Pontianak (Antara Kalbar - Krisis ekonomi global masih menghantui sebagian bumi termasuk Indonesia. Masing-masing negara mengambil kebijakan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Selain tentunya kerja sama antarkawasan maupun negara dengan kemampuan ekonomi yang setara.
Belum reda gelombang ekonomi, muncul rencana Pemerintah Amerika Serikat untuk mengurangi stimulus di sektor ekonomi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin (2/12), menggelar rapat kabinet terbatas bidang ekonomi untuk mengantisipasi kebijakan tersebut yang rencananya bakal dimulai pada awal 2014. Pemerintah menilai kebijakan the Fed menjadi potensi ancaman terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.
Rapat diisi dengan pemaparan kondisi ekonomi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Chatib Basri, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar, dan sejumlah menteri.
Sejumlah bahasan adalah semakin lemahnya nilai tukar rupiah karena faktor internal, yaitu defisit anggaran, dan faktor eksternal, yaitu kebijakan tapering off the Fed. Dalam rapat, para menteri dan pejabat ekonomi melaporkan langkah antisipasi jika tapering off benar-benar diberlakukan.
Provinsi Kalimantan Barat sebagai bagian dari ekonomi nasional tentu saja ikut mengalami dampaknya. Kajian Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kalau perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2013 diperkirakan bakal tumbuh relatif lebih lambat dibandingkan triwulan III 2013. Pada triwulan III 2013, pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh baik sebesar 6,41 persen (year on year).
Sedangkan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,8 persen hingga 6,2 persen.
Analis Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Desi Hadiati menuturkan, meskipun melambat, konsumsi diperkirakan masih akan menjadi faktor pendorong terjaganya kinerja perekonomian pada triwulan IV 2013.
Pada sisi lain, ia melanjutkan, meningkatnya belanja pemerintah seiring dengan peningkatan kegiatan dan proyek pemerintah pada triwulan IV 2013 akan memberikan dampak positif terhadap sisi konsumsi khususnya konsumsi pemerintah.
"Secara umum, realisasi proyek pemerintah akan mengalami peningkatan pada akhir tahun," kata dia.
Selain itu, di sisi ekspor juga diperkirakan akan mendorong perekonomian pada triwulan mendatang seiring dengan optimalisasi produksi bauksit yang masih dilakukan oleh perusahaan eksportir bauksit di Kalimantan Barat.
Dari sisi sektoral, sektor yang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan laporan adalah sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman bahan makanan, yang dipengaruhi oleh berakhirnya masa panen kedua pada tahun berjalan.
Pada tahun 2014, ekonomi Kalbar diperkirakan bakal tumbuh di kisaran 5,8 persen hingga 6 persen. "Jadi diperkirakan masih akan tinggi," kata Desi Hadiati.
Pemicunya, diantaranya produksi sektor pertanian yang tumbuh membaik. Selain itu, adanya even Pemilu pada tahun depan ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kalbar.
Imbas Positif
Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak, Muhammad Fachmi SE MM menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia didesain untuk diturunkan. "Secara tidak langsung, dapat berdampak kepada daerah," kata Fachmi.
Namun bagi Kalbar, yang mempunyai potensi utama ekonomi dari sektor pertanian dan perkebunan, akan mendapat imbas yang positif. Menurut dia, pemerintah akan mendukung sektor yang sifatnya produktif.
Selain itu, kebijakan penerapan bea masuk untuk barang mewah dan konsumtif hingga mencapai 150 persen, akan memberi masalah bagi daerah yang dikenal konsumtif. "Bagi daerah yang produktif, ini bakal menjadi masalah," katanya yakin.
Kalbar memang belum memiliki pelabuhan khusus untuk mempermudah ekspor produk sumber daya alam.
Ia yakin, dengan kreatif dan inovatif, hal itu dapat diselesaikan. Misalnya dengan memanfaatkan pelabuhan yang ada di Sarawak, Malaysia Timur.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Kalbar Numsuan Madsun mengakui, Kalbar membutuhkan percepatan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Terutama untuk infrastruktur, mulai dari jalan, listrik, serta sarana pendukung lainnya," kata Numsuan Madsun.
Ia yakin, kalau jalan di Kalbar sudah lebih baik, listrik tersedia secara merata, dan pelabuhan laut serta bandara kapasitasnya meningkat, ekonomi Kalbar bakal tumbuh lebih cepat dan tinggi dibanding sebelumnya.
Asisten II Bidang Perekonomian Setda Kalbar Lensus Kandry menegaskan, dalam 10 tahun terakhir kondisi di Kalbar relatif aman dan stabil serta tidak terjadi gejolak berarti di bidang politik dan sosial.