Pontianak (Antara Kalbar) - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly megharapkan Kongres Dayak Internasional di Kalimantan Barat menjadi langkah maju bagi masyarakat Dayak membangun pemikiran baru dalam memajukan daerah.
"Dengan kebersamaan masyarakat Dayak yang hari ini berkumpul dalam kongres ini diharapkan dapat membangun pemikiran baru, demi kemajuan masyarakat dan budaya Dayak yang lebih baik lagi," kata Yasonna di Pontianak, Rabu.
Dirinya mengakui bahwa Kalbar merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam dan telah banyak menyumbangkan devisa bagi negara. Namun, jika dilihat ke daerah pedalaman yang notabenenya dihuni oleh sebagian besar masyarakat Dayak, kondisinya jelas jauh tertinggal.
"Namun, baru-baru ini pemerintah Indonesia yang berada di bawah kepemimpinan Jokowi telah membangun infrastruktur yang ada di sini dan manfaatnya mulai dirasakan oleh masyarakat," tuturnya.
Yasonna juga berharap, dalam kongres tersebut, tokoh masyarakat Dayak yang ada di seluruh dunia dan Indonesia khususnya agar bisa menyatukan pikiran dan pendapat bagaimana membangun komunitas masyarakat tanpa merusak ekosistem yang ada disekitarnya.
Menurutnya, pemerintah juga perlu merangkul investasi di daerah, dengan mengedepankan kepentingan masyarakat, agar perusahaan yang ada dapat berkontribusi untuk kemajuan serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat Dayak, sehingga kebudayaan dan tradisi yang ada di dalamnya tidak hilang dan dapat terus dilestarikan.
Kongres itu juga diharapkan dapat mengingatkan masyarakat internasional, khususnya bagi negara maju untuk menagih komitmen mereka tentang karbon kredit.
"Jangan sampai nanti ketika ada isu efek rumah kaca, masyarakat pedalaman Kalimantan yang disalahkan karena dinilai tidak bisa menjaga hutannya. Sementara mereka negera berkembang, terus membangun tanpa memperhatikan lingkungan mereka," katanya.
Dia menegaskan, jika dunia internasional tidak mau memperhatikan masyarakat pedalaman yang kondisinya masih memprihatinkan dan mereka terus menuntut agar masyarakat terus menjaga hutan, sementara mereka tidak memberikan kontribusi, jelas itu tidak adil.
"Makanya pemerintah Indonesia jelas sangat mendukung kongres ini, karena jika masyarakat pedalaman maju, maka Indonesia juga akan maju," tuturnya.
Di tempat yang sama, Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Cornelis mengharapkan kegiatan Kongres Dayak Internasional yang dilaksanakan di Kalimantan Barat bisa menjadi tonggak pembangunan manusia Dayak yang lebih baik lagi ke depan.
"Selama ini, kita masyarakat Dayak masih dicap sebagai masyarakat yang primitif, terbelakang dan merusak hutan. Melalui kongres ini, kita ingin membuktikan kepada dunia bahwa anggapan itu jelas salah, karena kami Dayak tidak ingin menjadi beban bagi negara, justru memberikan kontribusi besar bagi pembangunan daerah dan dunia," katanya.
Selain itu, lanjutnya, kegiatan itu juga bertujuan untuk melahirkan deklarasi Bangsa Dayak dunia sebagai refleksi butiran protokol yang memuat pernyataan sikap bangsa Dayak dalam menghadapi struktur zaman yang dinamis.
"Khusus untuk Indonesia, melalui kongres ini juga kami tidak ingin ada yang mengatakan bahwa Dayak itu kafir dan primitif, karena di dalam Dayak ini juga terdiri dari berbagai macam agama, termasuk Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha bahkan Konghuchu," katanya.
Cornelis menegaskan bahwa selama ini Dayak sudah menjadi bagian dari bangsa Indonesia karena juga telah berkontribusi dalam kemerdekaan serta mengisi pembangunan Indonesia. "Dayak tidak ingin menjadi beban dari negara ini, namun kita juga ingin berkontribusi bagi pembangunan," kata Cornelis.
(U.KR-RDO/T011)