Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harisson mengatakan, pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap perkembangan penanganan kasus COVID-19 di Kalbar setiap bulannya.

"Berdasarkan evaluasi yang kita lakukan, untuk kasus COVID-19 di Kalbar saat ini memang terus meningkat. Namun, peningkatan ini dikarenakan kegiatan tes usap yang masif kita lakukan karena semakin banyak orang yang di tes usap, maka akan semakin banyak kita mengetahui masyarakat yang sudah terpapar," kata Harisson di Pontianak, Senin.

Dia menjelaskan, sampai pagi ini, jumlah kasus konfirmasi COVID-19 yang ada di Kalbar mencapai 957 kasus, jumlah masyarakat yang suspek sebanyak 743 orang, dan jumlah masyarakat yang terdata kontak erat dengan pasien COVID-19 sebanyak 16.650 orang dan saat ini ada 131 orang pasien yang dirawat.

Dari 957 pasien konfirmasi COVID-19 di Kalbar, 159 orang diantaranya masih di isolasi dan dalam tahap penyembuhan. Sementara 789 orang dinyatakan sembuh dan ada 9 kasus konfirmasi yang meninggal dunia.

Sedangkan data untuk sebaran pasien terkonfirmasi per daerah, sampai dengan tanggal 28 September, di Pontianak ada 258 kasus, Singkawang 66 kasus, Mempawah 40 kasus, Bengkayang 17 kasus, Sambas 26 kasus, Landak 68 kasus, Sanggau 25 kasus, Kubu Raya 146 kasus, Kayong Utara 3 kasus, Ketapang 100 kasus, Sekadau 7 kasus, Melawi 31 kasus, SIntang 55 kasus dan Kapuas Hulu 48 kasus.

Dari sebaran kasus yang ada di setiap daerah, Kabupaten Kayong Utara, Sekadau dan Sanggau masih masuk zona hijau atau tidak ada kasus. Daerah zona hijau yang yang ada di Kalbar ini bukan berarti aman, tapi Pemdanya yang masih belum mengirimkan target tes usap seperti yang diminta oleh Pemprov Kalbar melalui Pergub nomor 110.

"Dengan tidak adanya pengiriman sampel tes usap, maka kasusnya otomatis mengendap dan tidak diketahui sudah berapa banyak masyarakat yang terjangkit dan ini bisa menjadi bom waktu bagi daerah itu," tuturnya,

Sementara untuk Kabupaten Kubu Raya, Kota Singkawang dan Kota Pontianak, saat ini masuk dalam zona orange (dengan resiko sedang) dan untuk daerah lainnya masuk dalam zona kuning (resiko rendah).

Harisson mengharapkan, setiap pemerintah daerah di Kalbar bisa terus melakukan evaluasi terkait penanganan kasus COVID-19 di daerahnya masing-masing, termasuk penerapan protokol kesehatan.

"Ini kita harap bisa menjadi perhatian bersama, mengingat angka kasus COVID-19 yang kita temukan terus bertambah saat ini dan jika kita tidak serius dalam penanganan, maka akan semakin banyak masyarakat yang terkonfirmasi COVID-19," kata Harisson.

Mantan Kepala Dinas Kapuas Hulu itu menambahkan, dari hasil evaluasi yang dilakukan pihaknya, saat ini masih ada beberapa Pemda yang belum serius dalam penanganan COVID-19 seperti tidak memenuhi pengiriman kuota sampel tes usap. 

Padahal, katanya, sesuai standar yang ditetapkan WHO dan Kemenkes, untuk pelaksanaan testing , 1 sampel tes usap per 1.000 penduduk harus dilakukan setiap minggu.

"Testing ini merupakan bagian dari upaya untuk mendeteksi secara dini penduduk di suatu daerah yang tertular COVID-19,  jadi kalau terdeteksi langsung diisolasi supaya dia tidak menularkan ke orang lain. Penduduk yang tertular langsung diobati oleh Pemda setempat atau Dinkes setempat bila ada gejala, atau masuk rumah sakit bila gejala sedang dan berat," tuturnya.

Dia menambahkan, salah satu risiko jika tidak melaksanakan testing, kita tidak tahu dimana penduduk yang sudah tertular dan kalau penduduk yang sudah tertular ini pergi berobat ke rumah sakit atau puskesmas atau ke fasyankes maka dia akan menularkan kepada tenaga kesehatan, dan selanjutnya akan menularkan ke pasien-pasien berikut nya. 

"Belum lagi kalau dia tetap melaksanakan aktivitas di luar rumah maka orang-orang yang berada di sekitar nya akan tertular juga. Jadi testing bagian dari mengamankan masyarakat dari risiko penularan atau pun mengamankan petugas kesehatan itu sendiri dari risiko penularan oleh pasien-pasiennya," kata Harisson.

Dirinya juga mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi sementara ini, terjadi mutasi muatan virus COVID-19 dari beberapa sampel swab yang dilakukan terhadap pasien.

"Dari beberapa sampel tes usap yang kita periksa ternyata ditemukan jutaan copies virus didalamnya dan orang yang mengandung jutaan copies virus COVID-19 ini menjadi orang yang sangat berbahaya karena mampu menularkan virus dengan sangat cepat dan kepada orang banyak. Dan ini sudah ada di Kalbar, sehingga orang-orang seperti ini perlu diwaspadai," katanya.

Pihaknya juga menilai, saat ini kesadaran masyarakat untuk menggunakan masker di Kalbar sudah semakin baik, meski masih ada beberapa yang masih belum mau menerapkan. Untuk itu, kata Harisson masyarakat harus bisa membudayakan menggunakan masker dalam beraktivitas sehari-hari.

"Kalau ada yang tidak menggunakan masker disekitar kita, segera jauhi orang tersebut, karena bisa saja dirinya dapat menularkan COVID-19 kepada kita," tuturnya.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020