Pontianak (Antaranews Kalbar) - LSI Denny JA menyatakan, ada tiga alasan sehingga cagub dan cawagub Kalbar, nomor urut tiga, Sutarmidji-Ria Norsan berpeluang menang di Pilkada Kalimantan Barat tahun 2018.

"Pertama, Midji-Norsan adalah pasangan yang paling disukai atau paling tinggi tingkat akseptabilitas. Dari mereka yang menyatakan kenal dengan Sutarmidji sebesar 78,80 persen," kata Ketua Direktur Konsultan Citra Indonesia (KCI) Adjie Alfaraby di Pontianak, Sabtu.

Ia mengatakan mereka yang menyatakan suka dengan Karolin sebesar 69,70 persen dan yang menyatakan suka dengan Milton sebesar 67,0 persen.

"Sementara pasangan wakilnya Sutarmidji, Ria Norsan juga paling tinggi tingkat kesukaannya, yaitu sebesar 74,0 persen," ujarnya.

Kemudian kedua, lanjut Adjie, Sutarmidji dipersepsikan sebagai calon gubernur yang paling bersih dari korupsi. Isu korupsi menjadi salah satu isu penting bagi masyarakat Kalbar.

"Ada sebesar 57,50 persen publik Kalbar meyakini Sutarmidji bersih dari korupsi, sebesar 8,80 persen menyatakan kurang percaya dan sebesar 33,8 persen menyatakan tidak tahu/tidak menjawab," katanya.

Kemudian yang ketiga, Adjie mengatakan bahwa resistensi publik terhadap politik dinasti. Sebesar 51,0 persen publik Kalbar menyatakan bahwa majunya Karolin Margaret Natasa sebagai gubernur dinilai kurang pantas/tidak pantas sama sekali karena dianggap sebagai upaya petahana (Cornelis) melanggengkan kekuasaan melalui keluarga.

"Dan hanya sebesar 21,5 persen yang menyatakan hal itu pantas, karena hak demokrasi Karolin," katanya.

Namun dengan sisa waktu yang tersedia, masih terdapat tiga kondisi yang mampu mengubah suara.

Yang pertama adalah menang atau kalah juga ditentukan oleh kemampuan kandidat menekan tingkat golput pendukungnya. "Kandidat yang menang adalah kandidat yang mampu meminimalisir jumlah golput pendukungnya," katanya.

Kemudian yang kedua, yaitu "negative campaign" adalah kampanye menyerang lawan dengan fakta-fakta yang melemahkan. "Isu negatif yang massif terhadap seorang kandidat dapat mengubah suara kandidat tersebut," katanya.

Ketiga, yaitu "invisible hand" bahwa dalam kasus beberapa daerah yang pilkada, intervensi dari pihak yang punya akses mengubah suara (oknum penyelenggara atau oknum penguasa) yang bisa mengubah suara riil yang diperoleh masing-masing pasangan calon.

Adjie juga mengatakan "apakah Sutarmidji-Norsan bisa dikalahkan?". Jika golput masing-masing pendukung pasangan calon proporsional (tidak timpang) maka sulit bagi pasangan Sutarmidji-Norsan dikalahkan.

Kemudian jika suara masing-masing pasangan calon bebas dari intervensi "invisible hand" dari oknum yang tidak bertanggung jawab, maka posisi Sutarmidji-Norsan sulit disalip.

"Dan jika tak ada `tsunami politik` karena isu yang sangat melemahkan, maka Sutarmidji-Norsan paling berpeluang menang di Pilkada Kalbar 2018," ujarnya.

 

Pewarta: Slamet Ardiansyah

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018