Jakarta (Antara Kalbar) - Bakal calon Ketua Umum DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menyatakan partainya bukan "partai cap orang tua" sehingga partai harus berani membuka diri bagi generasi baru di partai berlambang pohon beringin itu.
"Harus berani bertindak dan bekerja 'out of the box', harus membuka lebar-lebar bagi generasi muda pembaharu," kata Priyo saat memaparkan visi misinya dalam Diskusi Panel Nasional yang diselenggarakan Forum Komunikasi DPD Partai Golkar di Yogyakarta, Minggu.
Sejumlah petinggi dan bakal calon Ketua Umum Partai Golkar hadir pada acara itu, seperti Agung Laksono, Airlangga Hartarto, MS Hidayat, Idrus Marham, Ade Komarudin, Mahyudin, Nurdin Halid, dan Theo L. Sambuaga.
Priyo yang juga Wakil Ketua DPR RI itu menyerukan partainya segera melakukan lompatan agar tidak dilabeli citra sebagai "partai cap orang tua", antara lain harus membuka diri bagi masuknya kader baru di luar jalur birokrasi dan purnawirawan TNI/Polri.
Menurut Ketua DPP Partai Golkar ini, partainya harus membuka diri bagi masuknya generasi baru yang sangat melek dengan media sosial dan teknologi komunikasi, termasuk dari generasi yang lahir dari gemblengan organisasi-organisasi kepemudaan, BEM, LSM, aktivis pers, profesional, gerakan buruh, pejuang desa, atau kelompok aktivis yang kritis dan kreatif.
Strategi lompatan besar itu, menurut Priyo, adalah upaya untuk menghindari stigmatisasi Partai Golkar sebagai "partai cap orang tua" yang merupakan sindiran.
Ketua Umum DPP MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) itu, menyebutkan Partai Golkar harus memperhatikan 14 juta pengguna twitter, facebook, dan path yang menjadi pemilih baru pada 2019.
"Pola pikir mereka tentu akan jauh berbeda dengan generasi-generasi pemilih sebelumnya. Ini harus dibaca oleh Partai Golkar," kata Priyo.
Jika terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar pada musyawarah nasional mendatang, Priyo mengatakan akan menggunakan seluruh kemampuan untuk menggerakkan seluruh elemen dan mesin partai untuk membesarkan Golkar.
"Dalam usia saya yang menginjak 48 tahun, adalah puncak-puncaknya usia dan semangat untuk bekerja hebat mengonsolidasi semua lini partai. Saya punya energi untuk datang ke seluruh jenjang mesin partai di provinsi, kabupaten, dan kota se-Tanah Air," katanya.
Priyo meminta Partai Golkar belajar dari pengalaman di pemilu-pemilu sebelumnya agar tidak kembali menjadi "partai yang tidak beruntung" dalam pemilu presiden karena tak mampu membangun kekuatan figur yang potensial dan layak jual sehingga belum berhasil merebut kembali tampuk kepemimpinan nasional..
"Golkar sering menang dalam pemilu legislatif tetapi selalu tidak beruntung dalam pilpres," kata Priyo.
Di masa mendatang, kata Priyo, Partai Golkar berhadapan dengan kekuatan figur dan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara serentak pada 2019 akan membawa perubahan politik sehingga model ini memberikan peluang yang sangat kuat akan tergerusnya kekuatan institusional partai ke arah kekuatan personal.
Menkokesra Agung Laksono yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar mengajak kader untuk bersama mendorong kepentingan nasional, tidak semata-mata kepentingan partai.
Ia menyebutkan perolehan suara Partai Golkar setiap pemilu cenderung merosot sehingga harus bekerja keras memperkuat secara kelembagaan.
Selain itu, katanya, sudah saatnya Golkar mempercepat regenerasi karena hal itu merupakan kebutuhan yang mendesak agar bisa kembali berjaya, menjadi partai modern berbasis kerakyatan.