Jakarta (Antara Kalbar) - Indonesian Working Group menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat tertinggi di ASEAN untuk penderita kanker serviks dan tingkat kematian paling tinggi.
"IWG meminta pemerintah dan masyarakat Indonesia bekerja sama dan mendukung lebih aktif melakukan kegiatan preventif dan promotif untuk mencegah peningkatkan kasus kanker serviks dan penyakit terkait HPV lainnya di Indonesia," kata Ketua Umum Indonesia Working Group (IWG) Andrijono di Jakarta, Jumat.
Data lain menurut GloboCan tahun 2012 mencatat bahwa 1 wanita meninggal tiap jamnya di Indonesia yang disebabkan oleh kanker serviks dan diperkirakan ada 58 kasus baru setiap harinya.
Sedangkan menurut INASGO National Cervical Cancer Registry, sekitar 7.000 kasus kanker serviks tercatat pada tahun 2014 yang didominasi oieh perempuan dewasa berusia 36-55 tahun. Selain itu, jumlah pengidap kanker serviks perempuan muda berusia 18-35 tahun juga terus meningkat.
IWG HPV adalah sebuah organisasi yang didirikan sejak tahun 2012, awalnya beranggotakan kalangan medis dari berbagai macam spesialisasi, namun IWG HPV juga membuka pintu bagi kalangan non-medis yang berminat untuk bersatu bekerja sama dalam penanggulangan Human Papilloma Virus (HPV) di Indonesia.
Ia mengingatkan Indonesia, harus siap mengambil langkah maju untuk menyikapi kondisi kritis dari para perempuan Indonesia yang terkena kanker serviks.
Pada symposium ini pula, IWG mengundang ahli dari negara tetangga untuk berbagi pengalaman dari negara Malaysia dibawakan Dr.Suresh Kumarasamy (Past President Obstetrical and Gynaecological Society of Malaysia (OGSM) dan dari Filipina dibawakan oleh Professor May Montellano (President of Philippine Foundation for Vaccination; Vice-President of the International Society for Tropical Pediatrics) untuk pelaksanaan program imunisasi HPV yang telah dilakukan di negaranya.
"Sejak pertama kali berdiri, kami di IWG terus menyuarakan pentingnya kesadaran masyarakat akan virus HPV dan penyakit yang disebabkannya. Simposium tentang HPV yang pertama kali diadakan di Indonesia ini merupakan titik tolak untuk gerakan bersama yang terdiri dari berbagai pihak yang peduli terhadap kondisi dan jumlah penderita kanker serviks di Indonesia yang cukup memprihatinkan," kata Andrijono.
(A072/B.S. Hadi)