Pemerintah Kabupaten Kubu Raya semakin serius mengoptimalkan Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit untuk meningkatkan daya saing sektor kelapa sawit melalui pembangunan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan bagi petani sawit.
"Salah satu langkah konkret yang diambil adalah pelaksanaan pelatihan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) selama tiga hari, dengan diikuti oleh 50 peserta," kata Pj Bupati Kubu Raya, Syarif Kamaruzaman, di Sungai Raya, Rabu.
Dia mengungkapkan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia.
"Pelatihan ISPO ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan nilai jual produk sawit di pasar global. Di Kubu Raya, banyak kebun sawit yang juga mendapatkan program Dana Bagi Hasil (DBH) yang dialokasikan untuk infrastruktur dan pelatihan," tuturnya.
Kamaruzaman menjelaskan bahwa Dana Bagi Hasil Sawit yang diterima Kubu Raya akan digunakan untuk membangun infrastruktur dan memberikan pelatihan kepada petani sawit.
"Sebanyak 80 persen dari dana ini dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, sementara 20 persen digunakan untuk pelatihan. Ini adalah langkah konkret pemerintah pusat yang diberikan untuk Kabupaten Kubu Raya," kata dia.
Melalui sertifikasi ISPO, lanjutnya, kebun kelapa sawit di Kubu Raya mendapatkan pengakuan atas komitmennya dalam menjalankan praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
"Sertifikasi ISPO juga membuka akses pasar global bagi produk sawit Indonesia yang memenuhi standar kualitas internasional," katanya.
Pelatihan ini juga merupakan bagian dari program pendampingan sertifikasi ISPO bagi perkebunan kelapa sawit yang dibiayai dengan Dana Bagi Hasil Sawit Kabupaten Kubu Raya tahun 2023 dan 2024. Dana ini berasal dari bea keluar dan pungutan ekspor minyak sawit (CPO), dengan 4 persen dari dana tersebut dialokasikan untuk provinsi, kabupaten/kota penghasil sawit, serta kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan daerah penghasil sawit.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perkebunan Kubu Raya, Elfizar Idrus, menjelaskan bahwa pelatihan sertifikasi ISPO ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan Dana Bagi Hasil Sawit yang telah dialokasikan untuk kegiatan pengembangan sumber daya manusia.
"Kami melaksanakan dua pelatihan, yakni pelatihan sertifikasi ISPO dan pelatihan Internal Control System (ICS) untuk memastikan bahwa petani sawit di Kubu Raya mengelola kebun mereka dengan standar yang baik dan berkelanjutan," katanya.
Elfizar berharap melalui pelatihan ini, petani sawit di Kubu Raya dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dalam mengelola kebun mereka.
"Kami ingin petani sawit di Kubu Raya memiliki keterampilan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil kebun sawit mereka. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan dapat lebih siap bersaing di pasar global," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Salah satu langkah konkret yang diambil adalah pelaksanaan pelatihan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) selama tiga hari, dengan diikuti oleh 50 peserta," kata Pj Bupati Kubu Raya, Syarif Kamaruzaman, di Sungai Raya, Rabu.
Dia mengungkapkan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia.
"Pelatihan ISPO ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan nilai jual produk sawit di pasar global. Di Kubu Raya, banyak kebun sawit yang juga mendapatkan program Dana Bagi Hasil (DBH) yang dialokasikan untuk infrastruktur dan pelatihan," tuturnya.
Kamaruzaman menjelaskan bahwa Dana Bagi Hasil Sawit yang diterima Kubu Raya akan digunakan untuk membangun infrastruktur dan memberikan pelatihan kepada petani sawit.
"Sebanyak 80 persen dari dana ini dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, sementara 20 persen digunakan untuk pelatihan. Ini adalah langkah konkret pemerintah pusat yang diberikan untuk Kabupaten Kubu Raya," kata dia.
Melalui sertifikasi ISPO, lanjutnya, kebun kelapa sawit di Kubu Raya mendapatkan pengakuan atas komitmennya dalam menjalankan praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
"Sertifikasi ISPO juga membuka akses pasar global bagi produk sawit Indonesia yang memenuhi standar kualitas internasional," katanya.
Pelatihan ini juga merupakan bagian dari program pendampingan sertifikasi ISPO bagi perkebunan kelapa sawit yang dibiayai dengan Dana Bagi Hasil Sawit Kabupaten Kubu Raya tahun 2023 dan 2024. Dana ini berasal dari bea keluar dan pungutan ekspor minyak sawit (CPO), dengan 4 persen dari dana tersebut dialokasikan untuk provinsi, kabupaten/kota penghasil sawit, serta kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan daerah penghasil sawit.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perkebunan Kubu Raya, Elfizar Idrus, menjelaskan bahwa pelatihan sertifikasi ISPO ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan Dana Bagi Hasil Sawit yang telah dialokasikan untuk kegiatan pengembangan sumber daya manusia.
"Kami melaksanakan dua pelatihan, yakni pelatihan sertifikasi ISPO dan pelatihan Internal Control System (ICS) untuk memastikan bahwa petani sawit di Kubu Raya mengelola kebun mereka dengan standar yang baik dan berkelanjutan," katanya.
Elfizar berharap melalui pelatihan ini, petani sawit di Kubu Raya dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dalam mengelola kebun mereka.
"Kami ingin petani sawit di Kubu Raya memiliki keterampilan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil kebun sawit mereka. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan dapat lebih siap bersaing di pasar global," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024