Pembalap Indonesia Mohammad Adenanta Putra optimistis dengan balapan Asia Road Racing Championship (ARRC) musim depan di kelas Supersports 600 (SS600) setelah ia mendapatkan "chemistry" dengan motor Honda CBR600RR yang ia kendarai.

Setelah promosi dari kelas Asia Production 250 (AP250) pada musim ini, Adenanta sempat mengalami kesulitan di awal-awal seri balap menggunakan tunggangannya yang mempunyai kapasitas mesin lebih besar itu.

Namun, memasuki akhir musim ARRC 2023, pembalap 19 tahun itu telah menemukan formula untuk mengendalikan motor yang dinaikinya.

Alhasil ia dapat tampil solid di race pertama seri terakhir ARRC 2023 di Sirkuit Internasional Chang, Buriram, Thailand, Sabtu (2/12) dengan finis di posisi keenam setelah memulai balapan dari posisi kesepuluh.

”Ini tahun pertama di Supersport 600 dan bagi saya tidak mudah untuk naik dari kelas 250 cc ke kelas 600 cc. Sebelumnya saya tidak punya pengalaman naik motor supersport dan tahun ini pertama kali. Namun, saya senang karena dari seri ke seri saya mendapatkan hasil yang lebih baik serta peningkatan yang positif,” kata Adenanta ketika ditemui pewarta setelah rampung race pertama di Sirkuit Internasional Chang, Sabtu (2/12).

Adenanta mengaku semakin lama kemampuannya menunggangi motor 600 cc semakin matang setelah sempat berjuang dengan kerasnya proses adaptasi.

Di awal-awal seri, pembalap 19 tahun itu kerap tersentak dengan mesin besar motornya. Fisiknya terkuras dan tak mampu meladeni “kemauan” motornya yang memiliki tenaga lebih besar dari motornya pada musim lalu itu.

“Nomor satu fisik, sangat jauh bagi saya dari 250 cc ke 600 cc karena bobot motornya juga beda lumayan jauh dan dari kecepatan yang lebih kencang membuat usaha untuk menarik motor (saat menikung) jauh lebih berat,” jelas Adenanta.

”Mengendarai motor 600 cc ini juga jauh berbeda dari 250 cc. Kalau di 600 cc ini semua harus dipikirkan, tidak bisa asal ngegas karena sekali membuat kesalahan pasti jarak (ketertinggalan) akan jauh. Ini berbeda dengan motor kecil, contoh motor 250 cc. Kalau kita membuat kesalahan, kesempatan untuk melakukan recovery jauh lebih mudah. Kalau 600 cc ini tidak bisa ngawur,” tambahnya.



Seperti halnya pada seri pertama di Sirkuit Internasional Chang, Maret. Pembalap asal Magetan, Jawa Timur itu mengaku kelelahan saat balapan baru memasuki 70 persen dari lap yang ada sebelum akhirnya menuntaskannya dengan finis di posisi kedelapan pada dua race.

“Yang pertama di round satu saya sangat kelelahan saat balap di 600. Tentunya dari fisik sangat jauh, saat di round satu itu mungkin baru 70 persen jalannya race saya susah lebih nge-push dan fokus lagi karena kondisi fisik yang benar-benar drop,” ungkap pembalap Astra Honda Racing Team itu.

“Selain fisik, juga feeling. Waktu di round satu, feeling saya masih sangat sulit bawa motor 600, rasanya masih kebawa-bawa motor, masih kagok sama speed-nya,” lanjutnya.

Setelah itu, ia bekerja keras dengan menambah porsi latihan lebih banyak pada aspek fisik. Kerja kerasnya berbuah manis saat ia meraih podium pertamanya di kelas SS600, podium ketiga seri keempat di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, Indonesia pada race kedua Agustus.

Sejak itu, Adenanta tampil lebih percaya diri pada balapan berikutnya setelah mendapatkan “racikan” mengemudi motor CBR600RR.

“Mulai di putaran keempat, di Mandalika. Setelah itu, sampai sekarang feeling-nya (bawa motor) improve terus,” katanya.

Saat ini, di kelas SS600 sebelum race kedua di Buriram pada Minggu sore, Adenanta menghuni posisi ketujuh di klasemen sementara dengan 99 poin.

Adenanta mengatakan, adaptasinya yang sudah berjalan 80 persen di SS600 musim ini membawanya memasang target juara pada musim depan.

“Untuk tahun depan, semua yang saya dapatkan tahun ini bisa menjadi bekal yang baik untuk 2024. Target saya ke depan bisa juara,” ucap Adenanta optimistis.
 



 

Pewarta: Zaro Ezza Syachniar

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023