Jakarta (Antara Kalbar) - China dan Indonesia memiliki ambisi maritimnya
masing-masing. Jika Beijing meluncurkan "Belt and Road Initiave",
Jakarta berkeinginan tampil sebagai Poros Maritim Dunia.
Untuk menjelaskan visi yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo dalam
pidato pelantikannya sebagai presiden ketujuh RI pada 20 Oktober 2014
itu, diterbitkanlah buku putih setebal 53 halaman (Agastia, 2016).
Adapun China menerangkan apa dan bagaimana ambisi maritimnya
tersebut dalam dokumen berjudul "Visi dan Aksi Membangun Bersama Sabuk
Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad XXI" (2015).
Terlepas dari dokumen tertulis yang telah diterbitkan Beijing dan
Jakarta untuk menjelaskan latarbelakang filosofis dan praktis dari visi
maritim masing-masing negara, China tampaknya lebih serius.
Keseriusan China dalam mewujudkan ambisinya yang tampak lebih terang
benderang dibandingkan Indonesia itu terlihat dari langkah-langkah
konkret yang telah diambilnya dalam beberapa tahun terakhir.
Menyadari kemungkinan Inisiatif Jalur Sutra Maritim Abad XXI-nya itu
berpotensi memicu kontroversi dan kesalahpahaman di luar negeri, China
tak tinggal diam.
Sejak dikenalkan secara resmi oleh
Presiden Xi Jinping tatkala mengunjungi Indonesia pada 3 Oktober 2013,
kampanye gencar melalui publikasi, lokakarya, konferensi dan pertemuan
pun terus dilakukan oleh pemerintah Beijing.
Target kampanye
Pemerintah China yang didukung media negara berhaluan Komunis itu tak
terbatas hanya pada kalangan pejabat pemerintah tetapi juga akademisi
dan jurnalis dari berbagai negara sasaran inisiatif ini.
Pada Oktober 2015, Departemen Internasional Partai Komunis China,
misalnya, menggelar forum media tentang "Belt and Road Initiative" di
Beijing dengan mengundang puluhan wartawan senior dari Kawasan Asia
Pasifik.
Tak sekadar menyasar para pengambil keputusan
maupun pembentuk opini publik, Pemerintah dan Media China juga
memperkenalkan inisiatif ambisi maritimnya ini kepada kalangan umum dari
kelas menengah atas.
Kampanye semacam ini antara lain
dilakukan China pada Juni 2017 dengan menggelar lokakarya budaya di atas
kapal pesiar "Majestic Princess" yang sedang berlayar dari Kota Roma,
Italia, ke Xiamen, Tiongkok.
Pada acara yang menyasar
sekitar tujuh ribu penumpang kapal pesiar itu, ditampilkan pertunjukan
seni dan budaya dari para artis dan seniman Tiongkok, serta presentasi
dari sejumlah jurnalis senior negara itu.
Dalam
presentasinya, para jurnalis senior China yang mengisi acara tersebut
menekankan pentingnya peran jalur sutra maritim di masa lalu sebagai
"rute pertukaran budaya" (Yang Feiyue, 2017).
Pada September
tahun ini, China kembali berencana menggelar acara "Belt and Road
Initiative" dengan mengundang para jurnalis senior dan pemimpin
media-media berpengaruh dari berbagai pelosok dunia.
Semua
itu dilakukan Pemerintah China bersama para pemangku kepentingan terkait
di negara itu dalam upayanya membangun pemahaman yang benar kepada
dunia tentang visi maritim ambisius Abad ke-21 tersebut.
Selain itu, langkah-langkah China tersebut juga mencerminkan
keseriusannya dalam meyakinkan para pihak di luar negeri tentang
pentingnya inisiatif ini untuk mewujudkan kerja sama ekonomi dan
investasi bilateral.
Manfaat ekonomi yang mungkin dicapai
melalui inisiatif ini telah pun disinggung dalam dokumen terbitasn
Komisi Pembangunan dan Reformasi, Kementerian Luar Negeri, dan
Kementerian Ekonomi negara itu pada 2015.
Dalam perspektif
China, Inisiatif Jalur Sutra Maritim Abad XXI-nya itu akan membuka jalan
bagi Beijing dan negara-negara di Kawasan Indo-Pasifik, Afrika Timur
dan Mediterania untuk memperkuat keterhubungan maritimnya.
Di samping itu, China dan negara-negara yang menjadi sasaran
inisiatifnya ini juga dapat mengembangkan kerja sama di bidang mitigasi
bencana dan pembangunan sektor perikanan (Nataraj, 2015).
Bagi China dan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara
(ASEAN), Inisiatif Jalur Sutra Maritim Abad XXI ini dapat difungsikan
sebagai "jembatan dan mesin kerja sama baru" (Xu Bu, 2015).
