Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengingatkan masyarakat di daerahnya tidak menganggap remeh penyebaran COVID-19, terlebih bagi masyarakat yang memiliki penyakit bawaan.
"Jangan meremehkan corona, karena seseorang yang terpapar virus corona yang bisa memberatkan penyakitnya bawaannya. Karena kalau orang yang tidak mempunyai penyakit bawaan, sebelum 14 hari sudah bisa sembuh. Beda kalau ada penyakit bawaan seperti jantung, diabetes, darah tinggi, paru-paru dan lain-lain, karena umumnya walau pun sudah 3 bulan di rawat, namun tidak sembuh, bahkan bisa bejurung pada kematian," kata Sutarmidji di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, virus COVID-19 bisa cepat berkembang karena daya tahan tubuh individu yang terpapar berkurang. Untuk itu, dirinya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terpapar.
Kemudian, lanjutnya, ada pemahaman masyarakat selama ini yang salah, yaitu kalau sudah tes cepat kenapa harus tes PCR.
"Jadi begini, rapid test itu hanya untuk menjaring orang yang terpapar virus dan apakah ini virus corona atau bukan dan dia harus di ambil swab dari usapan tenggorokkannya dimasukan di laboratorium, kemudian di sana dilihat kandungan virusnya berapa dan jenis virus apa karena kalau corona berarti positif dan 4500 kandungan virusnya kalau dibawah itu dinyatakan negatif," tuturnya.
Mantan Wali Kota Pontianak dua Periode, menambahkan, saat ini tingkat kesembuhan masyarakat yang terpapar COVID-19 di Kalbar cukup tinggi.
"Kesembuhan pasien yang terpapar COVID-19 mencapai 64 persen dan Kalbar termasuk di ranking 21-24 se-Indonesia. Saya yakin kedepannya bisa semakin banyak yang sembuh, karena ada orang yang masuknya koma sekarang sudah sembuh," katanya.
Sutarmidji juga mengatakan, pihaknya tidak bisa langsung melakukan tes PCR kepada masyarakat, mengingat untuk melakukan tes ini, biayanya cukup tinggi, mencapai Rp660 ribu untuk sekali tes.
"Sedangkan untuk biaya tes cepat, Rp200 ribu lebih, namun, semua biaya itu sudah di cover pemerintah," kata Sutarmidji.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Jangan meremehkan corona, karena seseorang yang terpapar virus corona yang bisa memberatkan penyakitnya bawaannya. Karena kalau orang yang tidak mempunyai penyakit bawaan, sebelum 14 hari sudah bisa sembuh. Beda kalau ada penyakit bawaan seperti jantung, diabetes, darah tinggi, paru-paru dan lain-lain, karena umumnya walau pun sudah 3 bulan di rawat, namun tidak sembuh, bahkan bisa bejurung pada kematian," kata Sutarmidji di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, virus COVID-19 bisa cepat berkembang karena daya tahan tubuh individu yang terpapar berkurang. Untuk itu, dirinya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terpapar.
Kemudian, lanjutnya, ada pemahaman masyarakat selama ini yang salah, yaitu kalau sudah tes cepat kenapa harus tes PCR.
"Jadi begini, rapid test itu hanya untuk menjaring orang yang terpapar virus dan apakah ini virus corona atau bukan dan dia harus di ambil swab dari usapan tenggorokkannya dimasukan di laboratorium, kemudian di sana dilihat kandungan virusnya berapa dan jenis virus apa karena kalau corona berarti positif dan 4500 kandungan virusnya kalau dibawah itu dinyatakan negatif," tuturnya.
Mantan Wali Kota Pontianak dua Periode, menambahkan, saat ini tingkat kesembuhan masyarakat yang terpapar COVID-19 di Kalbar cukup tinggi.
"Kesembuhan pasien yang terpapar COVID-19 mencapai 64 persen dan Kalbar termasuk di ranking 21-24 se-Indonesia. Saya yakin kedepannya bisa semakin banyak yang sembuh, karena ada orang yang masuknya koma sekarang sudah sembuh," katanya.
Sutarmidji juga mengatakan, pihaknya tidak bisa langsung melakukan tes PCR kepada masyarakat, mengingat untuk melakukan tes ini, biayanya cukup tinggi, mencapai Rp660 ribu untuk sekali tes.
"Sedangkan untuk biaya tes cepat, Rp200 ribu lebih, namun, semua biaya itu sudah di cover pemerintah," kata Sutarmidji.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020