Pontianak (Antara Kalbar) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menyatakan, sebagian besar titik api atau lokasi yang terjadi kebakaran hutan sebelumnya sulit dijangkau menggunakan kendaraan darat.

"Lahan yang berpotensi muncul titik api, beberapa lokasinya memang sulit dijangkau melalui jalur darat, sehingga lebih mengandalkan bantuan pemadaman menggunakan helikopter bantuan BNPB," kata Kepala BPBD Kabupaten Kubu Raya Mokhtar di Kubu Raya, Jumat.

Ia menjelaskan, pihaknya sudah membentuk Desa Siaga Api di hampir seluruh desa yang ada Kabupaten Kubu Raya.

"Dari total 118 desa yang ada di Kubu Raya kami sudah membentuk Desa Siaga Api hampir di seluruh desa tersebut," ungkapnya.

Ia mengimbau seluruh masyarakat jika menemukan titik api agar secepatnya melaporkan ke instansi terkait agar segera bisa dipadamkan melalui jalur darat maupun udara.

Berdasarkan data dari BPBD Kalimantan Barat, ada sekitar 174 desa/kelurahan yang rawan terhadap Karhutla, dimusim kemarau.

Lahan yang rawan Karhutla tersebut sebagian besar lahan gambut dengan luas sekitar 1,6 juta hektare, yang tersebar di 14 kabupaten/kota di Kalbar.

Sebelumnya, Gubernur Kalbar, Cornelis mengatakan, pihaknya optimistis bisa meminimalisir kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalbar.

"Terkait pembakaran hutan dan lahan tersebut, saya yakin, dengan kesiapsiagaan petugas dan masyarakat di lapangan, tahun 2017 ini kasus pembakaran hutan dan lahan relatif berkurang dibanding tahun 2015 lalu," katanya.

Dia mengatakan, terkait masalah Karhutla yang mengakibatkan asap, memang sering terjadi antara bulan Juli sampai September, di mana pada Agustus yang paling banyak terjadi pembakaran lahan, yang dilakukan petani untuk membuka ladang.

"Namun, harus diketahui, jika masyarakat membakar lahan, asap dan apinya tidak akan lama. Tapi, untuk Karhutla, jelas itu yang akan terjadi sangat lama," tuturnya.

Untuk mengantisipasi Karhutla di Kalbar Pemprov Kalbar juga sudah mengimbau setiap perusahaan perkebunan agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, atau mereka harus siap untuk dicabut izin usahanya, jika sampai terbukti membakar lahan.

"Beruntung, setiap perusahaan perkebunan yang ada di Kalbar ini sudah membuat embung dan memiliki peralatan pemadam kebakaran sendiri serta memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengantisipasi terbakarnya lahan. Namun, tidak menutup kemungkinan, masih ada juga perusahaan yang belum melakukan hal tersebut dan ini akan terus kami dorong," katanya.





(U.A057/N002)

Pewarta: Andilala

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017