Pontianak (Antaranews Kalbar) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Mempawah memprediksikan secara umum untuk Kalbar bagian selatan atau perhuluan berpotensi hujan lebat sehingga rawan banjir.

"Dalam lima hari ke depan Kalbar wilayah selatan berpotensi hujan dengan intensitas tinggi, sehingga rawan terjadi banjir," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Mempawah Wandayantolis saat dihubungi di Mempawah, Selasa.

Ia menjelaskan dari perkiraan potensi cuaca lima hari ke depan tersebut, Kalbar bagian hulu, seperi Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, dan lainnya diperkirakan berpotensi hujan dengan intensitas tinggi, sedangkan Kalbar bagian pesisir diperkirakan hujan dengan intensitas rendah.

Berdasarkan analisis BMKG itu, masyarakat diimbau waspada akan munculnya genangan air akibat potensi hujan tersebut, terutama bagi masyarakat yang akan melintasi jalan raya.

"Masyarakat kami harapkan mengikuti informasi tentang perkembangan iklim terkini guna perencanaan aktivitas dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana," ujarnya.

Baca juga: Curah hujan di Kalbar masih rendah

Sebelumnya, Ketua Tagana Kapuas Hulu Hatta mengatakan terdapat 12 kecamatan di wilayah Kapuas Hulu yang rawan banjir. Belasan kecamatan itu, terdapat di pesisir Sungai Kapuas dan di sejumlah kecamatan daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, wilayah Kapuas Hulu.

Sebanyak 12 kecamatan rawan banjir tersebut, antara lain Kecamatan Putussibau Selatan, Embaloh Hilir, Bunut Hilir, Jongkong, Bika, Selimbau, Suhaid, Semitau, Silat Hilir, dan Kalis, sedangkan untuk daerah perbatasan ada beberapa kecamatan, di antaranya Kecamatan Batang Lupar dan Badau.

"Berdasarkan data tagana provinsi ada 196 desa di Kalbar rawan banyak banjir termasuklah wilayah Kapuas Hulu, karena banyak dataran rendah," kata dia.

Ia menambahkan yang memprihatinkan apabila terjadi banjir, yaitu daerah pesisir Kapuas, karena genangan banjir cukup lama bisa dua minggu sampai satu bulan.

Baca juga: Kalbar diperkirakan berpotensi terjadi hujan ringan

Apalagi jika sejumlah danau dan anak-anak sungai juga meluap, tentu saja aktivitas masyarakat lumpuh sebab masyarakat pesisir Sungai Kapuas menggantungkan hidup dengan mencari ikan di Sungai Kapuas dan danau.

Pada 2010 sekali banjir besar kemudian disusul pada 2011 terjadi pada November.

Dia menuturkan banjir bandang juga pernah terjadi di perhuluan Sungai Kapuas pada 21 Juli 2016, yang mengakibatkan puluhan rumah warga hancur diterjang air, bahkan seorang bayi berusia delapan bulan tewas, dan pada 2018 sudah beberapa kali banjir namun tidak besar.


 

Pewarta: Aries Zaldi dan Andilala

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018