuni blok A itu beradu mulut dengan Kepala Lapas.

Karena merasa tak dihargai,  Kalapas menampar salah seorang dari kedua Napi itu.

Napi yang ditampar langsung berteriak dengan diikuti keempat penghuni blok A. Teriakan Napi ini memancing aksi napi penghuni blok lain, karena Napi yang ditampar menyatakan sudah dianiaya.

Napi kemudian berkerumum di Ring I, lalu terjadi  saling dorong dengan petugas Lapas. Petugas terdesak lalu keluar dari Ring I. Kemudian Napi melempar batu ke arah petugas. Akibatnya, sejumlah  kaca gedung bagian atas pecah.
         
Salah seorang warga binaan perempuan yang dievakuasi ke ruang rapat Lapas, mengatakan soal insiden kericuhan, kalau  banyak penghuni  kesal dengan Kalapas baru. Pasalnya, Kalapas sekarang lebih ketat dibanding Kalapas sebelumnya.

Aturan yang diterapkan juga  membuat ruang gerak tahanan menjadi terbatas. Bahkan ingin menjemur pakaian sekalipun  ikut diatur.  Kemudian Kalapas baru juga sering menggelar razia kepada penghuni Lapas.   

Ia menambahkan  rasa kesal sebagian tahanan juga akibat Pembebasan Bersyarat (PB) yang sudah diajukan tidak diurus pihak Lapas. Padahal sudah membayar kepada oknum petugas Lapas.  Ia sendiri mengaku telah menyetor kepada oknum petugas untuk mengurus PB.

"Sebenarnya saya sudah bisa bebas kalau PB diurus. Alasan petugas kendala itu (PB) ada di atasan. Kalau memang tak bisa diurus lebih jangan ambil duitnya. Pastikan dulu. Kasihan keluarga kami," kata tahanan yang enggan identitasnya ditulis karena alasan keamanan seraya menyebut mendekam di Lapas sejak 2010 karena  terjerat kasus narkotika.

Pewarta: Tantra Nur Andi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013