TNI-AD dan Pemkab Landak bersinergi buka isolasi Sempatung
Jumat, 10 Agustus 2018 11:39 WIB
Pontianak (Antaranews Kalbar) - Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-102 yang dilakukan oleh Kodim 1201/Mempawah di Desa Sempatung, Kecamatan Air Besar, Kabupaten Landak diharapkan memperkuat peran TNI dalam meningkatkan infrastruktur jalan yang ada di desa itu.
Seperti di ketahui, Desa Sempatung Kecamatan Air Besar selama ini dikenal daerah paling terpencil di Kabupaten Landak. Sebelum adanya pembukaan badan jalan menuju desa tersebut, jarak tempuh dari Ngabang, sebagai ibu kota kabupaten Landak saja bisa memakan perjalanan 13 jam, karena hanya dengan jalan tikus bisa menembus dengan jarak tempuh dengan menggunakan sepeda motor untuk mencapai ke sana.
Untuk itu, sejak tahun 2013, Pemkab Landak sudah membuka askes daerah terisolir itu. Setiap tahunnya, Pemkab Landak berusaha untuk membuka badan jalan, untuk mempersingkat rentang waktu masyarakat menuju ke Ngabang, atau ke Entikong Kabupaten Sanggau dan Bengkayang, sebagai daerah terdekat disana.
Merasa proses pembangunan infrastruktur disana yang cukup sulit dilakukan karena medan yang berat, dimana untuk mencapai desa itu harus melalui beberapa perbukitan, pada tahun 2018 ini, Pemkab Landak menggandeng TNI untuk menggelar program TMMD di sana.
Dibawah kepemimpinan dr. Karolin Margret Natasa, pemkab Landak merasa perlu menggandeng berbagai pihak untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di kabupaten itu. Beruntung, niat tersebut mendapat sambutan luar biasa dari Kodim 1201/Mempawah untuk memfokuskan kegiatan TMMD tahun 2018 ini di Desa Sempatung tersebut.
"Terkait sinergisitas itu, melalui program TMMD ke-102 yang dilaksanakan di Desa Sempatung, sejak tanggal 10 Juli sampai 8 Agustus 2018 itu, TNI AD bersama masyarakat setempat berhasil menjalankan lima pekerjaan infrastruktur jalan," kata Dandim 1201/Mempawah, Letkol Arm Anom Wirassunu, di Ngabang, Kamis.
Ada pun lima infrastruktur jalan itu, diantaranya, peningkatan jalan dengan ukuran lebar 6 meter sepanjang 7,3 kilometer, pekerjaan rabat beton dengan lebar jalan 2 meter dan panjang 500 meter, pekerjaan 1 unit jembatan dengan lebar dua meter dan panjang 13,5 meter, pembangunan 1 unit jembatan dengan lebar 2 meter dan panjang 6,4 meter serta pembangunan tiga unit jembatan box dengan lebar 3 meter dan panjang 1 meter.
Selama kegiatan TMMD tersebut, katanya, pihaknya mengerahkan 100 personil TNI AD dari Kodim 1201/Mempawah dan dibantu tenaga masyarakat pendukung sebanyak 40-50 orang perhari.
"Sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan program ini, hari Rabu kemarin, kita melakukan proses serah terima kepada Bupati Landak, ibu Karolin yang disaksikan langsung oleh Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi," tutur Anom.
Dirinya berharap, kegiatan TMMD yang berlangsung selama 30 hari tersebut bisa memberikan dampak perubahan bagi masyarakat Sempatung dan sekitarnya, terlebih dengan semakin baiknya akses jalan yang ada, diharapkan mampu melancarkan aktivitas masyarakat dan berdampak pada peningkatan ekonomi disana.
"Selama kegiatan ini, kita sangat bersyukur karena Pemkab Landak memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaannya. Demikian kepala desa dan masyarakat Sempatung, juga berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan ini," katanya.
Sementara itu, Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi mengatakan, TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), merupakan satu kegiatan yang perlu mendapat dukungan oleh semua pihak termasuk oleh Pemerintah Daerah. Membangun bangsa ini tidak bisa dilakukan oleh satu lembaga atau organisasi tertentu, tetapi perlu dilakukan Bersama-sama.
Program TMMD yang dilaksanakan TNI AD dengan terjun langsung ke desa-desa, itu sesuatu yang menggugah masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Selama ini tidak ada aktifitas yang diprogramkan oleh TNI yang hanya dilakukan sendiri oleh TNI, tetapi senantiasa melibatkan masyarakat sehingga selalu mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat.
