Pontianak (Antara Kalbar) - PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Barat mengeluhkan permainan layang-layang menggunakan tali kawat yang kerap menyebabkan pemadaman listrik dalam skala luas.
"Salah satunya saat Rabu (31/7) sore, yang mengakibatkan terjadinya pemadaman dari 15.55 sampai 17.00 di kawasan Jeruju, Pontianak Barat," kata Deputi Manajer Hukum dan Humas PLN Wilayah Kalbar, M Doing di Pontianak, Kamis.
Menurut dia, tali layangan yang menggunakan kawat mengenai konduktor "line" I Siantan - Parit Baru, di "phase" T, putus. Alat pemutus tenaga 150 kV Line Bay 1 Siantan - Parit Baru pun ikut rusak, isolator "phase" R, retak sehingga terjadi kebocoran gas SF6.
Ia melanjutkan, hal itu membuat terjadi padam total sesaat dan memicu kerusakan di mesin pembangkit. Meski teknisi PLN sudah bekerja keras, tetap saja membutuhkan waktu agar kondisi kembali pulih.
M Doing menambahkan, dari segi kapasitas mesin pembangkit, untuk PLN yang melayani Kota Pontianak dan sekitarnya mencukupi. Total daya yang dihasilkan PLN sekitar 230 MW, sedangkan beban puncak 220 MW.
Ia menegaskan, sebagian besar gangguan di sistem kelistrikan dipicu masalah eksternal. "Sebenarnya ini masalah klasik, dari dulu selalu layang-layang. Tetapi kami heran tidak pernah dapat diatasi?" ucap, mempertanyakan.
Doing berharap, masyarakat tidak lagi bermain layang-layang. "Dampak gangguan kemarin, sampai ke Sambas. Jadi, gara-gara segelintir orang bermain layang-layang, yang merasakan dampaknya ratusan ribu orang," ujarnya.
Ia pesimis kondisi itu akan teratasi kalau tidak didukung penuh oleh masyarakat. "Sekeras apapun kita bertindak dan berupaya, kalau tidak didukung masyarakat, percuma saja," kata dia.
Permainan layang-layang sebenarnya sudah diatur melalui Perda No 15 Tahun 2005 di Kota Pontianak. Menurut Hendra, staf bagian hukum dan humas PLN Wilayah Kalbar, kalau perda tersebut diterapkan secara tegas dan konsisten, permasalahan seputar permainan layang-layang akan teratasi.
"Jangan sampai gara-gara layangan, PLN dan masyarakat yang sudah dirugikan, menjadi polemik yang terus berkepanjangan," kata dia.