Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat mengingatkan pemerintah Kalbar yang memutuskan kebijakan untuk melakukan tatap muka sekolah pada 1 Agustus mendatang, dapat mengamati secara serius guna memastikan kesiapan dari tiap sekolah yang akan melaksanakan kebijakan tersebut.
"Ada beberapa sekolah yang kami pantau memang kondisinya sudah siap dibuka kembali, terutama yang ada di Kota Pontianak. Tetapi untuk sekolah lainnya belum memungkinkan, sehingga harus dilakukan bertahap," kata Sulasti, anggota KPPAD Kalbar bidang Hak Kuasa Asuh Penelantaran Anak, Perlindungan Pendidikan Anak, dan Pekerja Ana, saat dihubungi ANTARA di Pontianak, Jumat.
Ia mengatakan beberapa sekolah seperti SMAN 7, SMKN 1, dan SMPN 2 yang semuanya berada di Kota Pontianak sudah menyiapkan diri untuk penerapan adaptasi kenormalan baru. Dari pantauannya langsung ke sekolah tersebut, memang tampak sudah siap melaksanakan tatap muka proses belajar mengajar.
Pada setiap sekolah itu, ada pembatasan jarak dan fisik, misalnya saat masuk ke sekolah hanya dapat dilalui dengan melintasi satu pintu. Ada fasilitas tempat cuci tangan dan hand sanitizer.
Kemudian ada penempelan prosedur saat berada di sekolah yang dapat menjelaskan kepada peserta didik terkait pencegahan penularan virus Corona jenis baru atau COVID-19.
"Jadi kalau sekolah itu siap dibuka kembali, saya menyetujui itu," katanya lagi.
Apalagi menurut dia, beberapa waktu belakangan, sejumlah orangtua murid mengeluhkan kondisi mereka ketika anak-anak harus belajar di rumah. "Model pendidikan zaman kita berbeda sekali dengan saat ini. Sehingga orangtua mengaku cukup kesulitan ketika membantu anak-anak untuk belajar di rumah," katanya menjelaskan.
Sebagai contoh, kata dia, ada pertanyaan yang sulit, namun ada kekhawatiran dari orangtua murid, apakah anaknya bisa dibantu menjawab pertanyaan tersebut menggunakan mesin pencari google. "Kalau menurut saya sebenarnya tidak apa-apa. Tetapi tetap saja ada keraguan para orangtua. Kondisi ini berbeda kalau mereka berada di sekolah," katanya lagi.
Karena itu, ia mengatakan, jika Pemprov Kalbar memutuskan untuk dibuka kembali sekolah, khususnya bagi murid kelas 6 sekolah dasar (SD), murid kelas 9 (SMP) dan murid kelas 12 (SMA), maka ia setuju dengan keputusan tersebut.
"Sekolah yang sudah siap untuk memulai proses belajar mengajar, dapat menjadi rintisan bagi pembukaan sekolah lain untuk selanjutnya," katanya lagi.
Senada dengan anggota KPPAD Kalbar Sulasti, rencana pembukaan kembali sekolah di Kota Pontianak ditanggapi positif Direktur RSUD Dr Soedarso Kalbar, drg Yulistuti Saripawan. Menurut Yuliastuti sepanjang pembukaan sekolah tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan, maka sudah dapat dilakukan.
"Tetapi yang terpenting itu anak-anak harus menyadari bahwa mereka bisa terkontaminasi (COVID-19) sehingga harus tahu dan paham apa yang mesti dilakukan agar selama sekolah aman dan sehat," katanya mengingatkan.
Sementara itu, terkait adanya tes usap atau swab test bagi guru dan petugas sekolah lainnya untuk kesiapan kegiatan tatap muka belajar, yang juga nantinya akan disusul tes usap untuk pelajar, anggota KPPAD Kalbar Sulasti mengharapkan tidak dilakukan berulang setiap enam bulan.
"Saya mendapat informasi, tes itu akan dilakukan setiap enam bulan sekali. Padahal tes itu kan sakit sekali. Jadi kalau dilakukan setiap enam bulan, tentu membuat tidak nyaman baik bagi guru maupun anak-anak sekolah," katanya mengingatkan.
Menurut dia lagi, tes usap sebaiknya dilakukan cukup sekali saja, kecuali jika ada kondisi yang memang harus dilakukan kembali.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Panyakit, dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dadang Fitrajaya menyatakan, pihaknya pada Kamis (23/7) melakukan tes usap pada guru dan petugas sekolah di SMP Negeri 1 Pontianak, yakni kepada 63 orang.
"Tes usap ini untuk mendukung kesiapan pelaksanaan tatap muka belajar 1 Agustus mendatang," katanya.
