Putussibau (Antara Kalbar) - Penataan terhadap objek wisata budaya di Kalimantan Barat sudah semakin gencar dilaksanakan pemerintah.
Komitmen tersebut dibuktikan dengan Pencanangan aksi sadar wisata Sapta Pesona yang mengusung konsep Aman, Tertib, Bersih, Sejuk Indah, Ramah-tamah dan Kenangan di Betang Ulubanua, Desa Ariung Mandalam, Dusun Sinsung Amas Kecamatan Putussibau Utara.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Provinsi Kalbar Simplisius mengungkapkan, Sapta Pesona merupakan gerakan sadar wisata dalam upaya membangun dan melestarikan situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu.
"Karena pariwisata sekarang merupakan penyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) terbesar," katanya ketika pembukaan acara pencanangan aksi sadar wisata, Sapta Peson, di Rumah Betang Ulubanua, Desa Ariung Mandalam.
Menurut Simplisius, Kapuas Hulu merupakan kabupaten yang kaya akan objek wisata, baik dari alam maupun kebudayaannya, seperti Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK), Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) dan rumah betang masyarakat Dayak dari berbagai sub suku. 
"Walaupun Kapuas Hulu berada paling ujung, namun bagi Kementerian ini harus jadi prioritas. Wisata budaya ini merupakan prestasi Kapuas Hulu. Jadi gerakan sadar wisata sangat tepat untuk menjaga cagar budaya rumah betang," papar Simplisius.
Dikatakan Simplisius, pokok pengembangan sadar wisata ini harus didukung oleh perangkat desa, pelaku wisata, SKPD terkait, pedagang dan penggiat kuliner daerah.
"Untuk menunjang itu maka aksi wisata ini harus mengandung unsur Aman, Tertib, Sejuk, Indah, Ramah-tamah dan Kenangan. Jika unsur tersebut sudah tercipta maka otomatis sebuah wisata budaya menjadi destinasi," terang Simplisius.
Simplisius berharap, dengan terlaksananya kegiatan Pencanangan Sapta Pesona tersebut,  Desa Ariung Mandalam akan menjadi situs cagar budaya masa depan Kapuas Hulu.
Selain rumah betangnya, Ariung Mandalam dipilih menjadi tempat Pencanangan Aksi Sapta Pesona karena memiliki situs cagar budaya makam kulambo jaman dulu dalam sebuah tempat bernama Lungun yang selama ini sering dikunjungi wisatawan.
Penjabat (Pj) Bupati Kapuas Hulu, Marius Marcellus Tj SH MM meminta aset budaya yang dimiliki Desa Ariung Mandalam itu harus dilestarikan.
"Bapak Gubernur memberikan perhatian lebih untuk memelihara aset budaya tersebut. Jadi Sapta Pesona ini merupakan kondisi yang menggambarkan masyarakat untuk sadar wisata, untuk membangun pariwisata daerah," kata Marcellus.
Menurutnya, pencanangan Sapta Pesona harus didukung penuh semua pihak, karena merupakan upaya menarik wisatawan mengunjungi cagar budaya.
Dijelaskannya, tujuh unsur yang terkandung dalam program tersebut memiliki makna khusus, seperi Aman yang artinya menjamin keselamatan bagi pengunjung, kemudian Tertib artinya tentram dan disiplin, sehingga memberikan kenyamanan wisatawan.
Selanjutnya Bersih, menjaga cagar budaya supaya bersih terpelihara dengan baik, lingkungan maupun pola hidup, kemudian Sejuk, memberikan rasa nyaman untuk yang berkunjung, Indah artinya memberi rasa kagum, dengan menjaga lingkungan yang alami. Ramah tamah artinya mencerminkan keakrabkan sehingga yang berkunjung betah, berusaha menjadi tuan rumah yang baik.
"Dan Kenangan, yaitu adanya kesan, pengalaman yang indah setelah mengunjungi cagar budaya dan cara mengangkat budaya lokal dengan menyajikan minuman dan menyediakan cendramata khas adat Dayak," jelas Pj Bupati.