Dengan membangun inisiatif tersebut, Duta Besar China untuk ASEAN Xu Bu
berpendapat bahwa Beijing dan ASEAN dapat semakin mempererat hubungan
ekonomi dan perdagangannya (The Jakarta Post, 2015).
China
tak hendak sekadar "omong doang"! Untuk mencapai ambisi maritimnya
melalui "Belt and Road Iniative" ini, pemerintah negara itu berjanji
menggelontorkan dana sebesar 40 miliar dolar AS pada November 2014.
Uang yang dijanjikan China bagi badan keuangan "Dana Jalur Sutra"
itu dimaksudkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur di sepanjang
jalur sutra darat dan laut (Nataraj, 2015; Limbong, 2015:171).
Pada Mei lalu, Presiden Xi Jinping bahkan telah berjanji mengucurkan
dana segar senilai 124 miliar dolar AS untuk mendukung berbagai rencana
proyek baru ke "Dana Jalur Sutra" negara itu (Reuters, 2017).
Sebelum kehadiran badan keuangan "Dana Jalur Sutra" ini, China telah
pun membentuk Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) dengan modal
teregistrasi mencapai 50 miliar dolar AS.
Kehadiran bank
yang besar modalnya dapat meningkat hingga 100 miliar dolar AS (Limbong,
2015: 173) ini disambut banyak negara yang kemudian ikut menjadi
anggotanya, termasuk Indonesia.
Kembali ke perihal Inisiatif
Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 China ini, agaknya tujuannya sejalan
dengan visi ambisius Presiden Joko Widodo yang hendak menjadikan
Indonesia salah satu kekuatan maritim dunia.
Muhammad Teguh
Ariffaiz Nasution (2015) memandang visi Presiden Widodo mentransformasi
Indonesia menjadi poros maritim dunia dalam lima tahun usia
pemerintahannya itu merupakan upaya mengembalikan kejayaan maritim
kerajaan-kerajaan di Nusantara, khususnya Sriwijaya dan Majapahit.
Visi tersebut dimaksudkan untuk mencapai kemakmuran ekonomi dan
mengawal kedaulatan bangsa dengan fokus pada pembangunan konektivitas
antarpulau, sumberdaya kelautan dan kapabilitas angkatan laut (Nasution,
2015).
Dalam memperbaiki keterhubungan antarpulau dan
pengiriman logistik antarpulau, Pemerintah RI telah pun berencana
membangun dan memodernisasi 24 pelabuhan dalam lima tahun (Mackey).
Untuk mendukung upayanya mewujudkan visi poros maritim dunianya,
Indonesia juga dipandang perlu memperkuat kemampuan industri kapal dalam
negeri untuk mencapai kemandirian dalam memproduksi kapal-kapal yang
diperlukan.
Dengan mempunyai industri pembuatan kapal yang
canggih dan angkatan laut yang hebat, Indonesia akan semakin mampu
mengawal wilayah luatnya yang demikian luas (Nasution, 2015: 3-8).
Terlepas dari relevansinya dengan visi Indonesia menjadi poros
maritim dunia, Inisiatif Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 China ini tak
sepenuhnya ditanggapi positif oleh kalangan elit di Tanah Air.
Jika mantan Dubes RI untuk China Sudrajat menyambut baik konsep
inisiatif Beijing ini karena dia yakin bahwa hal itu akan membawa
kemaslahatan bagi negara-negara yang terlibat (Tjoa, 2015), tidak
demikian halnya dengan, misalnya, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan
Hamengkubuwono X.
Orang nomor satu di Pemerintah Provinsi DI
Yogyakarta itu bahkan mengimbau Presiden Joko Widodo untuk menolak
tawaran China menghubungkan inisiatif maritimnya itu dengan visi poros
maritim dunia Indonesia (Antara, 2015).
Mengapa? Sri Sultan
memandang Indonesia akan selamanya menjadi pasar produk-produk China
segera setelah negara ini menyambut hangat tawaran Beijing tersebut.
Tanggapan dan perspektif yang berbeda dari para elite Indonesia
dalam merepons visi dan aksi inisiatif jalur sutra darat dan maritim
abad ke-21 China itu adalah realitas yang harus dijawab Beijing.
Di luar tantangan yang datang dari kalangan elite Indonesia itu,
ada hambatan lain yang dihadapi China dalam upayanya mewujudkan ambisi
maritimnya tersebut.
Prashanth Parameswaran (2017)
mengingatkan bahwa masalah nyata yang dihadapi China dalam mewujudkan
ambisi "Belt and Road Initiative"-nya ini tidak sekadar pertanyaan soal
manajemen persepsi atau skala.
Lebih dari itu, masalahnya
juga terkait dengan "tantangan-tantangan struktural" yang suka tidak
suka harus dijawab China jika negara itu benar-benar ingin berhasil
mewujudkan ambisi maritimnya itu (Parameswaran, 2017).
Membandingkan Ambisi Maritim China-Indonesia
Minggu, 20 Agustus 2017 16:51 WIB