Medan (Antara Kalbar) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara mengungkapkan harga ekspor karet Indonesia jenis SIR 20 di Bursa Singapura pada 24 Januari 2014 mencapai angka terendah sejak 2013 atau 2,08 dolar AS per kilogram (kg).
"Tahun lalu di bulan yang sama harga jual masih bisa 2,88 dolar AS per kg," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumatera Utara (Sumut), Edy Irwansyah di Medan, Sabtu.
Ia menyebutkan harga 2,08 dolar AS per kg tersebut merupakan harga untuk pengapalan Februari 2014.
Menurut dia, penurunan harga itu disebabkan melemahnya permintaan khususnya dari negara konsumen utama karet alam di tengah terjadinya kelebihan pasokan.
Melemahnya permintaan itu sendiri merupakan dampak dari kekhawatiran akan pelemahan yang lebih dalam atas pertumbuhan ekonomi China yang merupakan salah satu konsumen utama karet.
Stok karet di Shanghai pada Januari 2014 yang diinformasikan meningkat 1,8 persen menjadi 160.260 ton juga menjadi penyebab melemahnya permintaan.
Permintaan semakin melemah karena pembeli China juga mulai mengurangi pembelian karena mendekati libur tahun baru Imlek
Edy menyebutkan adanya protes anti-pemerintah di Thailand yang berpotensi menurunkan produksi karet pada Januari-Februari 2014 sebesar 10-20 persen tampaknya belum bisa mendongkrak harga atau menahan laju penurunan harga komoditas tersebut..
Bahkan kenaikan harga minyak mentah juga belum bisa mempengaruhi harga karet di pasar.
"Kalau harga turun lagi maka eksportir bisa semakin melakukan 'wait and see', sedangkan petani atau pekebun memilih menghentikan penderesan getahnya," katanya.
Petani seperti lazimnya akan berganti profesi yaitu memilih kerja serabutan karena harga karet dinilai tidak dapat mencukupi kebutuhan.
"Untuk menahan harga agar tidak jatuh lagi adalah menjaga keseimbangan 'supply and demand' dan itu bisa dilakukan kalau semua negara produsen bersama-sama mengatur penjualan alias menahan ekspor," kata Edy.
Harga Ekspor Karet Capai Posisi Terendah
Sabtu, 25 Januari 2014 21:35 WIB