Pontianak (Antara Kalbar) - PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Supadio, Pontianak siap meningkatkan pendapatan dari layanan non-aeronautika (jasa non-penerbangan) dengan memanfaatkan lahan atau aset yang belum dioptimalkan.
"Peningkatan pendapatan non-aeronautika agar terjadi keseimbangan dengan jasa aeronautika yang sudah semakin tergerus," kata Manajer Administrasi Komersial Bandara Supadio, Ali Pasha, dalam acara "Media Airport Visit AP II," di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis.
Menurut Ali, selama ini pendapatan aeronautika didominasi pengelolaan jasa "air traffic control" (ATC).
Namun sejak 16 Januari 2013, pemerintah mengalihkan ATC kepada Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Perum Navigasi.
"Pengalihan pengelolaan ATC membuat pendapatan Bandara Supadio, juga bandara lainnya di Indonesia tergerus," katanya.
Selama ini porsi pendapatan dari jasa non-aeronautika relatif kecil, atau sekitar Rp13,6 miliar pada 2013.
Pendapatan non-aeronautika adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha yang tidak terkait langsung dengan aktifitas penerbangan.
Konsep optimalisasi pendapatan non-aeronautika antara lain pembangunan fasilitas terminal, pengembangan lahan-lahan bandara yang menganggur dan disesuaikan dengan prospek bisnis di masa datang.
Ia meyakini, penurunan pendapatan dan laba diharapkan dapat diatasi seiring dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas layanan Bandara Supadio.
Pada tahun 2012 pengembangan Bandara Supadio dimulai dengan total investasi untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung dengan total investasi sebesar Rp1,6 triliun.
Sekitar Rp1,1 triliun di antaranya digunakan untuk membangun fasilitas komersial pendukung seperti gedung, area parkir, pusat perbelanjaan, dan jasa kargo.
Perluasan area bandara dari 305,69 ha menjadi 366,60 ha, perluasan terminal dari 6.940 meter persegi menjadi 32.000 meter persegi.
"Khusus area komersial akan diperluas dari saat ini hanta 941 meter persegi, menjadi 5.164 meter persegi, naik tajam sekitar 448 pesen, yang akan dikembangkan menjadi area bisnis mulai jasa pergudangan, perhotelan dan pusat perbelanjaan," ujarnya.
Selain itu, menurut Ali, juga mengembangkan lahan tidur milik Angkasa Puri II seluas 5 hektare yang jaraknya berkisar 5 km dari Bandara Supadio.
"Sejumlah perusahaan seperti perusahaan Toyota Rent A Car (Trac), Hutama Karya sudah menyampaikan minat untuk menggunakan jasa pergudangan yang akan dibangun Bandara Supadio," ujarnya.
Meski demikian konsep pengembangan lahan tidur tersebut sedang dimatangkan untuk kemudian dapat direalisasikan dalam beberapa tahun ke depan.
Pada tahun 2013 laba bersih Bandara Supadio diperkirakan hanya mencapai Rp5,9 miliar merosot lebih dari 50 persen dibanding laba tahun 2012 sebesar Rp14 miliar.
Pada tahun 2013, pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) diproyeksikan membukukan kenaikan pendapatan aeronautika menjadi Rp49,5 miliar, naik dari 2012 yang mencapai Rp47,9 miliar.
Pendapatan non aeronautika menurun sedikit dari Rp13,6 miliar menjadi Rp12,4 miliar. Sedangkan pendapatan kargo naik menjadi Rp5,4 miliar dari Rp3,7 miliar.
"Namun melihat hilangnya pendapatan dari ATC maka konsekuensinya merevisi RKAP. Pendapatan aeronautika diperkirakan hanya berkisar Rp38,5 miliar," ujarnya.
Bandara Supadio Genjot Pendapatan Non-Aeronautika
Kamis, 25 April 2013 22:17 WIB