Praha (Antara Kalbar/AFP) - Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi berisiko membuat marah China setelah dipastikan melakukan pertemuan pribadi dengan Dalai Lama di sela-sela pertemuan hak asasi manusia di Praha, kata juru bicara muktamar itu pada Senin.
Beijing beberapa dasawarsa menentang pejabat asing bertemu dengan pemimpin kerohanian Tibet di pengasingan itu, yang melarikan diri dari tanah airnya menuju India pada 1959 setelah pemberontakan gagal terhadap kekuasaan China.
"Mereka bertemu pada hari Minggu saat kuliah umum Dalai Lama," kata Filip Sebek, juru bicara Forum 2000, yayasan yang menyelenggarakan konferensi itu. Ia mengatakan bahwa dua penerima penghargaan Nobel Perdamaian itu bertemu secara pribadi.
Beijing, sekutu kuat Myanmar dan investor utama di negara kaya sumber daya alam itu, telah mencap Dalai Lama sebagai anti - China, "separatis" yang mendorong aksi kekerasan.
Namun pemimpin budha berusia 78 tahun itu bersikeras mengatakan bahwa ia mencari otonomi dan menuntut hak-hak rakyat Tibet secara damai. Dia mengisyaratkan pada Jumat di Vilnius bahwa ia menilai Cina kini "lebih realistis" tentang Tibet setelah puluhan tahun kebijakan garis keras.
Suu Kyi dan Dalai Lama, yang sebelumnya telah bertemu di London tahun lalu, berada di Praha sebagai pembicara dalam forum tiga hari itu, yang dimulai hari Minggu.
Acara itu digelar untuk menghormati mendiang Vaclav Havel, seorang pahlawan Revolusi Velvet pada 1989 yang menggulingkan pemerintahan komunis totaliter di bekas Cekoslowakia.
Havel adalah seorang advokat untuk hak asasi manusia selama era komunis, Havel mempelopori konferensi itu pada tahun 1997.
Suu Kyi, yang tidak pernah bertemu secara pribadi dengan Havel, mengingat mantan seniman pembangkang yang berubah menjadi presiden itu -yang menghabiskan lima tahun di penjara komunis- sebagai orang yang memberinya harapan saat ia ditahan.
"Ketika saya masih dalam tahanan rumah selama bertahun-tahun di Burma, saya tahu bahwa di suatu tempat di dunia ada seorang pria yang berbicara untuk saya dan karenanya kebebasan saya tetap utuh meskipun ada penahanan fisik," katanya pada Minggu.
Tokoh berusia 68 tahun itu menghabiskan 15 tahun dalam tahanan rumah di bawah pemerintahan militer Myanmar, sebelum dia dibebaskan setelah pemilihan umum kontroversial tahun 2010.
Dalai Lama, salah satu orang terakhir yang berbicara dengan Havel sebelum kematiannya pada tahun 2011, Senin, mengatakan bahwa selama kunjungannya ke Praha ini, ia telah "memiliki kesempatan untuk mengunjungi kantornya yang kecil, yang cukup berantakan."
"Saya meletakkan kepala saya di kursinya dan (itu ) mencerminkan semangatnya. Mungkin dari kursinya saya dapat membawa beberapa restunya di sini," katanya, seraya menambahkan bahwa "menjadi tanggung jawab kita untuk melanjutkan keinginannya, impian, visi, dan semangatnya".
(G.N.C. Aryani)