Selain Dinas Kesehatan Kota Pontianak, tes usap ke sekolah juga dilakukan Dinas Kesehatan provinsi Kalbar. Sekolah yang sudah melakukan tes usap tersebut SMAN 1 Pontianak. Hasil tes diperkirakan akan keluar pada dua hari ini dari laboratorium di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Ada beberapa sekolah yang kami pantau memang kondisinya sudah siap dibuka kembali, terutama yang ada di Kota Pontianak. Tetapi untuk sekolah lainnya belum memungkinkan, sehingga harus dilakukan bertahap," kata Sulasti, anggota KPPAD Kalbar bidang Hak Kuasa Asuh Penelantaran Anak, Perlindungan Pendidikan Anak, dan Pekerja Ana, saat dihubungi ANTARA di Pontianak, Jumat.
Ia mengatakan beberapa sekolah seperti SMAN 7, SMKN 1, dan SMPN 2 yang semuanya berada di Kota Pontianak sudah menyiapkan diri untuk penerapan adaptasi kenormalan baru. Dari pantauannya langsung ke sekolah tersebut, memang tampak sudah siap melaksanakan tatap muka proses belajar mengajar.
Pada setiap sekolah itu, ada pembatasan jarak dan fisik, misalnya saat masuk ke sekolah hanya dapat dilalui dengan melintasi satu pintu. Ada fasilitas tempat cuci tangan dan hand sanitizer.
Kemudian ada penempelan prosedur saat berada di sekolah yang dapat menjelaskan kepada peserta didik terkait pencegahan penularan virus Corona jenis baru atau COVID-19.
"Jadi kalau sekolah itu siap dibuka kembali, saya menyetujui itu," katanya lagi.
Apalagi menurut dia, beberapa waktu belakangan, sejumlah orangtua murid mengeluhkan kondisi mereka ketika anak-anak harus belajar di rumah. "Model pendidikan zaman kita berbeda sekali dengan saat ini. Sehingga orangtua mengaku cukup kesulitan ketika membantu anak-anak untuk belajar di rumah," katanya menjelaskan.
Sebagai contoh, kata dia, ada pertanyaan yang sulit, namun ada kekhawatiran dari orangtua murid, apakah anaknya bisa dibantu menjawab pertanyaan tersebut menggunakan mesin pencari google. "Kalau menurut saya sebenarnya tidak apa-apa. Tetapi tetap saja ada keraguan para orangtua. Kondisi ini berbeda kalau mereka berada di sekolah," katanya lagi.
Karena itu, ia mengatakan, jika Pemprov Kalbar memutuskan untuk dibuka kembali sekolah, khususnya bagi murid kelas 6 sekolah dasar (SD), murid kelas 9 (SMP) dan murid kelas 12 (SMA), maka ia setuju dengan keputusan tersebut.
"Sekolah yang sudah siap untuk memulai proses belajar mengajar, dapat menjadi rintisan bagi pembukaan sekolah lain untuk selanjutnya," katanya lagi.
Senada dengan anggota KPPAD Kalbar Sulasti, rencana pembukaan kembali sekolah di Kota Pontianak ditanggapi positif Direktur RSUD Dr Soedarso Kalbar, drg Yulistuti Saripawan. Menurut Yuliastuti sepanjang pembukaan sekolah tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan, maka sudah dapat dilakukan.
"Tetapi yang terpenting itu anak-anak harus menyadari bahwa mereka bisa terkontaminasi (COVID-19) sehingga harus tahu dan paham apa yang mesti dilakukan agar selama sekolah aman dan sehat," katanya mengingatkan.
Sementara itu, terkait adanya tes usap atau swab test bagi guru dan petugas sekolah lainnya untuk kesiapan kegiatan tatap muka belajar, yang juga nantinya akan disusul tes usap untuk pelajar, anggota KPPAD Kalbar Sulasti mengharapkan tidak dilakukan berulang setiap enam bulan.
"Saya mendapat informasi, tes itu akan dilakukan setiap enam bulan sekali. Padahal tes itu kan sakit sekali. Jadi kalau dilakukan setiap enam bulan, tentu membuat tidak nyaman baik bagi guru maupun anak-anak sekolah," katanya mengingatkan.
Menurut dia lagi, tes usap sebaiknya dilakukan cukup sekali saja, kecuali jika ada kondisi yang memang harus dilakukan kembali.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Panyakit, dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dadang Fitrajaya menyatakan, pihaknya pada Kamis (23/7) melakukan tes usap pada guru dan petugas sekolah di SMP Negeri 1 Pontianak, yakni kepada 63 orang.
"Tes usap ini untuk mendukung kesiapan pelaksanaan tatap muka belajar 1 Agustus mendatang," katanya.
Selain Dinas Kesehatan Kota Pontianak, tes usap ke sekolah juga dilakukan Dinas Kesehatan provinsi Kalbar. Sekolah yang sudah melakukan tes usap tersebut SMAN 1 Pontianak. Hasil tes diperkirakan akan keluar pada dua hari ini dari laboratorium di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020