Pontianak (Antara Kalbar) - Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi besar dalam kedapatan mineral radioaktif Uranium dengan nilai sedikitnya 25 ribu ton, kata Kepala Bidang Eksplorasi Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Dr Ngadenin Hadisuwito.
"Hingga Mei 2014, terdapat 25.436 ton U3O8 di Kalan saja. Belum di Melawi dan Kapuas Hulu," katanya di Pontianak, Jumat.
Angka tersebut terdiri dari 1.608 ton kategori terukur, 6.456 ton terindikasi, 2.648 ton kategori tereka dan 14.727 ton hipotetik, ujarnya.
Penyelidikan umum keberadaan mineral Uranium di Kalimantan, lanjut dia, telah dimulai pada 1970 di wilayah sekitar 266.000 Km2 bekerja sama dengan CEA Prancis.
Dilanjutkan tahap eksplorasi pada 1974 yang difokuskan pada daerah Kalan dan Melawi-Mahakam sekitar 30.000 Km2 hingga 1977.
Dari beberapa sektor potensial di Kalan, sekitar Eko-Remaja merupakan sektor yang paling potensial, sehingga dibuatlah terowongan eksplorasi untuk mengetahui jumlah sumber daya Uranium kategori terukur pada Januari 1981-Agustus 1991.
Bijih Uranium di sekitar Eko-Remaja berupa lempengan-lempengan dengan panjang dan lebar mencapai puluhan meter dengan tebal sentimetrik hingga metrik yang saling sejajar memotong bukit Eko-Remaja, ungkapnya.
Selain di Kalan, Batan juga menyelidiki daerah lainnya seperti di desa Rangkung dan Pangkalan Batu, Kecamatan Rangkung yang selain Uranium, ditemukan juga mineral radioaktif Kalium dan Thorium.
"Thorium ini penting, karena merupakan sumber energi nuklir utama di masa depan karena memiliki banyak keunggulan dibanding Uranium seperti kelimpahan hingga lima kali lipat," tuturnya.
Di Kalbar, Thorium terdapat pada mineral monasit yang dikenali keberadaannya bersama Zirkon, Ilmenit dan mineral berat lainnya pada endapan plaser sungai atau pantai, seperti di Kabupaten Ketapang, Nanga Tayap, Tumbang Titi dan Marau, ucapnya.
Sementara itu Kepala Batan Dr Djarot Wisnubroto mengatakan Uranium di Indonesia sedikitnya mencapai 60 ribu ton dengan wilayah potensial seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Sulawesi Barat dan Papua.
Namun demikian, ia mengingatkan, penambangan mineral radioaktif tak dapat dilakukan secara komersial karena tak ada peraturan yang membolehkannya.
"Jadi kalaupun ada PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) pun kita tetap mengimpor Uranium seperti juga banyak negara lain yang memiliki deposit Uranium besar, namun tetap mengimpor. Jadi kita simpan saja untuk generasi yang akan datang. Kebetulan harga Uranium masih murah," ujarnya.
(D009/C. Hamdani)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Hingga Mei 2014, terdapat 25.436 ton U3O8 di Kalan saja. Belum di Melawi dan Kapuas Hulu," katanya di Pontianak, Jumat.
Angka tersebut terdiri dari 1.608 ton kategori terukur, 6.456 ton terindikasi, 2.648 ton kategori tereka dan 14.727 ton hipotetik, ujarnya.
Penyelidikan umum keberadaan mineral Uranium di Kalimantan, lanjut dia, telah dimulai pada 1970 di wilayah sekitar 266.000 Km2 bekerja sama dengan CEA Prancis.
Dilanjutkan tahap eksplorasi pada 1974 yang difokuskan pada daerah Kalan dan Melawi-Mahakam sekitar 30.000 Km2 hingga 1977.
Dari beberapa sektor potensial di Kalan, sekitar Eko-Remaja merupakan sektor yang paling potensial, sehingga dibuatlah terowongan eksplorasi untuk mengetahui jumlah sumber daya Uranium kategori terukur pada Januari 1981-Agustus 1991.
Bijih Uranium di sekitar Eko-Remaja berupa lempengan-lempengan dengan panjang dan lebar mencapai puluhan meter dengan tebal sentimetrik hingga metrik yang saling sejajar memotong bukit Eko-Remaja, ungkapnya.
Selain di Kalan, Batan juga menyelidiki daerah lainnya seperti di desa Rangkung dan Pangkalan Batu, Kecamatan Rangkung yang selain Uranium, ditemukan juga mineral radioaktif Kalium dan Thorium.
"Thorium ini penting, karena merupakan sumber energi nuklir utama di masa depan karena memiliki banyak keunggulan dibanding Uranium seperti kelimpahan hingga lima kali lipat," tuturnya.
Di Kalbar, Thorium terdapat pada mineral monasit yang dikenali keberadaannya bersama Zirkon, Ilmenit dan mineral berat lainnya pada endapan plaser sungai atau pantai, seperti di Kabupaten Ketapang, Nanga Tayap, Tumbang Titi dan Marau, ucapnya.
Sementara itu Kepala Batan Dr Djarot Wisnubroto mengatakan Uranium di Indonesia sedikitnya mencapai 60 ribu ton dengan wilayah potensial seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Sulawesi Barat dan Papua.
Namun demikian, ia mengingatkan, penambangan mineral radioaktif tak dapat dilakukan secara komersial karena tak ada peraturan yang membolehkannya.
"Jadi kalaupun ada PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) pun kita tetap mengimpor Uranium seperti juga banyak negara lain yang memiliki deposit Uranium besar, namun tetap mengimpor. Jadi kita simpan saja untuk generasi yang akan datang. Kebetulan harga Uranium masih murah," ujarnya.
(D009/C. Hamdani)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014