Pontianak (Antara Kalbar) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Sudibyo Alimoeso, mengatakan saat penutupan seminar tersebut, BKKBN sejak tahun 1971 bertujuan menurunkan angka kelahiran yang ketika itu masih 5,1 di Indonesia. Seiring perjalanan waktu terjadi penurunan angka kelahiran. Namun sejak 10 tahun terakhir, angka kelahiran di Indonesia konsisten berada pada 2,6.

"Angka kelahiran di Kalbar justru mengalami peningkatan dari 2,8 menjadi 3,1. Bahkan angka kelahiran di Kalbar tertinggi secara nasional," katanya.

Ia juga mengaku khawatir, tingginya angka kelahiran di Kalbar itu ternyata 33 persen di antaranya karena adanya kelahiran pada usia muda berkisar 15-19 tahun dan dengan status belum menikah. "Ini artinya ada tren hamil dahulu baru menikah," kata dia lagi.

Deputi itu mengingatkan, guna menyongsong tahun Bonus Demografi 2025, dibutuhkan generasi yang berkualitas baik. Generasi yang diharapkan berkualitas baik itu adalah mereka yang kini berusia 15-19 tahun.

Indonesia akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030. Bonus demografi adalah dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar, sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Pembicara yang hadir seminar tersebut, terdiri dari para peneliti kependudukan dari beberapa perguruan tinggi di Kalbar dan satu dari Surabaya DR Setiasih.

Mereka memaparkan hasil penelitian yang dilakukan selama 1,5 bulan mengenai isu kependudukan, keluarga berencana, penggunaan alat kontrasepsi dan nilai anak di komunitas agama dan suku-suku yang ada di Kalbar. *

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013