Pontianak (Antara Kalbar) - Satuan Petugas (Satgas) Antisipasi Pembakaran Hutan dan Lahan provinsi Kalimantan Barat akan memfokuskan pemadaman titik api di kabupaten Ketapang.
"Berdasarkan hasil rapat hari ini, kita akan memfokuskan pemadaman api di Ketapang karena kabupaten itu memang yang paling banyak titik apinya," kata Komandan Satgas Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya di Pontianak, Jumat.
Satgas menggelar evaluasi terkait kinerja yang telah dilakukan selama ini dalam menekan banyaknya titik api dan penanggulangan bencana asap yang terjadi di provinsi itu dan termasuk penanganan ke depannya.
Christiandy menjelaskan dari hasil evaluasi yang dilakukan diketahui kendala yang ada di lapangan adalah banyak api yang muncul kembali meski telah dipadamkan.
Hal itu disebabkan adanya bara api sisa lahan yang terbakar masuk ke dalam tanah dan akan menyulut kembali api ketika bagian permukaan tanah sudah kering.
"Hal itu dikarenakan sebagian besar lahan yang terbakar di Kalbar ini, berada di lahan gambut, sehingga penanganannya memang sedikit sulit, namun terus kita lakukan," ujarnya.
Christiandy menjelaskan, hingga saat ini peluncuran bom air untuk memadamkan api pada daerah yang sulit dijangkau terus dilakukan.
Namun permasalahan yang dihadapi adalah helikopter Camov yang digunakan untuk menjatuhkan bom air itu memiliki kemampuan terbang selama tiga jam, dimana untuk mencapai Ketapang dari Pontianak memerlukan waktu satu jam, sehingga untuk pulang dan pergi memakan waktu dua jam.
"Artinya helikopter itu hanya bisa bekerja satu jam. Makanya, mulai besok, helikopter itu akan diposisikan di Ketapang, sehingga ketika ada titik api, bisa langsung memadamkannya dan lebih efisien di segi waktu dan dengan demikian, akan semakin banyak area yang bisa dibom dengan air," katanya.
Dia juga menambahkan, dari hasil evaluasi itu juga diketahui bahwa asap yang terjadi di Kalbar bukan hanya berasal dari pembakaran lahan di provinsi itu tetapi juga dari daerah lainnya.
Karena dari pantauan satelit dari pihak BPBD Kalbar terjadi penurunan titik api namun asap masih semakin pesat.
"Terkait hal itu, kami mengambil kesimpulan perlu dilakukan upaya bersama antara pemerintah provinsi lain selain Kalbar untuk penanggulangan asap ini, khususnya untuk provinsi yang menghasilkan titik api terbanyak seperti Kalteng, Riau dan lain sebagainya," katanya.
Jika pemadaman dilakukan secara bersamaan, diharapkan titik api bisa diperkecil dan kepekatan asap menurun.
Dari hasil rapat yang dilakukan pihaknya, Christiandy merasa Satgas yang telah dibentuk memiliki kewajiban untuk melaporkan kinerja mereka baik kepada masyarakat maupun pemerintah pusat, karena itu sudah menjadi perhatian presiden dan kementerian terkait.
"Apalagi ini juga menimbulkan kerugian bagi kita semua, tidak hanya masyarakat, saya sendiri juga dirugikan karena juga terkena dampak asap ini, khususnya untuk kesehatan. Jadi, saya mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengantisipasi asap ini, dengan tidak menambah pembakaran lahan," tuturnya.
(KR-RDO/A043)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Berdasarkan hasil rapat hari ini, kita akan memfokuskan pemadaman api di Ketapang karena kabupaten itu memang yang paling banyak titik apinya," kata Komandan Satgas Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya di Pontianak, Jumat.
Satgas menggelar evaluasi terkait kinerja yang telah dilakukan selama ini dalam menekan banyaknya titik api dan penanggulangan bencana asap yang terjadi di provinsi itu dan termasuk penanganan ke depannya.
Christiandy menjelaskan dari hasil evaluasi yang dilakukan diketahui kendala yang ada di lapangan adalah banyak api yang muncul kembali meski telah dipadamkan.
Hal itu disebabkan adanya bara api sisa lahan yang terbakar masuk ke dalam tanah dan akan menyulut kembali api ketika bagian permukaan tanah sudah kering.
"Hal itu dikarenakan sebagian besar lahan yang terbakar di Kalbar ini, berada di lahan gambut, sehingga penanganannya memang sedikit sulit, namun terus kita lakukan," ujarnya.
Christiandy menjelaskan, hingga saat ini peluncuran bom air untuk memadamkan api pada daerah yang sulit dijangkau terus dilakukan.
Namun permasalahan yang dihadapi adalah helikopter Camov yang digunakan untuk menjatuhkan bom air itu memiliki kemampuan terbang selama tiga jam, dimana untuk mencapai Ketapang dari Pontianak memerlukan waktu satu jam, sehingga untuk pulang dan pergi memakan waktu dua jam.
"Artinya helikopter itu hanya bisa bekerja satu jam. Makanya, mulai besok, helikopter itu akan diposisikan di Ketapang, sehingga ketika ada titik api, bisa langsung memadamkannya dan lebih efisien di segi waktu dan dengan demikian, akan semakin banyak area yang bisa dibom dengan air," katanya.
Dia juga menambahkan, dari hasil evaluasi itu juga diketahui bahwa asap yang terjadi di Kalbar bukan hanya berasal dari pembakaran lahan di provinsi itu tetapi juga dari daerah lainnya.
Karena dari pantauan satelit dari pihak BPBD Kalbar terjadi penurunan titik api namun asap masih semakin pesat.
"Terkait hal itu, kami mengambil kesimpulan perlu dilakukan upaya bersama antara pemerintah provinsi lain selain Kalbar untuk penanggulangan asap ini, khususnya untuk provinsi yang menghasilkan titik api terbanyak seperti Kalteng, Riau dan lain sebagainya," katanya.
Jika pemadaman dilakukan secara bersamaan, diharapkan titik api bisa diperkecil dan kepekatan asap menurun.
Dari hasil rapat yang dilakukan pihaknya, Christiandy merasa Satgas yang telah dibentuk memiliki kewajiban untuk melaporkan kinerja mereka baik kepada masyarakat maupun pemerintah pusat, karena itu sudah menjadi perhatian presiden dan kementerian terkait.
"Apalagi ini juga menimbulkan kerugian bagi kita semua, tidak hanya masyarakat, saya sendiri juga dirugikan karena juga terkena dampak asap ini, khususnya untuk kesehatan. Jadi, saya mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengantisipasi asap ini, dengan tidak menambah pembakaran lahan," tuturnya.
(KR-RDO/A043)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015