Direktur Lembaga Pengembangan Masyarakat Swandiri (Gemawan) Laili Khairnur menggencarkan edukasi pelestarian mangrove kepada generasi muda yang ada di Kalimantan Barat melalui program Aksi Jaga Pesisir (SIGAP).
"Kami terus berkomitmen untuk melestarikan ekosistem mangrove di Kalimantan Barat melalui berbagai inisiatif, salah satunya adalah Program Aksi Jaga Pesisir (SIGAP). Program ini bertujuan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga kelestarian mangrove," kata Laili di Pontinak, Senin.
Dia menjelaskan, melalui Program SIGAP, Gemawan sebuah komunitas yang bergerak di bidang konservasi menggelar berbagai kegiatan di wilayah pesisir Kabupaten Mempawah yang melibatkan pemuda dan masyarakat setempat.
Salah satu kegiatan utama adalah penanaman mangrove menggunakan selongsong bambu, yang tidak hanya bertujuan memperbaiki ekosistem pesisir tetapi juga mendidik generasi muda mengenai pentingnya ekosistem ini dalam menghadapi perubahan iklim dan mencegah abrasi air laut.
"Melalui SIGAP, kami ingin menanamkan kesadaran kepada generasi muda bahwa menjaga mangrove berarti melindungi masa depan kita dari berbagai bencana alam dan perubahan iklim," tuturnya.
Sebagai bagian dari Program SIGAP, Gemawan juga menyelenggarakan sesi edukasi di SMA Negeri 1 Mempawah. Dalam sesi ini, siswa-siswi diberikan pemahaman mendalam tentang fungsi dan manfaat mangrove. Mereka belajar bahwa mangrove bukan hanya sekadar pohon, tetapi juga ekosistem vital yang berfungsi sebagai penahan gelombang, penyaring air, dan habitat bagi berbagai jenis satwa.
"Edukasi ini penting untuk membangun kesadaran sejak dini. Kami berharap para siswa dapat menjadi duta lingkungan yang aktif dalam menjaga dan melestarikan mangrove," kata salah satu edukator dari Gemawan.
Menurutnya, Gemawan tidak bekerja sendiri, mereka berkolaborasi dengan Tim UPT Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Wilayah Mempawah, pemuda, dan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan. Diskusi dengan masyarakat setempat dilakukan untuk menemukan solusi terbaik atas masalah yang dihadapi di wilayah pesisir.
Gemawan juga mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dalam kampanye perlindungan mangrove melalui media sosial dan kegiatan lapangan. Mereka didorong untuk berdonasi bibit, uang, atau foto mangrove, yang kemudian digunakan untuk mendukung aktivitas konservasi.
Salah satu tujuan jangka panjang dari program ini adalah mendirikan Borneo Mangrove Center, yang diharapkan menjadi pusat pembelajaran mangrove dunia. Dengan adanya pusat ini, Gemawan berharap dapat memperluas dampak edukasi dan konservasi mangrove tidak hanya di Kalimantan Barat tetapi juga di seluruh dunia.
Melalui Program SIGAP, Gemawan menunjukkan bahwa edukasi dan pemberdayaan generasi muda adalah kunci untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove.
"Dengan melibatkan pemuda dalam setiap langkah konservasi, Gemawan berupaya menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk Kalimantan Barat dan dunia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Kami terus berkomitmen untuk melestarikan ekosistem mangrove di Kalimantan Barat melalui berbagai inisiatif, salah satunya adalah Program Aksi Jaga Pesisir (SIGAP). Program ini bertujuan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga kelestarian mangrove," kata Laili di Pontinak, Senin.
Dia menjelaskan, melalui Program SIGAP, Gemawan sebuah komunitas yang bergerak di bidang konservasi menggelar berbagai kegiatan di wilayah pesisir Kabupaten Mempawah yang melibatkan pemuda dan masyarakat setempat.
Salah satu kegiatan utama adalah penanaman mangrove menggunakan selongsong bambu, yang tidak hanya bertujuan memperbaiki ekosistem pesisir tetapi juga mendidik generasi muda mengenai pentingnya ekosistem ini dalam menghadapi perubahan iklim dan mencegah abrasi air laut.
"Melalui SIGAP, kami ingin menanamkan kesadaran kepada generasi muda bahwa menjaga mangrove berarti melindungi masa depan kita dari berbagai bencana alam dan perubahan iklim," tuturnya.
Sebagai bagian dari Program SIGAP, Gemawan juga menyelenggarakan sesi edukasi di SMA Negeri 1 Mempawah. Dalam sesi ini, siswa-siswi diberikan pemahaman mendalam tentang fungsi dan manfaat mangrove. Mereka belajar bahwa mangrove bukan hanya sekadar pohon, tetapi juga ekosistem vital yang berfungsi sebagai penahan gelombang, penyaring air, dan habitat bagi berbagai jenis satwa.
"Edukasi ini penting untuk membangun kesadaran sejak dini. Kami berharap para siswa dapat menjadi duta lingkungan yang aktif dalam menjaga dan melestarikan mangrove," kata salah satu edukator dari Gemawan.
Menurutnya, Gemawan tidak bekerja sendiri, mereka berkolaborasi dengan Tim UPT Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Wilayah Mempawah, pemuda, dan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan. Diskusi dengan masyarakat setempat dilakukan untuk menemukan solusi terbaik atas masalah yang dihadapi di wilayah pesisir.
Gemawan juga mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dalam kampanye perlindungan mangrove melalui media sosial dan kegiatan lapangan. Mereka didorong untuk berdonasi bibit, uang, atau foto mangrove, yang kemudian digunakan untuk mendukung aktivitas konservasi.
Salah satu tujuan jangka panjang dari program ini adalah mendirikan Borneo Mangrove Center, yang diharapkan menjadi pusat pembelajaran mangrove dunia. Dengan adanya pusat ini, Gemawan berharap dapat memperluas dampak edukasi dan konservasi mangrove tidak hanya di Kalimantan Barat tetapi juga di seluruh dunia.
Melalui Program SIGAP, Gemawan menunjukkan bahwa edukasi dan pemberdayaan generasi muda adalah kunci untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove.
"Dengan melibatkan pemuda dalam setiap langkah konservasi, Gemawan berupaya menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk Kalimantan Barat dan dunia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024