Pontianak (Antara Kalbar) - Jimun, warga Desa Mapan Jaya, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, nampak tertunduk lesu, ketika harus mengisahkan tanaman sawah tadah hujannya, yang tidak tumbuh semestinya, sehingga menyusutkan penghasilan bagi keluarganya.
"Tanaman padi ada yang tumbuh, tapi tidak berbuah. Justru mengering," ungkap Jimun saat berkisah kondisi sawah miliknya.
Tidak hanya padi, cabai dan sayur-sayuran yang ditanam dirinya dan petani tetangganya juga kering.
"Tidak ada air untuk menyiram akibat musim kering yang panjang ini," tambahnya.
Di Desa Mapan Jaya ini terdapat lahan pertanian seluas sekitar 150 hektare, yang mayoritas gagal panen. Sementara itu untuk menanam kembali kehabisan modal, karena panen yang diharapkan bisa mengembalikan modal tidak ada lagi.
Di Desa Nanga Mau, Sintang, juga mengalami gagal panen yang sama. Menurut Kepala Desa Nanga Mau, Ayub, setidaknya 80 persen dari lahan pertanian sekitar 180-200 hektare di desanya mengalami kekeringan, baik lahan sawah maupun cabai.
Dalam kondisi gagal panen itu, ternyata penghasilan dari karet yang sebenarnya bisa diandalkan untuk menyangga kebutuhan rumah tangga juga sedang terpuruk harganya. Hasil penyadapan karet milik warga di pedalaman hanya dihargai berkisar Rp6.000 hingga Rp8.000 per kilogram, sementara harga beras mencapai Rp12.000 hingga Rp15.000 per kilogram. Begitu juga harga BBM yang melambung hingga Rp14.000 hingga Rp18.000 per liter.
Anggota DPRD Kabupaten Sintang Heri Jambri yang belum lama turun ke bawah untuk mengadakan dialog dengan warga Ketungau juga menyatakan keprihatinannya. Ia mengungkapkan hampir 95 persen petani di wilayah Ketungau, baik Kecamatan Ketungau Hilir, Ketungau Tengah dan Ketungau Hulu, mengalami gagal panen, akibat terjadinya kemarau pada Januari hingga awal Maret lalu.
Sedangkan bagi mereka yang berladang di daerah rawa dengan kadar airnya lumayan, ternyata hanya bisa balik modal untuk membeli benih saja.
"Kondisi ini membuat masyarakat bingung mau makan apa dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan ada uang pun masyarakat bingung karena beras langka, dan kalau pun ada harganya melambung," ujar Heri.
Heri Jambri mengungkapkan, dari 171 desa di Kecamatan Ketungau Hilir, Ketungau Tengah dan Ketungau Hulu, setiap dialog dengan masyarakat, pertanyaan masyarakat bagaimana cara Pemkab Sintang menangani paceklik yang terjadi saat ini.
Dia mengatakan, hampir semua desa mengeluh karena Pemkab Sintang sampai saat ini seperti tidak peduli dengan kondisi masyarakat yang gagal panen.
"Di Sintang ini kan juga ada Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Tapi mengapa sampai saat ini belum turun ke lapangan untuk membantu masyarakat yang rawan pangan. Jangan sampai masyarakat Sintang mati kelaparan karena pemerintahnya tidak perduli dengan masyarakat yang gagal panen ini," ujarnya mendesak.
Dicek dan Dibantu
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang menanggapi kondisi adanya gagal panen di wilayahnya menyatakan tidak menutup mata. Tetapi Pemkab Sintang akan mencek terlebih dahulu berapa petani yang gagal panen dan dimana lokasinya.
Bupati Sintang Milton Crosby mengatakan, Pemkab Sintang memiliki cadangan beras yang cukup untuk menghadapi keadaan emergensi. "Beras di Bulog sudah siap, namun semua harus sesuai prosedur," tegasnya.
Milton menyampaikan untuk kepentingan sembilan bahan pokok terutama beras saat ini sudah siaga di Bulog.
