Suku Dayak Iban Sungai Utik Desa Batu Lintang Kecamatan Embaloh Hulu perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat membentuk sekolah adat yang di pusatkan di Rumah Betang (Rumah Panjang) Dayak Iban Sungai Utik daerah setempat.
 
"Hasil musyawarah komunitas Dayak Iban sekolah adat itu diberi nama Sekolah Adat Temenggung Judan Sungai Utik," kata Ketua Badan Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Herkulanus Sutomo Manna, di Putussibau Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, Kamis.

Baca juga: Empat jenis tenun Dayak Iban Menua Sadap di minati Malaysia
Baca juga: Margaretha Mala asal Kapuas Hulu raih Tunas Kehati Award 2020
 
Pembentukan sekolah Adat Suku Dayak Iban Sungai Utik, daerah perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. (Timotius)
 
Disampaikan Sutomo, nama sekolah adat itu memang diambil dari nama Temenggung Sungai Utik dan sebagai penghormatan untuk Temenggung Judan, tetua Dayak Iban yang membuka wilayah, dimana Sungai Utik dan tujuh kampung lainnya saat ini berdiri dan beliau merupakan temenggung pertama di Ketemenggungan Iban Jalai Lintang.
 
Menurut dia, pendidikan adat dapat menjadi sarana untuk semakin memperkuat identitas dan eksistensi dari komunitas.
 
Apalagi sudah di kenal luas komunitas adat yang konsisten memegang adat dan tradisi serta komitmen penuh mengelola lingkungan.
 
" Tentu tugas penting bagi generasi muda Sungai Utik untuk terus mempelajari berbagai pengetahuan adat dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari," kata Sutomo.

Baca juga: Peraih KEHATI Award 2020 bertekad lestarikan tenun dayak berbahan alami
Baca juga: Suku Dayak Iban di batas negeri gelar ritual adat terkait Covid - 19
 
Pembentukan sekolah Adat Suku Dayak Iban Sungai Utik, daerah perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. (Timotius)

 
Sementara itu, Pimpinan Rumah Panjang (Tuai rumah) Sungai Utik, Bandi Anak Ragae atau lebih dikenal sebagai Apai Janggut menyambut baik berdirinya sekolah adat tersebut.
 
Apai Janggut pun berharap agar semua anggota komunitas terlibat aktif membagi kemampuan yang dimiliki masing-masing kepada anak-anak.
 
" Ini adalah tugas kita bersama, banyak keterampilan yang saat ini mulai hilang, contohnya saat ini hanya saya dan Apai Kudi yang bisa Nimang (tradisi sastra lisan Iban) jika ini tidak dipelajari maka akan hilang begitu saja," kata Apai Janggut.
 
Ia pun masih banyak mencontohkan adat istiadat serta seni budaya yang mesti ditanamkan sejak usia dini bagi generasi muda suku Dayak Iban.
 
Kepala Desa Batu Lintang Raymundus Remang mengatakan sekolah adat sangat penting agar tradisi-tradisi adat dan budaya yang ada dapat terus digali bersama dan dipelajari oleh anak-anak melalui sekolah adat.

Baca juga: Kain tenun khas Dayak Iban Kapuas Hulu terjual Rp13 juta lebih
Baca juga: Nursaka lintasi perbatasan untuk sekolah berharap hadiah sepeda presiden

 
Pembentukan sekolah Adat Suku Dayak Iban Sungai Utik, daerah perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. (Timotius)

 
Dikatakan Remang, perkembangan zaman dan teknologi dikhawatirkan dapat mengikis pengetahuan tentang adat istiadat serta budaya leluhur.
 
Sehingga sangat perlu adanya sekolah adat agar pengetahuan serta peninggalan leluhur itu dapat di lestarikan kepada generasi muda khususnya Suku Dayak Iban Sungai Utik.
 
"Banyak hal yang harus kita tanamkan kepada generasi muda dalam hidup beradat dan seni budaya peninggalan leluhur hingga ke alam yang merupakan titipan leluhur," kata Remang.

Baca juga: Bupati Landak imbau masyarakat lestarikan adat
Baca juga: Koramil Sanggau Ledo ikut dampingi proses sekolah tatap muka di perbatasan
Baca juga: Universitas Malaysia kunjungi SD di batas Indonesia - Malaysia
 
Pembentukan sekolah Adat Suku Dayak Iban Sungai Utik, daerah perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. (Timotius)



 

Pewarta: Teofilusianto Timotius

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021