Pontianak (Antaranews Kalbar) - Berdasarkan survei terakhir yang dilakukan BPS Kalbar pada September 2017, terdapat sebanyak 388.810 orang miskin di provinsi itu.
"Dari angka orang miskin hasil survei terakhir tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kalbar maka 7,86 persen adalah orang miskin," ujar Kepala BPS Kalbar, Pitono, Senin.
Pitono menjelaskan bahwa dibandingkan dengan Maret 2017 dengan survei terakhir maka ada penambahan orang miskin di Kalbar yakni sebanyak 1.400 orang.
"Meski ada penambahan angka jumlah kemiskinan, namun dibandingkan rata-rata kemiskinan nasional Kalbar masih di bawah," papar dia.
Ia menyebutkan apabila tahun-tahun sebelumnya, peningkatan penduduk miskin lebih banyak terjadi di desa. Namun saat ini terjadi pergeseran di mana laju kemiskinan lebih tinggi di perkotaan.
"Selama periode Maret 2017 sampai dengan September 2017 untuk daerah perdesaan mengalami penurunan dari 9,28 persen menjadi 9,09 persen. Sedangkan untuk daerah perkotaan mengalami kenaikan dari 4,88 persen menjadi 5,25 persen," kata dia.
Pitono memaparkan bahwa tingginya peningkatan kemiskinan di perdesaan berkaitan dengan gejolak harga komoditas pertanian yang menjadi tulang punggung masyarakat desa.
"Selama Maret-September terjadi beberapa kali gagal panen akibat cuaca. Sementara itu harga komoditas perkebunan rakyat masih rendah. Peningkatan harga sawit dan karet baru terjadi pada bulan Oktober, sehingga belum tercatat di survei ini," kata dia.
(U.KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Dari angka orang miskin hasil survei terakhir tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kalbar maka 7,86 persen adalah orang miskin," ujar Kepala BPS Kalbar, Pitono, Senin.
Pitono menjelaskan bahwa dibandingkan dengan Maret 2017 dengan survei terakhir maka ada penambahan orang miskin di Kalbar yakni sebanyak 1.400 orang.
"Meski ada penambahan angka jumlah kemiskinan, namun dibandingkan rata-rata kemiskinan nasional Kalbar masih di bawah," papar dia.
Ia menyebutkan apabila tahun-tahun sebelumnya, peningkatan penduduk miskin lebih banyak terjadi di desa. Namun saat ini terjadi pergeseran di mana laju kemiskinan lebih tinggi di perkotaan.
"Selama periode Maret 2017 sampai dengan September 2017 untuk daerah perdesaan mengalami penurunan dari 9,28 persen menjadi 9,09 persen. Sedangkan untuk daerah perkotaan mengalami kenaikan dari 4,88 persen menjadi 5,25 persen," kata dia.
Pitono memaparkan bahwa tingginya peningkatan kemiskinan di perdesaan berkaitan dengan gejolak harga komoditas pertanian yang menjadi tulang punggung masyarakat desa.
"Selama Maret-September terjadi beberapa kali gagal panen akibat cuaca. Sementara itu harga komoditas perkebunan rakyat masih rendah. Peningkatan harga sawit dan karet baru terjadi pada bulan Oktober, sehingga belum tercatat di survei ini," kata dia.
(U.KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018