Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengusulkan mata pelajaran muatan lokal tentang ilmu gizi diajarkan kepada para siswa SMA dan SMK guna meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) bidang kesehatan di daerah tersebut.

"Saya usulkan nanti agar di sektor pendidikan ini setiap sekolah di Kalbar harus memasukkan mata pelajaran muatan lokal tentang ilmu gizi. Jadi, sejak remaja putri mengetahui apa yang harus dipersiapkan saat hamil, agar ilmu gizinya sudah bagus," kata Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat Harisson saat menghadiri Rapat Koordinasi Kebijakan Peningkatan IPM Bidang Kesehatan di Kalimantan Barat di Pontianak, Kamis.

Ia menjelaskan banyak program dapat dilakukan dalam meningkatkan IPM bidang kesehatan, antara lain pembangunan poskesdes dan rumah sakit, menyediakan pemberdayaan ekonomi, mempermudah akses warga terhadap pusat-pusat pelayanan kesehatan, termasuk pendidik dan tenaga kesehatan, agar mereka mampu menangani setiap kasus kesehatan.

Ia juga meminta setiap posyandu di desa-desa, termasuk sekolah dan lingkungan masyarakat, dapat diberikan sosialisasi atau edukasi tentang kesehatan, gizi, dan perilaku hidup bersih.

"Harusnya pengetahuan masyarakat terhadap bagaimana perilaku hidup bersih ditingkatkan lagi agar hidupnya lebih sehat dan tidak sering terkena penyakit yang membuat kasus ini menjadi fatal. Karena status kesehatan itu 30 persen dipengaruhi oleh perilaku," tuturnya.

Pihaknya mengupayakan sarana prasarana dan petugas kesehatan dapat melayani dengan sebaik-baiknya ibu hamil dan melahirkan supaya selalu sehat, agar bisa melahirkan bayi yang sehat juga.

"Kita juga menyiapkan pelayanan kesehatan dari bayi, remaja, dewasa, sampai ke lansia agar mereka terus dapat menjaga kesehatannya sehingga umurnya panjang," kata Harisson.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat drg. Harry Agung mengatakan dalam pengukuran IPM ada indikator utama yang menjadi perhitungan setiap 10 tahun yaitu angka kematian bayi.

"Cara menghitung usia harapan hidup itu dengan memprediksi angka kematian bayi dari hasil sensus, kita terakhir sensus itu tahun 2010, mudah-mudahan tahun ini keluar hasilnya digunakan untuk prediksi 10 tahun ke depan sehingga variabel utamanya adalah angka kematian bayi, maka programnya fokus pada bagaimana menurunkan angka kematian bayi di Kalimantan Barat," katanya.

Ia mengatakan angka kematian bayi di Kalbar memang di bawah angka nasional, tetapi usia harapan hidup setiap tahun dapat dipengaruhi variabel-variabel lainnya, bukan hanya diprediksi oleh angka kematian bayi.

"Variabel itu bisa karena masalah lingkungan, persalinan juga harus di faskes layanan kesehatan supaya angka kematian ibu bisa ditekan. Selain itu status gizi ibu hamil, seperti anemia pada ibu hamil itu harus dicegah, sehingga programnya nanti pemberian asupan makanan yang baik, maka kualitas ibu hamil diperbaiki," katanya.

Pewarta: Rendra Oxtora dan Sucia Lucinda

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023