Pontianak (Antara Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat Cornelis menyatakan bahwa Pancasila sebagai falsafah dan lambang negara Indonesia merupakan sesuatu yang sudah final dalam menjaga keutuhan NKRI sehingga menjadi "harga mati" yang tidak boleh diganggu gugat oleh pihak manapun.
"Selama 72 tahun, sejak ditetapkan sebagai falsafah dan lambang negara oleh Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, sampai saat ini menjadi perekat bangsa kita yang terdiri atas bermacam-macam suku bangsa dan agama. Oleh karena itu, Pancasila itu sudah final dan menjadi harga mati bagi keutuhan NKRI," kata Cornelis, usai memimpin HUT ke-72 Pancasila di Halaman Kantor Gubernur Kalbar, di Pontianak, Kamis.
Pada upacara peringatan Hari Lahir Pancasila tersebut dihadiri Wakil Gubernur Kalbar, Sekda Kalbar dan Forkopimda Provinsi Kalbar serta para Kepala SKPD di lingkungan Provinsi Kalbar. Sebagai peserta upacara dari jajaran ASN di Lingkup Provinsi Kalbar, organisasi kepemudaan, organisasi mahasiswa, dan TNI Polri.
Pada kesempatan itu, Gubernur Cornelis membacakan sambutan Presiden RI Joko Widodo, dimana dalam sambutan tersebut, Presiden Joko Widodo mengatakan, bahwa upacara ini meneguhkan komitmen agar lebih mendalami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Pancasila merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila tanggal l Juni 1945 yang dipidatokan Ir Sukarno, Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila tanggal 18 Agustus 1945," kata Joko Widodo seperti disampaikan Gubernur Cornelis.
Presiden mengingatkan bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah keberagaman. Takdir Tuhan untuk kita adalah keberagaman. Dari Sabang sampai Merauke adalah keberagaman, dari Miangas sampai Rote adalah juga keberagaman.
Berbagai etnis, bahasa, adat istiadat, agama, kepercayaan dan golongan bersatu padu membentuk Indonesia. Itulah Bhinneka Tunggal Ika.
"Namun, kehidupan berbangsa dan bernegara kita sedang mengalami tantangan, kebhinekaan kita sedang diuji. Saat ini ada pandangan dan tindakan yang mengancam kebhinekaan dan keikaan kita, saat ini ada sikap tidak toleran yang mengusung ideologi selain Pancasila," katanya.
Masalah ini, kata Presiden RI ke-7 itu, semakin mencemaskan tatkala diperparah oleh penyalahgunaan media sosial yang banyak menggaungkan hoax alias kabar bohong.
"Kita perlu belajar dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui oleh radikalisme, konflik sosial, terorisme dan perang saudara. Dengan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kita bisa terhindar dari masalah tersebut, kita bisa hidup rukun dan bergotong-royong untuk memajukan negeri," kata Jokowi.
Dengan Pancasila, Indonesia adalah harapan dan rujukan masyarakat internasional untuk membangun dunia yang damai, adil dan makmur di tengah kemajemukan.
Oleh karena itu, dirinya mengajak peran aktif para ulama, ustad, pendeta, pastor, bhiksu, tokoh masyarakat, pendidik, pelaku seni dan budaya, pelaku media, jajaran birokrasi, TNI dan Polri serta seluruh komponen masyarakat untuk menjaga Pancasila.
Pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus terus ditingkatkan. Ceramah keagamaan, materi pendidikan, fokus pemberitaan dan perdebatan di media sosial harus menjadi bagian dalam pendalaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Komitmen pemerintah untuk penguatan Pancasila sudah jelas dan sangat kuat.
"Berbagai upaya terus kita lakukan, salah satunya dengan telah diundangkannya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan ldeologi Pancasila. Bersama seluruh komponen bangsa, lembaga baru ini ditugaskan untuk memperkuat pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yang terintegrasi dengan program-program pembangunan," katanya.
Selain itu upaya pengentasan kemiskinan, pemerataan kesejahteraan dan berbagai program lainnya, menjadi bagian integral dari pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Menurut Jokowi, tidak ada pilihan lain kecuali kita harus bahu membahu menggapai cita-cita bangsa sesuai dengan Pancasila. Tidak ada pilihan lain kecuali seluruh anak bangsa harus menyatukan hati, pikiran dan tenaga untuk persatuan dan persaudaraan.
"Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus kembali ke jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotong royong dan toleran. Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus menjadikan Indonesia bangsa yang adil, makmur dan bermartabat di mata internasional," tuturnya.
Namun demikian, Joko Widodo menjelaskan juga harus waspada terhadap segala bentuk pemahaman dan gerakan yang tidak sejalan dengan Pancasila. Pemerintah pasti bertindak tegas terhadap organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan yang Anti- Pancasila, Anti-UUD 1945, Anti-NKRl, Anti-Bhinneka Tunggal Ika.
Pemerintah pasti bertindak tegas jika masih terdapat paham dan gerakan komunisme yang jelas-jelas sudah dilarang di bumi Indonesia.
"Sekali lagi, jaga perdamaian, jaga persatuan, dan jaga persaudaraan di antara kita. Mari kita saling bersikap santun, saling menghormati, saling toleran, dan saling membantu untuk kepentingan bangsa," katanya.
Pada kesempatan ini, presiden mengajak semua masyarakat saling bahu-membahu, bergotong royong demi kemajuan Indonesia.
"Selamat Hari Lahir Pancasila, Kita Indonesia, Kita Pancasila. Semua Anda Indonesia, semua Anda Pancasila, Saya Indonesia, saya Pancasila," kata Presiden Joko widodo.