Jakarta (Antara Kalbar) - "Target kami adalah emas." Kalimat tersebut
selalu diutarakan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
(PSSI) Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi pada setiap kesempatan
berbincang tentang target tim nasional sepak bola U-22 pada SEA Games
ke-29 2017 di Malaysia.
Terakhir kali diperoleh pada SEA
Games 1991, medali emas cabang sepak bola putra memang menjadi dambaan
utama kepengurusan PSSI periode 2016-2020 di bawah kepemimpinan Edy.
Keseriusan itu diawali dengan penunjukan mantan pemain Barcelona
dan Real Madrid, Luis Milla Aspas menjadi pelatih tim nasional sejak
Januari 2017.
Milla, yang mengantarkan Spanyol juara Piala
Eropa U-21 tahun 2011, diharapkan bisa membawa Indonesia menjadi yang
terbaik pada pesta olahraga Asia Tenggara tersebut.
Puluhan
pemain muda terbaik dari liga tertinggi Indonesia Go-Jek Traveloka Liga 1
kemudian dipanggil, diseleksi dan diikutkan dalam pemusatan latihan
(TC).
Usai melakoni TC serta berbagai uji coba pertandingan
persahabatan FIFA dan turnamen resmi seperti Kualifikasi Piala Asia
U-23, akhirnya pada Jumat (11/8), Luis Milla mengumumkan skuat resmi
untuk SEA Games ke-29 2017 di Malaysia. Ada 20 pemain yang disertakan
beserta satu pemain di luar daftar tersebut sebagai cadangan.
Para punggawa timnas U-22 tersebut yaitu Kurniawan Kartika Aji (dari
tim Persiba Balikpapan), Satria Tama (Persegres Gresik United) dan
Mochammad Diky Indriyana (Bali United) untuk posisi penjaga gawang.
Kemudian ada Andy Setyo (PS TNI), Hansamu Yama (Barito Putera),
�Ryuji Utomo (Persija), Putu Gede (Bhayangkara FC), Gavin Kwan (Barito
Putera), Ricky Fajrin (Bali United) dan Rezaldi Hehanusa (Persija)
sebagai bek.
Untuk sektor gelandang, ada M Hargianto
(Persija), Asnawi Mangkualam Bahar (PSM), Hanif Abdurrauf Sjahbandi
(Arema FC), Evan Dimas (Bhayangkara FC), Septian David Maulana (Mitra
Kukar), Febri Hariyadi (Persib), Osvaldo Hay (Persipura) dan Saddil
Ramdani (Persela).
Terakhir, posisi penyerang akan dilakoni Ezra Walian, Marinus Mariyanto (Persipura) dan Yabes Roni (Bali United).
Sementara mereka yang dicoret adalah penjaga gawang Ravi Murdianto
(PS TNI), bek tengah Bagas Adi Nugroho (Arema FC) dan dua gelandang Gian
Zola (Persib) dan Miftahul Hamdi (Bali United).
Bagi
pencinta sepak bola nasional, nama-nama tersebut pastilah tidak asing
lagi. Selain mereka semua bermain di Go-Jek Traveloka Liga 1 yang
ditayangkan secara langsung di televisi hampir di setiap pekan.
Kecuali penyerang naturalisasi Ezra Walian, para pemain ini
sebelumnya sudah tampil di Kualifikasi Piala Asia U-23 di Bangkok,
Thailand, Juli 2017 lalu, di mana Indonesia gagal melaju ke putaran
final di China, Januari 2018, karena hanya menduduki peringkat ketiga
Grup H.
Dengan susunan pemain itu ditambah masa persiapan
sekitar enam bulan, timnas tentu memiliki peluang untuk meraih emas SEA
Games 2017.
Namun, mari kita "rem" sejenak mimpi emas itu.
Sebab, sebelum menyentuh babak final, tentu Indonesia terlebih dahulu
lolos dari babak grup. Kira-kira bagaimana peluangnya? Peta Kekuatan
Grup B, Grup "Neraka" Di SEA Games 2017, timnas U-22 Indonesia bergabung
di Grup B yang bisa dikatakan grup neraka. Di sana, tim berjuluk Garuda
Muda itu harus bersing dengan juara SEA Games 2013 serta 2015 Thailand
dan peraih perunggu SEA Games 2015, Vietnam, bersama Kamboja, Timor
Leste, juga tim yang berpotensi menjadi kuda hitam, Filipina.
Hanya melihat sekilas saja, tentu bisa menerka pesaing terberat
Indonesia di grup adalah Thailand dan Vietnam. Dua tim ini menjadi
rintangan berat yang bisa membuat Evan Dimas dan kawan-kawan kesulitan
meraih posisi dua, posisi minimal untuk lolos langsung ke babak
berikutnya, semifinal.
