Mandor (Antara Kalbar) - Juru kunci Makam Juang Mandor di Kabupaten Landak, Abdul Samad Ahmad (97) meninggal dunia di salah satu Rumah Sakit Pontianak pada Jumat (19/9).
Jenazah almarhum dibawa ke desa Mandor dirumah duka untuk dimakamkan pada Sabtu (20/9).
Uca Suherman, anak almarhum, mengatakan selama muda beliau tidak mengalami sakit yang serius, tapi pada sakit usia lanjut sudah biasa sampai menjelang akhir usianya pada Jumat (19 /9).
Beliau meninggal di rumah sakit Kharitas Bhakti Pontianak. Dan dimakamkan di pemakam umum muslim desa Mandor. "Andai kata selama hidupnya ada perilaku yang tidak berkenan di hati masyarakat agar mohon dimaafkan," katanya..
Uca menceritakan, sejak tahun 1975 almarhum datang di Mandor, dan mulai merintis batas Makam juang Mandor. Dari tahun 1975 -1977, membersihkan Makam juang Mandor karena lokasi tersebut sudah menjadi hutan semak belukar.
Ia menjelaskan, monumen makam Juang Mandor di bangun tahun 1977 atas perjuangan Abdul Samad dangan Gubernur Kalbar Kadarusno.
Pada saat memperjuangan Monumen itu, ada hambatan dari DPRD provinsi Kalbar, tidak menyetujui dibangunnya monumen. Dengan alasan DPRD, makam tersebut sudah dipindahkan di Semarang dan Ancol.
"Tapi Pak Samad sebagai perwakilan dari ahli waris korban, tidak menutut tulang berulang yang sudah dipindahkan, hanya menuntut sejarah Makam Juang Mandor yang telah membantai 2137 jiwa oleh tentara Jepang," ungkap Uca.
Ia menegaskan, sejarah tetap sejarah yang tidak bisa dipindahkan kemana pun dan siapa pun, yang perlu dilestarikan adanya.
"Dengan penegasan bapak Abdul samad, bapak Gubernur Kadarusno mengambil keputusan akan membangun monumen Makam Juang Mandor walaupun tidak disetujui DPRD," cerita Uca.
Tapi dengan syarat, lanjut Uca pensiunan PNS ini, Abdul Samad Ahmad bapaknya itu bisa membutikan biar sepotong tulang korban dari salah satu sepuluh buah makam sebagai bukti sebagian tulang berulang masih ada, untuk dikuburkan di bawah monumen menjelang peresmian.
"Nah,dengan permintaan pak Gubernur Kadarusno itu bapak Abdul Samad menyanggupi dengan memohon kepada Tuhan yang Maha Esa, akhirnya beliau mendapat petunjuk gaib di makam sepuluh bahwa dua jenazah, satu laki dan perempuan, untuk digali dipindahkan ke bawah monumen yang akan dibangun," ungkap Uca.
Pada saat itu Gubernur menanggapi apa mungkin pak Samad bisa membuktikan bahwa satu laki dan satu perempuan, sedangkan puluhan dikuburkan kemungkinan tinggal tulang berulang.
"Maka, dengan kekuasaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa satu laki dan satu perempuan masih utuh," ujarnya..
Sehingga, dengan penjelasan Abdul Samad, satu laki dan perempuan masih utuh, Gubernur Kadarusno lebih bersemangat lagi untuk membangun monumen dangan dana tidak meminta anggaran dana APBD provinsi. Pada tanggal 27 Juni 1977 menjelang akan diresmikannya monumen pada 28 Juni 1977, yang sekarang dijadikan Hari Berkabung daerah (HBD), diangkat dua jenazah laki dan perempuan dibawa ke rumah Abdul Samad. Keesokan harinya dua jenazah tersebut dengan dibungkus kain merah putih disemayamkan di bawah monumen Garuda Makam juang Mandor.
"Tepatnya di balik tulisan, 'Tidak cukup sekedar anda kenang tapi kuharap teruskan semangat juangmu untuk memerangi segala bentuk penjajahan'," jelas Uca.
Juru Kunci dan Perintis Makam Juang Mandor Wafat
Minggu, 21 September 2014 20:42 WIB