Pontianak (Antaranews Kalbar) - Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum) menggelar lokakarya tingkat Asia Pasifik tentang pentingnya konservasi biodiversitas lintas batas di Pontianak, Kalimantan Barat, pada 6-8 Maret 2018.

"Lokakarya ini digelar bekerja sama dengan ITTO (International Tropical Timber Organization) yang bertujuan mendorong masyarakat khususnya perempuan yang berdaya dan berkelanjutan," kata Kepala Balai Besar TaNa Bentarum, Arief Mahmud di Pontianak, Selasa.

Ia menjelaskan, peran perempuan yang semakin signifikan kiprahnya untuk mendorong peningkatan kesadartahuan masyarakat tentang pentingnya melindungi keanekaragaman hayati (biodiversitas) hutan.

Dia mencontohkan bagaimana perempuan di Desa Manua Sadap yang merupakan desa terdekat dari Kawasan TNBK menggunakan bahan alami dalam membuat produk kain tradisionalnya, yang telah membuat kagum rombongan pejabat kehutanan dari Sarawak, Malaysia.

"Rombongan Forest Department Sarawak ini berkunjung ke sini untuk belajar bagaimana ibu-ibu di Desa Manua Sadap menggunakan akar, daun serta kulit batang pohon untuk pewarnaan kain mereka sehingga produknya ramah lingkungan," katanya.

Menurut dia, perempuan di desa tersebut telah mampu mencari sumber penghidupan dengan mempertahankan dan mendukung konservasi biodiversitas disekitar hutan tempat mereka tinggal.

Ia menilai ekosistem hutan tidak mengenal batas-batas administratif seperti halnya Orangutan di Kawasan TNBK yang diklaim ahli juga mencari makan hingga ke wilayah hutan lindung di Sarawak, Malaysia.

Hal ini juga berlaku bagi burung air migran dari Australia yang pada musim dingin singgah di Kawasan TNDS untuk mencari makan di wilayah hangat di Asia. Karenanya fenomena migrasi kehidupan liar itu menjadi cambuk bagi pengelola kawasan konservasi lintas batas negara untuk membuat terobosan, inovasi dan keluar dari sekat-sekat administratif batas negara.

"Pemerintah harus bisa menjadi pendorong dan pencipta program peningkatan ekonomi masyarakat yang tidak bersifat menghancurkan ekosistem hutan," katanya.

Ia mencontohkan juga bagaimana masyarakat di sekitar Kawasan TNDS menjadi pejuang konservasi karena menyadari pentingnya kelestarian hutan di Danau Sentarum sebagai sumber pakan bagi madu hutan yang masyarakat budidayakan.

"Masyarakat yang tergabung dalam APDS (Asosiasi Periau Danau Sentarum) secara sadar dan paham menjaga hutan TNDS dari kerusakan, perambahan liar dan kebakaran karena tahu jika rusak maka mereka tidak bisa mendapatkan madu hutan yang bagus dan mengancam ekonomi mereka," katanya.

Sistem periau dalam budidaya madu hutan di TNDS saat ini menjadi contoh(rolemodel) bagi taman nasional lainnya atau bahkan negara lain karena mampu menciptakan sumber penghidupan tanpa harus menghancurkan ekosistem hutan.

Arief berharap bahwa dengan kegiatan workshop ini maka muncul inovasi dan pembelajaran dari negara lain untuk mengelola kawasan hutan yang bermanfaat bagi masyarakat namun tetap menjaga kelestariannya.

"Hasil workshop yang diharapkan adalah rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan kawasan konservasi lintas batas dimasa mendatang baik secara operasional maupun financial," ujarnya.



Pewarta: Andilala

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018