Pertama, mari membahas kekuatan
Thailand, lawan pertama yang harus dihadapi Indonesia di Grup B.
Pertandingan ini sendiri digelar pada Selasa (15/8).
Berbeda
dengan Indonesia yang menunjuk pelatih asing asal Spanyol Luis Milla
menangani timnas U-22 dan senior sekaligus, Thailand memiliki pelatih
berbeda di dua timnas tersebut.
Untuk timnas senior, tim
Negeri Gajah Putih menunjuk pelatih berpengalaman kelahiran Yugoslavia
(kini wilayah Serbia) Milovan Rajevac. Sementara di U-22, timnas
Thailand diasuh oleh pelatih lokal Worrawoot Srimaka.
Di
tangan Worrawoot, Thailand yang sangat ingin mempertahankan medali emas
SEA Games ini berhasil melaju ke putaran final Piala Asia U-23 2018,
setelah menjadi salah satu peringkat kedua terbaik di kualifikasi pada
Juli 2017 lalu. Pencapaian itu salah satunya didapatkan dengan menahan
imbang timnas U-22 Indonesia 0-0.
Skuat Thailand pun membawa
para pemain terbaiknya ke SEA Games, termasuk sang kapten yang juga
pemain di tim SEA Games 2015 Chenrop Samphaodi. Chenrop sendiri pernah
disebut gelandang Indonesia Evan Dimas sebagai pemain yang perlu
diwaspadai dari tim muda Thailand.
Namun, seperti
diberitakan media lokal Bangkok Post, Chenrop dalam kondisi belum 100
persen fit ketika berangkat ke Malaysia. Kondisi ini tentu bisa menjadi
keuntungan untuk Indonesia, sembari mencoba mewaspadai para pemain
Thailand lainnya seperti gelandang Chaiyawat Buran.
Kedua,
Vietnam. Bersama Thailand, timnas U-22 Vietnam yang diasuh Nguyen Hu
Thang juga lolos ke putaran final Piala Asia U-23 dari jalur peringkat
kedua terbaik. Pada kompetisi itu, mereka membabat Timor Leste dengan
skor 4-0 dan Macau 8-1 sebelum kalah dari Korea Selatan 2-1.
Vietnam pun mempersiapkan diri dengan baik untuk SEA Games di Malaysia.
Mereka sempat menjalani pemusatan latihan dan beberapa uji coba di
Korea Selatan. Bahkan, H�c Chinh dan kolega sempat menaklukkan
bintang-bintang liga Korea Selatan K-League dengan skor 1-0 kala
berjumpa dalam laga persahabatan di Vietnam.
Akan tetapi,
lain dengan Indonesia dan Thailand yang sangat berhasrat mendapatkan
emas, Vietnam hanya menargetkan satu tempat di final SEA Games 2017.
"Kami belum pernah menjuarai SEA Games. Meski tahun ini beberapa
pekerjaan sudah terlewati dengan baik, kami menargetkan setidaknya bisa
mencapai final," kata Wakil Presiden VFF Nguyen Xu�n G.
Pernyataan rendah hati tersebut tentu saja perlu disikapi dengan serius.
Sebab, di SEA Games 2017, Vietnam juga diperkuat para pemain yang
berlaga di Piala Dunia U-20 2017 bulan Mei lalu seperti penyerang H� c
Chin.
Di Piala Dunia U-20 itu, Vietnam berhasil mencetak
sejarah dengan membuat poin pertamanya di keikutsertaan perdananya di
ajang tersebut setelah menahan imbang Selandia Baru 0-0.
Ketiga, Filipina. Timnas U-22 Filipina datang ke SEA Games 2017 dalam
keadaan yang kurang baik setelah di kompetisi sebelumnya, Kualifikasi
Piala Asia U-23 di Bangkok, Thailand, mereka tidak pernah menang dan
kebobolan 11 gol dari tiga laga tanpa pernah mencetak satu gol pun.
Bahkan, di salah satu laga tersebut, Filipina kalah telak dari Jepang dengan skor 8-0.
"Yang penting adalah kami bisa bermain sebagai sebuah tim," ujar
pelatih timnas U-22 Filipina Marlon Maro. "Kami akan mempersiapkan diri
untuk SEA Games dan memperbaiki kelemahan-kelemahan," tutur dia
menambahkan.
Apakah Filipina bisa dipandang sebelah mata
setelah apa yang terjadi di Thailand Tentu saja tidak. Perlu diingat,
berdasarkan data terkini FIFA, sepak bola putra Filipina berhasil
menduduki peringkat 127 dan menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. Itu
dasar yang lebih dari cukup untuk memasukkan Filipina ke daftar salaj
satu tim kuda hitam, si pemberi kejutan.
