Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mendorong percepatan pembangunan industri hilir untuk perusahaan sawit di provinsi itu, guna memaksimalkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan daerah.
"Kita mendorong percepatan pembangunan industri hilir di Kalbar," kata Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan, saat menjadi Pembicara dalam acara 3rd Borneo Forum Tahun 2019 di Pontianak, Kamis.
Dikatakannya,untuk membangun industri hilir kelapa sawit di Kalbar memang penuh tantangan. Namun apabila seluruh stakeholder, yakni pemerintah pusat, pemprov, pemda serta BUMN dan swasta yang bergerak di bidang sawit ini memiliki komitmen yang tinggi dan mampu bersinergi dalam membangun industri hilir kelapa sawit di Kalbar akan dapat diwujudkan.
"Salah satu upaya yang nyata dari Pemprov Kalbar dalam percepatan pembangunan industri hilir dengan membangun pelabuhan di Kijing," jelasnya.
Di dalam Perda No. 10 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalbar ditetapkan Terminal Temajok sebagai bagian dari Pelabuhan Pontianak yang dikembangkan di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah.
"Kawasan Pelabuhan Kecamatan Sungai Kunyit ditetapkan pula sebagai Kawasan Strategis Provinsi yang sudah mulai disusun pada Tahun 2012 dan 2014 yang lalu," jelasnya.
Jangka waktu perencanaan adalah 20 tahun dan luas kawasan pelabuhan yang direncanakan adalah 1.350 hektare kawasan darat, dan sisanya merupakan kawasan perairan. 
Kemudian pentingnya rencana tata ruang kawasan strategis provinsi (RTR KSP) Pelabuhan Kecamatan Sungai Kunyit ini dikarenakan perlunya menghubungkan daerah terpencil dan terisolir ke pusat ekonomi daerah, dan perlunya peningkatan pelayanan transportasi laut nasional, dan lokasi area perencanaan yang strategis.
"Pelabuhan Pontianak sulit dimasuki kapal-kapal besar dan sedimentasi di alur pelayaran menuju Pelabuhan Pontianak sehingga biaya perawatan tinggi," jelasnya. 
Selain itu, luas lahan Pelabuhan Pontianak sulit dikembangkan karena berada pada wilayah perkotaan dan Pelabuhan Pontianak direncanakan hanya sebagai feeder pelabuhan peti kemas (2/3 potensi ekspor terpaksa transhipment ke Jawa terlebih dahulu); CPO tidak dapat diekspor melalui Pelabuhan Pontianak (tidak ada refinery).
 

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019