Singkawang (Antara Kalbar) - Pemerintah Kota Singkawang melakukan vaksinasi terhadap ratusan hewan peliharaan masyarakat guna mengantisipasi penyebaran virus rabies.
"Ada sebanyak 986 ekor hewan peliharaan masyarakat yang kita vaksinasi guna mengantisipasi virus rabies," kata Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Singkawang Ir Yusnita di Singkawang, Minggu.
Vaksinasi di tahun 2017 merupakan vaksinasi periode kedua dan difokuskan kepada wilayah-wilayah pinggiran yang berbatasan dengan Kabupaten tetangga.
"Kita blokir jangan sampai masuk dan merambah ke Kota Singkawang," ujarnya.
Sementara di tahun 2016, pihaknya telah memberikan vaksinasi kepada 713 hewan yang terdiri dari anjing dewasa 587 ekor, anak anjing 109 ekor, kucing 15 ekor dan monyet 2 ekor.
"Secara keseluruhan ada 713 ekor hewan," ungkapnya.
Meski di Kota Singkawang belum terdapat kasus yang mematikan tersebut, pihaknya terus menggalakkan vaksinasi kepada hewan peliharaan maupun liar.
Bahkan, tak hanya hewan-hewan saja yang divaksin, tapi juga petugas vaksinasi mengingat resiko yang dilakukan petugas cukup tinggi.
"Kalau mereka (petugas) tergigit, kan bisa terkena virus rabies juga. Makanya perlu kita vaksin sebelum mereka turun ke lapangan," ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat Abdul Manaf mengatakan saat ini sebaran kasus gigitan hewan penular virus rabies semakin meluas, di mana sebelumnya hanya ada delapan kabupaten dengan kasus gigitan, kini sudah menyebar di 11 kabupaten.
"Peningkatan kasus ini terjadi sejak Mei hingga bulan Juni ini. Kasus yang baru terjadi di Kapuas Hulu, Kubu Raya, Mempawah dan Kayong Utara. Kondisi yang dikhawatirkan yakni di Kubu Raya, sebab kabupaten ini berbatasan langsung dengan Pontianak sebagai ibu kota provinsi," kata Manaf.
Manaf menuturkan sudah melakukan langkah cepat dengan memberikan sosialisasi ke masyarakat mengenai bahaya rabies. Termasuk juga dengan pemberian vaksin bagi korban gigitan dan pemusnahan hewan pengidap virus rabies.
"Masyarakat sudah dikumpulkan dan kami berikan sosialisasi bahaya rabies," tuturnya.
Ia menyebutkan dari kajian di lapangan ada tiga faktor yang menyebabkan meluasnya gigitan rabies. Pertama ini musim hewan kawin, dimana biasanya anjing jantan, banyak keluar masuk ke pemukiman untuk mengawini hewan betina.
Faktor kedua datang dari cuaca. Ia mengatakan cuaca yang panas membuat anjing keluar dari hutan dan masuk ke pemukiman untuk mencari makan.
Ketiga, masih banyak orang yang melalulintaskan hewan (anjing), baik itu antara desa maupun kabupaten.
"Contoh, informasi yang kami terima masih ada yang membawa anjing untuk diperdagangkan antardesa dan kabupaten, tanpa diketahui anjing itu pengidap rabies atau tidak," katanya.
Dia menyatakan tiga hal itulah menjadi sumber penularan rabies.
Menurut Manaf, upaya yang dilakukan ialah dengan menggencarkan sosialisasi ke masyarakat, kemudian melakukan vaksinasi pada hewan.
Hanya saja strategi itu masih terkendala sumber daya manusia dan dana yang terbatas. Untungnya tahun ini, Dinas Pangan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat mendapat kucuran dari pemerintah pusat sebesar Rp700 juta.
Ia mengatakan dana itu akan digunakan untuk melatih tenaga vaksinator di masing-masing daerah tertular. Ada dua tenaga yang disiapkan untuk memvaksinasi hewan pengidap rabies (Anjing).
"Diutamakan di daerah tertular. Nanti dua tenaga ini yang siap memvaksinasi anjing," kata dia.
Kemudian, lanjut dia, dana yang bersumber dari APBD akan dipersiapkan untuk pengadaan vaksin dan peralatan lainnya. Manaf berharap dengan cara ini persebaran hewan gigitan rabies bisa ditekan.
