Kabul (ANTARA Kalbar)
- Pemerintah Afghanistan akan runtuh dan gerilyawan Taliban kemungkinan
merebut kembali kekuasaan setelah Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan
Atlantik Utara (NATO) menarik pasukan mereka pada 2014, kata sarjana
terhormat antarbangsa memperkirakan.
Penarikan pasukan asing dalam beberapa hal memperburuk negara itu
daripada sebelum serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan Taliban
pada hampir 11 tahun lalu, kata pakar Afghanistan Gilles Dorronsoro dari
Carnegie Endowment for International Peace.
"Pada akhirnya, penarikan itu adalah hasil dari siasat gagal," katanya dalam ulasan diterbitkan pada pekan ini.
Bahkan, penambahan besar tentara oleh Presiden Amerika Serikat
Barack Obama, yang menggelontorkan 33.000 tentara tambahan ke
Afghanistan pada dua tahun lalu, sebelum ditarik pada bulan ini, gagal,
katanya.
"Setelah 2014, tingkat dukungan Amerika Serikat bagi penguasa
Afghanistan terbatasi dan, sesudah tahap baru perang saudara, kemenangan
Taliban kemungkinan mengikuti," kata Dorronsoro.
Ulasannya sangat bertentangan dengan perkiraan pemerintah Barat,
yang tertarik keluar dari perang panjang dan mahal itu, serta
memperkirakan bahwa pasukan Afghanistan mampu mengambil alih perang
melawan Taliban.
Amerika Serikat memimpin serbuan pada 2001 untuk menggulingkan
pemerintah Taliban, yang dituduh menyembunyikan pemimpin Alqaida Osama
Bin Laden setelah serangan 11 September, dan sejak itu menyatakan
tujuannya adalah memastikan Afghanistan tidak pernah lagi menjadi surga
bagi "teroris" antarbangsa.
Dorronsoro, mantan mahaguru ilmu politik di Universitas Sorbonne di
Paris dan spesialis Afghanistan, meramalkan kemajuan Taliban dimulai
pada musim semi 2013 saat Barat terus menarik pasukannya.
Selain ancaman tentara, pemerintah Afghanistan akan menghadapi
krisis ekonomi dipicu oleh penurunan pengeluaran Barat dan krisis
kelembagaan saat masa jabatan Presiden Hamid Karzai berakhir pada 2014,
katanya.
"Penguasa Afghanistan kemungkinan besar runtuh dalam beberapa tahun mendatang," kata Dorronsoro.
"Meskipun perundingan dengan Taliban tidak mungkin sebelum pasukan
ditarik, Amerika Serikat tidak akan mampu mengejar kepentingan jangka
panjangnya di dalam dan di sekitar Afghanistan jika tidak mau berurusan
dengan Taliban," katanya.
"Dengan siap mengambil alih kekuasaan setelah kemungkinan penguasa
Afghanistan runtuh, hanya Taliban dapat mengendalikan perbatasan
Afghanistan dan mengusir pejuang lintas bangsa dari Afghanistan,"
katanya.
Dalam kesimpulannya, Dorronsoro mengatakan, "Keinginan akhirnya
seharusnya ketenangan Afghanistan, mungkin dengan Taliban di Kabul."
Sebagian besar dari 112.000 tentara NATO pergi pada akhir 2014 dan
pasukan Afghanistan, yang dilatih dan dilengkapi oleh pasukan asing,
akan bertanggung jawab atas keamanan negara itu, demikian AFP.
(B002/Z002)
Taliban Diprediksi Kembali Kuasai Kabul
Jumat, 28 September 2012 10:09 WIB