Mempawah (Antara Kalbar) – Upaya pencarian terhadap Suryadi (40) warga Sungai Pinyuh, ABK kapal trawl (pukat harimau) yang diduga jadi korban perselisihan antar nelayan, belum membuahkan hasil.
Upaya pencarian Suryadi perairan laut Mempawah sejak pagi hingga sore hari Rabu (5/10) tak membuahkan hasil. Berselang beberapa jam kemudian, sekira pukul 21.30 WIB beredar kabar ditemukannya mayat seseorang diwilayah perairan Penibung, Mempawah Hilir.
Informasi tersebut dikabarkan bermula dari salah satu anggota intel kodim. Disayangkan informasi tersebut dinyatakan nihil oleh polisi. "Sudah kita koordinasikan. Kapolsek dan para bhabinkamtibmas sudah meluncur ke TKP. Tapi hasilnya masih nihil ini," ujar Aiptu S. Manulu kepada sejumlah wartawan saat ditemui di pos penjagaan mapolsek Mempawah Hilir.
Dua jam berlalu, para wartawan masih bertahan di pos penjagaan Mapolsek Mempawah Hilir. Calling radio (HT) sarana komunikasi khusus aparat kepolisian dimeja satuan piket penjagaan tak henti-hentinya bersahutan antar satuan anggota. Mereka begitu intensif berkoordinasi menindaklanjuti informasi yang didapat.
"Info tersebut nihil bro," kata Kapolsek Mempawah Hilir Ipda Salehudin kepada Antara melalui pesan elektronik sekira pukul 23.37 WIB malam tadi.
Permasalahan antara nelayan trawl (pukat harimau) dengan nelayan tradisional (togo) hingga kini jadi isu hangat dijejaring media sosial. Salah satu warga menilai pemerintah daerah, khususnya dinas terkait dinilai tak punya jurus jitu untuk mengelolanya. "Sampai kapan perseteruan ini akan selesai??? Akankah kita menunggu korban lainnya???," ujar Iswandi, warga Mempawah.
Iswandi lantas menimpali kaitannya dengan permen tentang larangan pengoperasian pukat harimau yang masih diberlakukan. "Kita sulit untuk membuat kesepakatan yang memiliki landasan hukum tetap, kecuali kesepahaman yang berangkat dari kearifan lokal. Namun yang terjadi dilapangan justru masih sering dilanggar. Seharusnya pemda dalam hal ini bisa menjadi mediator terhadap keduanya untuk membangun kesepahaman yang ada," timpalnya.
Sementara warga lainnya, Fadh Abdillah menyoroti soal pengaturan pembagian wilayah tangkap yang berkekuatan hukum tetap, yang perlu diklasifikasikan pemerintah dengan baik. Sehingga kelompok nelayan dapat terdata secara riil di tiap-tiap wilayah. Selain itu menurutnya diperlukan upaya mengarahkan nelayan dengan pola eksploitasi yang efektif serta aman dan ramah lingkungan.
"Pemerintah daerah dan dinas terkait harus mendukung dan jadi sponsornya," kata dia.
Tanggapan berbagai pihak menyikapi perselisihan antar nelayan yang dituangkan dalam jejaring sosial itu, umumnya warga Mempawah mendoakan korban Suryadi dapat ditemukan dengan selamat. Mereka juga meminta perselisihan antar nelayan dikabupaten itu dapat diselesaikan dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
Upaya pencarian Suryadi perairan laut Mempawah sejak pagi hingga sore hari Rabu (5/10) tak membuahkan hasil. Berselang beberapa jam kemudian, sekira pukul 21.30 WIB beredar kabar ditemukannya mayat seseorang diwilayah perairan Penibung, Mempawah Hilir.
Informasi tersebut dikabarkan bermula dari salah satu anggota intel kodim. Disayangkan informasi tersebut dinyatakan nihil oleh polisi. "Sudah kita koordinasikan. Kapolsek dan para bhabinkamtibmas sudah meluncur ke TKP. Tapi hasilnya masih nihil ini," ujar Aiptu S. Manulu kepada sejumlah wartawan saat ditemui di pos penjagaan mapolsek Mempawah Hilir.
Dua jam berlalu, para wartawan masih bertahan di pos penjagaan Mapolsek Mempawah Hilir. Calling radio (HT) sarana komunikasi khusus aparat kepolisian dimeja satuan piket penjagaan tak henti-hentinya bersahutan antar satuan anggota. Mereka begitu intensif berkoordinasi menindaklanjuti informasi yang didapat.
"Info tersebut nihil bro," kata Kapolsek Mempawah Hilir Ipda Salehudin kepada Antara melalui pesan elektronik sekira pukul 23.37 WIB malam tadi.
Permasalahan antara nelayan trawl (pukat harimau) dengan nelayan tradisional (togo) hingga kini jadi isu hangat dijejaring media sosial. Salah satu warga menilai pemerintah daerah, khususnya dinas terkait dinilai tak punya jurus jitu untuk mengelolanya. "Sampai kapan perseteruan ini akan selesai??? Akankah kita menunggu korban lainnya???," ujar Iswandi, warga Mempawah.
Iswandi lantas menimpali kaitannya dengan permen tentang larangan pengoperasian pukat harimau yang masih diberlakukan. "Kita sulit untuk membuat kesepakatan yang memiliki landasan hukum tetap, kecuali kesepahaman yang berangkat dari kearifan lokal. Namun yang terjadi dilapangan justru masih sering dilanggar. Seharusnya pemda dalam hal ini bisa menjadi mediator terhadap keduanya untuk membangun kesepahaman yang ada," timpalnya.
Sementara warga lainnya, Fadh Abdillah menyoroti soal pengaturan pembagian wilayah tangkap yang berkekuatan hukum tetap, yang perlu diklasifikasikan pemerintah dengan baik. Sehingga kelompok nelayan dapat terdata secara riil di tiap-tiap wilayah. Selain itu menurutnya diperlukan upaya mengarahkan nelayan dengan pola eksploitasi yang efektif serta aman dan ramah lingkungan.
"Pemerintah daerah dan dinas terkait harus mendukung dan jadi sponsornya," kata dia.
Tanggapan berbagai pihak menyikapi perselisihan antar nelayan yang dituangkan dalam jejaring sosial itu, umumnya warga Mempawah mendoakan korban Suryadi dapat ditemukan dengan selamat. Mereka juga meminta perselisihan antar nelayan dikabupaten itu dapat diselesaikan dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016