Pontianak (Antara Kalbar) - Sebagai pelestarian budaya Melayu, Tim Penggerak PKK Kota Pontianak bekerja sama dengan Pemkot menggelar lomba dan Festival Saprahan menyambut Hari Jadi Kota Pontianak ke-244 yang jatuh pada 23 Oktober 2015, di Gedung Pontianak Convention Centre.
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji di Pontianak, Kamis, menyatakan festival saprahan itu sebagai wadah dalam melestarikan budaya Melayu, karena dalam budaya makan saprahan terkandung nilai-nilai filosofi yakni adanya kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
Ia menjelaskan, penyajian makanan dengan cara saprahan juga sebagai salah satu pendidikan etika. "Sehingga anak-anak sejak dini bisa belajar sopan santun yang ada pada saprahan," ujarnya.
Filosofi yang terkandung dalam makan bersaprah ini dinilainya bagus bagi semua orang, karena dengan makan saprahan ini tergambar nilai kegotong-royongan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, sajian yang dihidangkan juga terdiri dari berbagai jenis kuliner khas Melayu.
Sutarmidji berharap, kreasi atau inovasi dari pengembangan kuliner tradisional maupun budaya-budaya yang terikat dengan kuliner ini bisa terus dipertahankan dan dikembangkan sehingga menarik untuk dijadikan salah satu obyek pariwisata di Kota Pontianak.
"Mudah-mudahan festival saprahan ini bisa digelar untuk tingkat Kalbar sehingga ke depannya daerah-daerah lain boleh mengikuti kegiatan ini," katanya.
Sementara itu, Ketua TP-PKK Kota Pontianak, Lismaryani Sutarmidji mengatakan, banyak keistimewaan makna yang terkandung dalam makan bersaprah. Melalui makan bersaprah ini terlihat sebuah kesederhanaan yang tercipta dengan duduk secara bersama-sama di lantai dengan lauk dan pauk yang menarik.
"Setiap orang dengan berbagai macam latar belakang, dengan makanan yang sama, tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya dalam adat makan saprahan," ungkapnya.
Makan dengan cara bersaprah ini juga bisa menjalin kebersamaan dan kekeluargaan yang merupakan modal penting untuk menjaga tetap saling mengenal satu dengan lainnya. "Silaturahim akan semakin baik, sehingga akan membangun rasa persatuan dan kesatuan," kata Lismaryani.
Ketua Panitia Penyelenggara, Yanieta Arbiastutie Kamtono, menjelaskan festival saprahan ini merupakan kedua kalinya digelar TP-PKK bekerja sama dengan Pemkot Pontianak. Ia berharap kegiatan ini rutin digelar dan dengan unsur masyarakat yang lebih banyak lagi.
"Peserta festival Saprahan tahun ini berjumlah 18 kelompok mewakili enam kecamatan se-Kota Pontianak," katanya.
Adapun kriteria penilaiannya, yakni tata cara menata kain saprahan dan kelengkapannya, kebersihan dan keamanan hidangan yang disajikan, menu makanan yang disajikan, wadah yang digunakan untuk hidangan dan kreatifitas masing-masing peserta dalam penyajian menu hidangan.
Kecamatan Pontianak Timur mendominasi dalam perolehan juara Festival Saprahan itu, adapun pemenang festival saprahan, juara I dan II diraih Kecamatan Pontianak Timur, sedangkan juara III diraih Kecamatan Pontianak Barat.***4***
(U.A057/E001)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji di Pontianak, Kamis, menyatakan festival saprahan itu sebagai wadah dalam melestarikan budaya Melayu, karena dalam budaya makan saprahan terkandung nilai-nilai filosofi yakni adanya kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
Ia menjelaskan, penyajian makanan dengan cara saprahan juga sebagai salah satu pendidikan etika. "Sehingga anak-anak sejak dini bisa belajar sopan santun yang ada pada saprahan," ujarnya.
Filosofi yang terkandung dalam makan bersaprah ini dinilainya bagus bagi semua orang, karena dengan makan saprahan ini tergambar nilai kegotong-royongan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, sajian yang dihidangkan juga terdiri dari berbagai jenis kuliner khas Melayu.
Sutarmidji berharap, kreasi atau inovasi dari pengembangan kuliner tradisional maupun budaya-budaya yang terikat dengan kuliner ini bisa terus dipertahankan dan dikembangkan sehingga menarik untuk dijadikan salah satu obyek pariwisata di Kota Pontianak.
"Mudah-mudahan festival saprahan ini bisa digelar untuk tingkat Kalbar sehingga ke depannya daerah-daerah lain boleh mengikuti kegiatan ini," katanya.
Sementara itu, Ketua TP-PKK Kota Pontianak, Lismaryani Sutarmidji mengatakan, banyak keistimewaan makna yang terkandung dalam makan bersaprah. Melalui makan bersaprah ini terlihat sebuah kesederhanaan yang tercipta dengan duduk secara bersama-sama di lantai dengan lauk dan pauk yang menarik.
"Setiap orang dengan berbagai macam latar belakang, dengan makanan yang sama, tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya dalam adat makan saprahan," ungkapnya.
Makan dengan cara bersaprah ini juga bisa menjalin kebersamaan dan kekeluargaan yang merupakan modal penting untuk menjaga tetap saling mengenal satu dengan lainnya. "Silaturahim akan semakin baik, sehingga akan membangun rasa persatuan dan kesatuan," kata Lismaryani.
Ketua Panitia Penyelenggara, Yanieta Arbiastutie Kamtono, menjelaskan festival saprahan ini merupakan kedua kalinya digelar TP-PKK bekerja sama dengan Pemkot Pontianak. Ia berharap kegiatan ini rutin digelar dan dengan unsur masyarakat yang lebih banyak lagi.
"Peserta festival Saprahan tahun ini berjumlah 18 kelompok mewakili enam kecamatan se-Kota Pontianak," katanya.
Adapun kriteria penilaiannya, yakni tata cara menata kain saprahan dan kelengkapannya, kebersihan dan keamanan hidangan yang disajikan, menu makanan yang disajikan, wadah yang digunakan untuk hidangan dan kreatifitas masing-masing peserta dalam penyajian menu hidangan.
Kecamatan Pontianak Timur mendominasi dalam perolehan juara Festival Saprahan itu, adapun pemenang festival saprahan, juara I dan II diraih Kecamatan Pontianak Timur, sedangkan juara III diraih Kecamatan Pontianak Barat.***4***
(U.A057/E001)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015