"Syarat pengendalian rabies minimal 70 persen vaksinasi hewannya. Jika bisa harus sampai 100 persen," kata Manaf.
(KR-RDO/A043)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Ada sebanyak 986 ekor hewan peliharaan masyarakat yang kita vaksinasi guna mengantisipasi virus rabies," kata Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Singkawang Ir Yusnita di Singkawang, Minggu.
Vaksinasi di tahun 2017 merupakan vaksinasi periode kedua dan difokuskan kepada wilayah-wilayah pinggiran yang berbatasan dengan Kabupaten tetangga.
"Kita blokir jangan sampai masuk dan merambah ke Kota Singkawang," ujarnya.
Sementara di tahun 2016, pihaknya telah memberikan vaksinasi kepada 713 hewan yang terdiri dari anjing dewasa 587 ekor, anak anjing 109 ekor, kucing 15 ekor dan monyet 2 ekor.
"Secara keseluruhan ada 713 ekor hewan," ungkapnya.
Meski di Kota Singkawang belum terdapat kasus yang mematikan tersebut, pihaknya terus menggalakkan vaksinasi kepada hewan peliharaan maupun liar.
Bahkan, tak hanya hewan-hewan saja yang divaksin, tapi juga petugas vaksinasi mengingat resiko yang dilakukan petugas cukup tinggi.
"Kalau mereka (petugas) tergigit, kan bisa terkena virus rabies juga. Makanya perlu kita vaksin sebelum mereka turun ke lapangan," ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat Abdul Manaf mengatakan saat ini sebaran kasus gigitan hewan penular virus rabies semakin meluas, di mana sebelumnya hanya ada delapan kabupaten dengan kasus gigitan, kini sudah menyebar di 11 kabupaten.
"Peningkatan kasus ini terjadi sejak Mei hingga bulan Juni ini. Kasus yang baru terjadi di Kapuas Hulu, Kubu Raya, Mempawah dan Kayong Utara. Kondisi yang dikhawatirkan yakni di Kubu Raya, sebab kabupaten ini berbatasan langsung dengan Pontianak sebagai ibu kota provinsi," kata Manaf.
Manaf menuturkan sudah melakukan langkah cepat dengan memberikan sosialisasi ke masyarakat mengenai bahaya rabies. Termasuk juga dengan pemberian vaksin bagi korban gigitan dan pemusnahan hewan pengidap virus rabies.
"Masyarakat sudah dikumpulkan dan kami berikan sosialisasi bahaya rabies," tuturnya.
Ia menyebutkan dari kajian di lapangan ada tiga faktor yang menyebabkan meluasnya gigitan rabies. Pertama ini musim hewan kawin, dimana biasanya anjing jantan, banyak keluar masuk ke pemukiman untuk mengawini hewan betina.
Faktor kedua datang dari cuaca. Ia mengatakan cuaca yang panas membuat anjing keluar dari hutan dan masuk ke pemukiman untuk mencari makan.
Ketiga, masih banyak orang yang melalulintaskan hewan (anjing), baik itu antara desa maupun kabupaten.
"Contoh, informasi yang kami terima masih ada yang membawa anjing untuk diperdagangkan antardesa dan kabupaten, tanpa diketahui anjing itu pengidap rabies atau tidak," katanya.
Dia menyatakan tiga hal itulah menjadi sumber penularan rabies.
Menurut Manaf, upaya yang dilakukan ialah dengan menggencarkan sosialisasi ke masyarakat, kemudian melakukan vaksinasi pada hewan.
Hanya saja strategi itu masih terkendala sumber daya manusia dan dana yang terbatas. Untungnya tahun ini, Dinas Pangan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat mendapat kucuran dari pemerintah pusat sebesar Rp700 juta.
Ia mengatakan dana itu akan digunakan untuk melatih tenaga vaksinator di masing-masing daerah tertular. Ada dua tenaga yang disiapkan untuk memvaksinasi hewan pengidap rabies (Anjing).
"Diutamakan di daerah tertular. Nanti dua tenaga ini yang siap memvaksinasi anjing," kata dia.
Kemudian, lanjut dia, dana yang bersumber dari APBD akan dipersiapkan untuk pengadaan vaksin dan peralatan lainnya. Manaf berharap dengan cara ini persebaran hewan gigitan rabies bisa ditekan.
"Syarat pengendalian rabies minimal 70 persen vaksinasi hewannya. Jika bisa harus sampai 100 persen," kata Manaf.
(KR-RDO/A043)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017