Jakarta (Antaranews Kalbar) - Kementerian Pertanian bersama Organisasi Pangan dan Pertanian di bawah naungan PBB (FAO) menyasar empat wilayah sebagai proyek percontohan dalam mengendalikan penyakit menular zoonosis.
Dalam diskusi media di Jakarta, Rabu (7/2), National Technical Advisor untuk One Health dan Zoonosis Control FAO ECTAD Indonesia, Andri Jatikusumah, memaparkan keempat wilayah tersebut, yaitu Bengkalis (Riau), Ketapang (Kalimantan Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Minahasa (Sulawesi Utara) yang merepresentasikan ancaman penyakit dan situasi masyarakat Indonesia.
"Sulawesi Utara memang banyak sekali risiko penyakit di sana, maka itu menjadi daerah 'pilot project'. Kami pilih area berdasarkan berbagai risiko dan infrastruktur kesehatan di sana, serta komitmen pemda sendiri untuk melanjutkan proyek ini," kata dia.
Ia menjelaskan pengendalian serta pencegahan zoonosis (penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya) dan penyakit menular baru (Emerging Infectious Disease/EID), di empat wilayah tersebut dilakukan dengan pendekatan "One Health" bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
Pendekatan "One Health" dilakukan dengan melibatkan tiga lintas sektor, yakni kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan.
Selain itu, FAO dan Kementan berupaya meningkatkan kapasitas petugas lapangan dalam pencegahan dan pengendalian zoonosis serta EID yang menjadi ancaman penyakit mematikan di Indonesia.
"Peningkatan kapasitas kita lakukan untuk teman-teman di lapangan karena mereka yang pertama kali melakukan deteksi dan melakukan respons jika ada letupan atau kasus wabah," kata Andri.
Proyek percontohan itu hanya difokuskan pada tiga penyakit zoonosis utama, yakni rabies, anthrax dan avian influenza (AI) atau flu burung, serta penyakit menular baru (EID).
Kepala Seksi Epidemiologi dan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Kementan Andi Hidayat memaparkan hampir 80 persen penyakit menular yang ada pada manusia bersumber dari hewan.
Selain itu, sekitar 75 persen penyakit manusia yang mulai merebak disebabkan oleh mikroba yang berasal dari hewan, termasuk HIV, influenza (seperti H1N1, H5N1, dan H7N9), Sindrom Pernapasan Akut (SARS), Sindrom Pernafasan Timur Tengah-Coronavirus (MERS-CoV), Ebola, Marburg, dan Nipah.
Ia mengatakan penyakit menular baru (EID) yang sudah ada sejak lama pada satwa liar dan manusia, cepat perkembangannya karena berbagai faktor.
"Sangat cepat perkembangannya karena transportasi global, urbanisasi, dan manipulasi biomedis. Penggunaan antibiotik tidak bijak juga membuat bakteri menjadi rentan terhadap antibiotik," kata Andi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018