Pontianak (Antaranews Kalbar) - Bupati Sambas, Kalimantan Barat, Atbah Romin Suhaili menyatakan perang terhadap kabut asap yang saat ini tengah melanda sebagian daerah dan kondisinya semakin mengkhawatirkan.
"Kita sangat menyayangkan adanya kebakaran hutan dan lahan sehingga ada kabut asam. Ini harus kita lawan dan perangi bersama," ujarnya di Sambas, Kamis.
Atbah menjelaskan hanya saja saat ini perang atau perlawanan terhadap kabut asap hanya sebatas perintah tanpa didukung peralatan dan anggaran yang memadai.
"Kemampuan alat untuk memadamkan Karhutla sekarang masih seadanya, bahkan tidak ada. Ke depan harusnya perang terhadap asap ini harus diikuti hadirnya alat canggih," jelas dia.
Lanjutnya, teknologi yang sudah ada saat ini baru bisa untuk mendeteksi atau mencari titik api namun belum memiliki teknologi untuk memadamkan api.
"Misalnya ada suatu alat ketika ditekan langsung keluar air. Memang sudah ada helikopter yang membawa bom air, tapi terkadang memiliki keterbatasan," ujar jelas dia.
Atbah menyebutkan meski di tengah keterbatasan tersebut pemerintah daerah bersama stakeholder lainnya dan kemudian dibantu pihak kepolisian, TNI serta unsur lainnya termasuk Damkar swasta terus berkoordinasi dalam rangka mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Sambas.
"Harus dilaksanakan perang terhadap asap. Antisipasi secara optimal apa penyebabnya kemudian kuatkan koordinasi semua stakeholder," kata dia.
Dia menambahkan, pihak kepolisian dan TNI sudah bekerja termasuk mencari siapa dan apa sumber penyebab terjadinya kebakaran, dan ini tentu akan diproses sehingga memberikan pelajaran bagi yang lain untuk tak melakukan hal tersebut.
Terkait pemicu kebakaran menurutnya sangat banyak seperti sisa puntung rokok, pembakaran lahan dan lainnya. Oleh karena itu ia mengimbau masyarakat ketika musim kemarau untuk mencegah potensi kebakaran.
"Persoalan asap ini, banyak dampak kerugiannya. Mulai dari sisi kesehatan, ekonomi hingga bisa mendapatkan protes dari negara luar. Asap akibat kebakaran di daerah kita sampai ke negara tetangga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Kita sangat menyayangkan adanya kebakaran hutan dan lahan sehingga ada kabut asam. Ini harus kita lawan dan perangi bersama," ujarnya di Sambas, Kamis.
Atbah menjelaskan hanya saja saat ini perang atau perlawanan terhadap kabut asap hanya sebatas perintah tanpa didukung peralatan dan anggaran yang memadai.
"Kemampuan alat untuk memadamkan Karhutla sekarang masih seadanya, bahkan tidak ada. Ke depan harusnya perang terhadap asap ini harus diikuti hadirnya alat canggih," jelas dia.
Lanjutnya, teknologi yang sudah ada saat ini baru bisa untuk mendeteksi atau mencari titik api namun belum memiliki teknologi untuk memadamkan api.
"Misalnya ada suatu alat ketika ditekan langsung keluar air. Memang sudah ada helikopter yang membawa bom air, tapi terkadang memiliki keterbatasan," ujar jelas dia.
Atbah menyebutkan meski di tengah keterbatasan tersebut pemerintah daerah bersama stakeholder lainnya dan kemudian dibantu pihak kepolisian, TNI serta unsur lainnya termasuk Damkar swasta terus berkoordinasi dalam rangka mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Sambas.
"Harus dilaksanakan perang terhadap asap. Antisipasi secara optimal apa penyebabnya kemudian kuatkan koordinasi semua stakeholder," kata dia.
Dia menambahkan, pihak kepolisian dan TNI sudah bekerja termasuk mencari siapa dan apa sumber penyebab terjadinya kebakaran, dan ini tentu akan diproses sehingga memberikan pelajaran bagi yang lain untuk tak melakukan hal tersebut.
Terkait pemicu kebakaran menurutnya sangat banyak seperti sisa puntung rokok, pembakaran lahan dan lainnya. Oleh karena itu ia mengimbau masyarakat ketika musim kemarau untuk mencegah potensi kebakaran.
"Persoalan asap ini, banyak dampak kerugiannya. Mulai dari sisi kesehatan, ekonomi hingga bisa mendapatkan protes dari negara luar. Asap akibat kebakaran di daerah kita sampai ke negara tetangga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018