"Kalau ada keluhan kami cek semua karena jangan sampai mereka bilang kami gagal panen sekian hektare. Tapi hektarnya dimana? Saya tidak mau fiktif. Kalau 10 hektare yang gagal panen, ya 10 hektare. Dimana letaknya, siapa petaninya. Karena banyak orang bermain dengan angka-angka. Saya tidak mau begitu," tegasnya.
Dia mengingatkan Gubernur Kalbar juga tegas, jika gagal panen 100 hektare, ya sampaikan 100 hektare. Di mana lokasinya dan siapa orangnya harus jelas. "Itu yang akan dibantu. Kami tetap lakukan itu sesuai prosedur," jelasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang Askiman juga menyampaikan, pihaknya sudah menerima laporan dari petugas penyuluh lapangan (PPL) dan masyarakat di beberapa desa tentang adanya bencana kekeringan yang melanda desa mereka.
Ia mengatakan, BPBD Sintang sudah mulai menginventarisasi dampak dari bencana kekeringan ini.
"Kami sedang inventarisasi berapa luas lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Kami juga akan mengajukan bantuan tanggap darurat ke provinsi dan pusat. Sintang sedang mengalami bencana kekeringan dan dalam kondisi darurat gagal panen," ungkap Askiman.
Dikatakan Askiman, dari data yang sudah masuk ke BPBD Sintang, total lahan pertanian yang mengalami kekeringan sekitar 20 ribu hektare. Bencana kekeringan ini merata di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Sintang.
"Lahan pertanian yang mengalami kekeringan ini merupakan lahan pertanian untuk musim tanam kedua tahun lalu yang seharusnya bisa panen di bulan ini (Maret)," jelasnya.
Sementara itu Bulog Sintang, menurut pimpinannya Nancy Savira menyatakan, pihaknya menyimpan beras cadangan pemerintah sebanyak 100 ton. Beras ini bisa digunakan asal ada keputusan dari Bupati Sintang untuk menyalurkannya ke masyarakat.
"Biasanya beras cadangan ini digunakan ketika ada bencana," jelasnya.
Sedangkan untuk beras yang diperjualbelikan, Bulog Sintang menyediakan dalam jumlah besar. "Kalau beras raskin tidak boleh dijualbelikan karena sudah milik masyarakat miskin. Kalalu beras komersial untuk masyarakat yang ingin membeli beras. Mau beli berapa banyak pun stok beras komersial ini ada. Harga beras komersial yang tersedia di Bulog yaitu Rp9.500 per kg," katanya.
Melihat ketersediaan beras, maka yang harus dilakukan Pemkab Sintang adalah cepat bertindak, sebelum terjadinya kelaparan di masyarakat. Heri mendesak Pemkab Sintang harus segera mencek di lapangan dan menyiapkan beras murah untuk masyarakat yang gagal panen itu.
Juga dia meminta Disperindagkop dan Bulog Kabupaten Sintang segera melaksanakan operasi pasar terutama di daerah-daerah pedalaman, agar harga beras menurun.
Namun untuk ke depannya, kata Kepala Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Sintang, Florentinus Anum, di daerah ini diharapkan terjadi penganekaragaman produksi pangan sehingga jika padi sulit tumbuh di musim kemarau maka masyarakat bisa menanam umbi-umbian.
Caranya, mulai digalakkan program nasional pembangunan kawasan Rumah Pangan Lestari yang dikelola kelompok wanita tani. Di setiap desa sebaiknya membangun kawasan Rumah Pangan Lestari dengan cara memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam berbagai jenis tanaman termasuk umbi-umbian.
"Salah satu desa yang sudah sukses dan bisa menjadi contoh dalam melaksanakan program Rumah Pangan Lestari ialah Desa Baning Panjang, Kecamatan Kelam Permai," kata Anum.
(T.Z004/B/Z002)
Artikel - Ada Gagal Panen di Sintang?
Sabtu, 29 Maret 2014 16:56 WIB
Beras di Bulog sudah siap, namun semua harus sesuai prosedur