Semua yang bernyawa, pasti akan kembali kepada-Nya

Minggu, 24 Maret 2019, keluarga besar (Alm) H Aliaswat Saleh yang berada di Pontianak dikejutkan dengan adanya kabar duka dari Jakarta. Karena, seorang ibu yang mereka sapa dengan moyang/nih/mami, yakni Hj Siti Hadidjah binti Djanasubrata, telah berpulang...

Ibu yang juga akrab disapa "zus" (ses) -- dari bahasa Belanda -- oleh teman-temannya pada masa muda ini, adalah istri dari mendiang H Aliaswat Saleh. Seorang tokoh masyarakat Kalimantan Barat yang populer pada era 1960 hingga akhir hidupnya, sekitar tahun 2000.

Aliaswat Saleh merupakan salah satu pencetus gagasan pendirian Universitas Panca Bhakti. Sebuah universitas swasta terbesar di Kalimantan Barat.

Aliaswat Saleh pernah menjadi anggota MPR RI dari Kalbar. Perintis sejumlah media di Kalbar, dan bersama saudara kandungnya, Ibrahim Saleh yang juga sudah tiada, berperan dalam hadirnya Kantor Berita Antara di Pontianak sekitar tahun 1950-an. Keduanya secara bergantian pernah menjadi koresponden Kantor Berita Antara di Pontianak. Aliaswat Saleh merupakan anak tertua dari 9 bersaudara.

Ibu Ice lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 14 Juli 1932. Mengisi masa muda hingga senja dengan setia mendampingi sang suami dalam meniti karir hingga mencapai puncak ketokohan di Kalbar.  Mereka menetap di Jalan Sidas No. 11, Pontianak.

Setelah meninggal suami tercinta, Ibu Ice tidak jarang berada di rumahnya di Jakarta di Jl. Duyung V No. 13, Rawamangun, Jakarta Timur.

Menurut salah satu keponakan almarhumah, Sri Agustriani Elida, ibu Ice meninggal di Jakarta pada Minggu (24/3) dini hari sekitar pukul 00.20 WIB di rumah di Jl Duyung V. No. 13 Rawamangun, memasuki usai 87 tahun. Selama berada di Jakarta, almarhumah tinggal bersama anak perempuannya yang bernama Nina.

"Di Pontianak ikut papi (Aliaswat Saleh), tapi punya rumah di Jakarta. Untuk sewaktu-waktu datang ke Jakarta yang ditempati teh Nina sekarang," kata Yani, sapaan Sri Agustriani Elida.

Ibu Ice yang berasal dari tanah Sunda, pindah ke Pontianak saat bertugas sebagai guru. Tugas sebagai pendidik dilaksanakannya hingga posisi sebagai kepala sekolah. Salah satunya sebagai kepala SMPN 13 (saat ini SMPN 11) Pontianak, antara tahun 1980-1990. Ucapan duka juga disampaikan sejumlah alumni SMP tersebut melalui grup whatsAap.
 
Menurut Yani, ibu Ice merupakan orang yang baik, disiplin, peduli terhadap keluarga dan para keponakan. Ibu ini tiga bersaudara. Saudara tertua adalah dr Ahmad Kosasih Sp.Kk, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Yarsi dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kakak lainnya, seorang perempuan bernama Siti Djulaiha. 

"Walaupun bukan orang Pontianak, tapi semua sayang mami. Walau papi sudah tidak ada tapi rumah mami selalu penuh di hari lebaran pertama. Ini bukti bahwa mami disayangi dan dicintai keluarga," kata Yani yang merupakan putri dari almarhum Anwar Saleh, adik nomor lima dari Aliaswat Saleh.
 
Kesedihan dan rasa kehilangan akan sosok perempuan lembut itu semakin terasa kuat bagi Yani, karena ia bersama keluarganya, tak bisa hadir pada pemakaman almarhumah yang berlangsung di Pemakaman Umum Menteng Pulo, Minggu (24/3), ba'da Zuhur.

Yani tak bisa datang untuk saat-saat akhir mengantar kepergian almarhumah karena tidak mendapatkan tiket penerbangan. Sementara jenazah pun tidak dapat dipulangkan ke Pontianak karena alasan yang sama.

"Saya dan keluarga tidak berangkat. Penerbangan 'fully booked'. Kami hanya mendoakan almarhumah di rumah Jalan Sidas pada Minggu malam. Yang datang ramai, walau pun dimakamkan di Jakarta. Itu bukti bahwa mami dicintai dan disayangi keluarga dan teman-temannya," katanya lagi.

Yani sempat mengenang masa-masa ketika ibu Ice masih ada. Ternyata beliau memiliki hobi bercerita. Cerita tentang pengalaman masa mudanya. Termasuk tentang Pontianak pada tempo dulu.

"Sayang sekali tidak mencatat dan hanya menjadi pendengar. Padahal sempat terpikir oleh saya untuk mencatatnya," kata dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura itu.

Ia mengatakan, cerita yang disampaikan mendiang ibu Ice, menarik untuk ditulis. Beberapa cerita bahkan ada yang disampaikan secara berulang.

Dan kini, ibu yang mengayomi anak, cucu, dan cicit itu, telah berpulang. Selamat jalan bu, semoga ladang amalmu menjadi bekal akhiratmu....aamiin...


 

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019