Marcellus yakin, bila cagar budaya yang ada menerapkan konsep tersebut, maka Kapuas Hulu akan menjadi destinasi unggulan di Kalimantan Barat.
"Maka dalam pengembangan budaya ini, kepada Kepala Dinas hendaknya bisa mensinergikan yang ada dalam perencanaan, karena cagar budaya dapat memberikan kontribusi PAD," tegasnya.
Ditambahkan Gubernur Kalimantan Barat Drs Cornelis MH pariwisata budaya ini harus dilestarikan agar kelak bisa diketahui dan dipahami oleh anak cucu.
"Jangan sirna dari dunia ini. Masalah Sapta Pesona, khususnya rumah betang yang ada di Ariung Mandalam ini harus dijaga agar tidak rusak atau hilang. Sehingga orang lain maupun anak cucu kita bisa melihatnya. Begini kondisi jaman dulu kala masyarakat Dayak, maka perlu dilestarikan bagaimana bentuk arsitektur aslinya," pinta Cornelis.
Ditegaskan Gubernur, negara berkewajiban melindungi kebudayaan setiap suku bangsa. "Kita menggunakan idiologi Pancasila, melaksanakan undang-undang dengan sungguh-sungguh. Demikian juga pejabatnya, jangan dia ungkang kaki tapi rakyat tidak diurus, sedangkan dia sudah dipilih rakyat," ucap Gubernur.
Ia berharap, rumah betang yang sudah direnovasi menggunakan atap seng bisa diubah lagi memakai atap dari kayu belian. "Karena untuk menjaga keasliannya, dulu pakai atap serap namanya. Tapi sekarang menggunakan seng. Penggunaan kayu belian untuk atap ini ada Pergubnya, jadi itu dibenarkan,' kata Cornelis.
Mantan Bupati Landak ini memandang perlu pelestarian cagar budaya, bahkan kata dia bisa dijadikan untuk objek penelitian.
"Biar orang tahu Dayak itu tidak sebodoh yang orang pikirkan. Karena dalam undang-undang Desa sudah diatur masalah adat istiadat dan budaya ini," pungkasnya.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua TP PKK Provinsi Kalbar Ny. Frederika Cornelis dan sejumlah pejabat dilingkungan Pemprov Kalbar serta beberapa Kepala SKPD dilingkungan Pemkab Kapuas Hulu. Diserahkan juga sejumlah bantuan untuk warga Betang Desa Ariung Mandalam kemudian dilanjutkan penanaman pohon secara simbolis oleh Gubernur Cornelis. Tak hanya itu masyarakat Dayak Taman juga menganugrahkan penghargaan Mamasi kepada Cornelis dan Ny. Frederika Cornelis beserta putri Gubernur Angeline Fremalco (istri Fransiskus Diaan), Pj Bupati dan Kepala Dinas Parekraf Provinsi. Mamasi merupakan penghargaan terbesar suku Dayak Taman untuk pejabat tinggi.
Sementara itu, Aleksius Pengurus RT rumah betang Ulubanua, Desa Ariung Mandalam menyambut baik kegiatan Sapta Pesona tersebut.
"Ini wujud kepdulian pemerintah kepada masyarakat untuk menjaga cagar budaya yang ada," katanya.
Ia menambahkan, masyarakat setempat siap bersinergi dengan pemerintah dalam penataan objek wisata cagar budaya itu. "Kita sangat mendukung kegiatan ini, semua warga Desa Ariung Mandalam terlibat berpartisipasi dalam kegiatan ini nanti," ungkap Aleksius.
Di Kedesaan Ariung Mendalam terdapat tiga betang yang dihuni suku Dayak Taman. Betang Ulubanua terdapat 18 pintu, 23 Kepala Keluarga. "Keseluruhan penduduk hampir mencapai 500 jiwa," katanya menjelaskan.

Pewarta: Andre

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015