Terakhir, Kamboja
dan Timor Leste. Kamboja merupakan salah satu negara ASEAN yang
perkembangannya paling pesat dan banyak memiliki pemain muda berbakat.
Kamboja pun berhasil membuat catatan cukup bagus kala berkompetisi
di Kualifikasi Piala Asia U-23, Bangkok. Di sana, mereka berhasil
mengalahkan Filipina, menahan imbang China dan takluk dari Jepang dengan
skor "hanya" 2-0. Disebut "hanya" karena di grup yang sama, Jepang
membantai Filipina dengan skor 8-0.
Hal-hal inilah yang membuat pelatih timnas U-22 Kamboja asal Brazil Leonardo Vitorino berani menargetkan medali emas.
Sementara timnas U-22 Timor Leste sepertinya jauh dari pemberitaan
media. Meski bisa dianggap tim terlemah di Grup B, Timor Leste bukanlah
skuat "kacangan".
Buktinya, pada Kualifikasi Piala Asia U-23
di Bangkok, mereka bisa bermain seri 0-0 dengan tim kuat Korea Selatan
dan menghancurkan Macau dengan skor 7-1. Sayangnya, kekalahan 4-0 dari
Vietnam membuat mereka hanya menduduki peringkat ketiga Grup I dan gagal
melaju ke putaran final Piala Asia U-23 di China pada Januari 2018
mendatang.
Pentingnya Pertandingan Pertama Mengingat
kekuatan tim di Grup B, penting bagi timnas U-22 untuk setidak-tidaknya
mencuri poin di laga pertama versus Thailand pada Selasa (15/8).
Fokus menjadi kunci timnas U-22, yang sebagian besar pemainnya
belum pernah berlaga di SEA Games sebelumnya, untuk meraih hasil positif
melawan Thailand.
"Mudah-mudahan apa yang terjadi di
Kualifikasi Piala Asia U-23 lalu tidak terulang. Ketika itu di laga
pertama, anak-anak kurang fokus, tegang dan terlihat tidak menikmati
pertandingan. Mungkin karena suasana turnamen," kata Manajer Timnas U-22
Endri Erawan.
Yang dimaksud Endri adalah ketika timnas U-22
Indonesia bertanding di Grup H kualifikasi Piala Asia U-23 2018 di
Bangkok, Thailand, pada Juli 2017. Di laga awal kompetisi itu, timnas
U-22 ditaklukkan Malaysia dengan skor 3-0.
Itu menjadi
satu-satunya kekalahan Indonesia di Bangkok karena di laga kedua timnas
U-22 asuhan Luis Milla bisa menaklukkan Mongolia dengan skor telak 7-0
dan menahan imbang Thailand 0-0.
Hasil itulah yang menjadi
penyebab utama Indonesia gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-23 di
China, karena pada akhirnya hanya mengumpulkan empat poin di Grup H dan
menempati posisi ketiga klasemen.
Lagipula, seperti kata asisten pelatih timnas Bima Sakti, Thailand bukanlah tim tanpa kelemahan.
"Sepanjang sejarah memang mereka selalu ngotot ketika melawan
Indonesia. Akan tetapi, ada beberapa hal yang bisa kami pelajari usai
Kualifikasi Piala Asia kemarin," tutur Bima.
Dengan melewati pertandingan pertama tanpa kekalahan, peluang Indonesia untuk lolos dari Grup B akan semakin besar.
Mental pemain juga semakin baik untuk pertandingan kedua yang
dilangsungkan pada Kamis (17/8) kontra Filipina, lalu dilanjutkan versus
Timor Leste pada Minggu (20/8). Selanjutnya, timnas akan melawan tim
kuat Vietnam dan diakhiri dengan laga versus Kamboja yang masing-masing
diadakan Selasa (22/8) dan Kamis (24/8).
Bertanding lima
kali, lebih banyak dari Grup A yang hanya empat kali, faktor fisik juga
bisa menjadi penentu. Namun, itu tidak bisa dijadikan alasan mutlak
karena semua tim di Grup B mengalami situasi serupa.
Kalau
rintangan-rintangan bisa ditaklukkan, maka timnas U-22 Indonesia bisa
bersiap menghadapi perwakilan Grup A yang beranggotakan tuan rumah
Malaysia, Myanmar, Singapura, Laos dan Brunei Darussalam, di babak
semifinal cabang olahraga sepak bola putra SEA Games ke-29 2017,
Malaysia.
Melihat Peluang Timnas Lolos Grup Sea Games
Senin, 14 Agustus 2017 8:10 WIB