Pontianak (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak, bekerja sama dengan Traction Energy Asia, menggelar sarasehan bertajuk "Menilik Transisi Energi Listrik Bertenaga Nuklir di Kalimantan Barat".
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai respons terhadap rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang direncanakan akan dibangun setelah tahun 2025 dengan target operasional pada 2032, sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencapai net zero emission pada 2060.
Ketua AJI Pontianak, Rendra Oxtora, menyatakan bahwa meskipun pembangunan PLTN didukung oleh Pemerintah Provinsi Kalbar dan PLN Indonesia Power, yang melihatnya sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat, proyek ini juga menimbulkan polemik di kalangan masyarakat.
Di satu sisi, ada dukungan untuk proyek ini, namun di sisi lain, organisasi masyarakat sipil seperti Walhi Kalbar menyuarakan kekhawatiran atas potensi risiko terhadap keselamatan lingkungan dan manusia.
Sarasehan yang diadakan bertujuan untuk memberikan wawasan kepada jurnalis dan CSO mengenai perkembangan rencana PLTN, menghadirkan berbagai perspektif terkait pembangunan ini, serta meningkatkan sinergi antara jurnalis dan organisasi masyarakat sipil (CSO) dalam mengawal isu transisi energi di Kalimantan Barat.
Narasumber yang hadir antara lain Dr. Dra. Netty Herawati, M.Si., pendiri Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia, Hendrikus Adam, Direktur Walhi Kalbar, dan jurnalis senior Kalbar, Andi Fahrizal. Mereka membahas peluang, tantangan, dan risiko dari pengembangan energi nuklir di daerah, dengan penekanan pada pentingnya pemahaman yang berbasis data dan transparansi dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Dr. Netty Herawati, dalam kesempatan tersebut, mengungkapkan bahwa pembangunan PLTN di Kalimantan Barat dapat menjadi bagian dari solusi untuk transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan. Selain itu, PLTN menawarkan keunggulan dalam efisiensi energi dengan emisi karbon yang rendah. Kalimantan Barat, dengan kondisi geografisnya yang relatif aman dari ancaman bencana alam seperti gempa dan tsunami, dianggap sebagai lokasi potensial untuk pengembangan PLTN.
Namun, Netty juga menekankan tantangan komunikasi dan kebijakan yang dapat mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap pembangunan PLTN, serta isu lingkungan terkait pengelolaan limbah radioaktif. Dia berharap agar semua pihak mendengarkan berbagai perspektif dalam proses perencanaan dan pembangunan PLTN ini.
Di sisi lain, Walhi Kalbar melalui Direktur Hendrikus Adam menegaskan risiko besar dari pembangunan PLTN di Bengkayang. Adam mengingatkan bahwa teknologi nuklir memiliki risiko yang tidak bisa sepenuhnya dikendalikan, bahkan oleh negara-negara maju sekalipun. Ia juga mengkritik kurangnya transparansi dari pemerintah dalam menyosialisasikan proyek ini kepada masyarakat, serta menyoroti potensi ancaman bencana alam seperti gempa dan banjir di wilayah tersebut.
Adam lebih lanjut menyatakan bahwa fokus harus dialihkan pada pengembangan energi terbarukan yang lebih aman, murah, dan ramah lingkungan, seperti tenaga surya, air, dan biomassa, daripada melanjutkan proyek PLTN yang berisiko tinggi.
Jurnalis senior Kalimantan Barat, Andi Fahrizal, juga menyampaikan pandangannya mengenai transparansi pembahasan Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Barat 2024-2043, yang secara tidak langsung menyebutkan rencana pembangunan PLTN. Menurut Andi, pembahasan perda tersebut dilakukan secara tertutup, dan hal ini menjadi perhatian penting bagi jurnalis untuk menjaga transparansi dalam pemberitaan terkait isu nuklir.
Andi juga menyoroti bahwa pemberitaan mengenai isu nuklir di media lokal Kalbar masih terbatas, dengan media seperti Pontianak Post dan Tribun Pontianak hanya sedikit mengangkat isu ini. Oleh karena itu, ia mendorong jurnalis untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu teknis seperti ini agar dapat menyajikan informasi yang lebih mendalam kepada masyarakat.
Sarasehan yang digelar AJI Pontianak dan Traction Energy Asia membuka ruang diskusi yang penting tentang potensi dan tantangan pembangunan PLTN di Kalimantan Barat. Diharapkan melalui kegiatan ini, masyarakat dan jurnalis dapat memperoleh informasi yang lebih objektif dan berbasis data, serta terlibat dalam pengambilan keputusan yang transparan mengenai masa depan energi di Kalimantan Barat.