"Program TMMD merupakan wujud kemanunggalan TNI bersama rakyat, karena rohnya TNI berasal dari rakyat. Hal tersebut dapat dilihat dari gigihnya Satgas TMMD Kodim 1201/Mempawah dengan semangat yang tinggi membantu Pemkab Landak mengentaskan pembangunan wilayah teritorial yang tertinggal," katanya di Sempatung, Rabu.
Peran serta masyarakat untuk membantu personel TNI yang tergabung dalam satgas TMMD menunjukkan kemanunggalan TNI-Rakyat tetap terpelihara dengan baik. Disamping itu keikutsertaan personel Polri dalam satgas TMMD juga mencerminkan soliditas TNI dan Polri dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Prajurit TNI terlibat langsung dalam TMMD mendorong masyarakat untuk ikut aktif dalam setiap kegiatan yang dipelopori TNI AD.
"Sinergisitas yang baik antara TNI dan Pemkab Landak tentu harus diapresiasi, terlebih ibu bupati Landak ini bisa memanfaatkan program TMMD untuk meningkatkan kualitas infrastruktur yang ada, tentu hal ini sangat positif untuk pemkab dan masyarakat," katanya.
Achmad Supriyadi berharap, sinergisitas antara TNI dan pemkab Landak ini bisa terus berlanjut ke depan, untuk program pembangunan lainnya. Dirinya menyatakan, TNI akan selalu siap untuk mendukung program pembangunan yang dilakukan pemerintah, karena itu juga menjadi bagian dari tugas TNI, untuk operasi selain perang.
"Tugas Operasi Militer Selain Perang ini tentunya tidak kalah penting dari Operasi Militer untuk Perang, karena diperlukan jiwa rela berkorban serta semangat bergotong-royong. Untuk itu, bersama masyarakat dalam membangun daerah perkampungan yang hidupnya masih di bawah garis kemiskinan, perlu kita kembangkan," katanya.
Ditempat yang sama, Kepala Desa Sempatung, Timotius menyatakan sangat berterimakasih kepada Pemkab Landak dan TNI AD yang sudah memilih desa mereka sebagai pusat kegiatan TMMD ke-102 dibawah Kodim 1201/Mempawah.
Menurutnya, kehadiran TNI untuk membantu dan memberi semangat serta pengabdian yang tinggi dalam memajukan masyarakat di daerah Sempatung, tentu memberikan pengalaman berharga bagi masyarakat disana. TNI juga ingin melalui program ini, masyarakat dapat menikmati pembangunan secara merata sampai pelosok desa sekalipun, dan ini sudah terbukti," katanya.
Dirinya melihat sendiri, dalam program TMMD tersebut, antara masyarakat dan TNI bersatu padu melakukan proses pembangunan. Bahkan, ketika tidak bekerja, antara TNI dan masyarakat Sempatung bisa berbaur dan bersatu, membuktikan kedekatan TNI dengan masyarakat.
"Kami harapkan setelah kegiatan ini, ada kelanjutan untuk program lainnya sehingga, desa kami yang terpencil ini bisa semakin mandiri," tuturnya.
Bupati Landak, dr. Karolin Margret Natasa menyatakan, kegiatan TMMD yang dilakukan oleh TNI AD setiap tahunnya bukan hanya menjadi sekedar rutinitas, namun memiliki nilai lebih.
"Seperti kita tahu, setiap tahunya program TMMD ini dilaksanakan. Kami tidak ingin kegiatan TMMD hanya sebagai rutinitas, karena kita ingin membuktikan bahwa kegiatan ini bisa meningkatkan kemanunggalan, kekompakan, gotong royong antara TNI dan masyarakat serta pemerintah daerah," kata Karolin di Ngabang, Kamis.
Tujuan akhirnya, kata dia, bagaimana program TMMD ini bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah terisolir, seperti pada lokasi Desa Sempatung tersebut.
Menurutnya, lokasi kegiatan TMMD yang dilaksanakan di Landak tahun ini sangat istimewa, karena pelaksanaannya menjelang peringatan HUT RI ke-73 dimana lokasi tersebut juga menjadi bukti sejarah, TNI dan masyarakat bersama-sama membela batas negara kita dari Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak, Malaysia, di Bukit Brambang, Desa Sempatung, pada tahun 1966-1969.
Dengan demikian, kata Karolin, Desa Sempatung merupakan daerah pertahanan negara yang tentu harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah, karena di sana memiliki catatan sejarah tersendiri bagi bangsa ini.
"Sebagai pemerintah daerah kita tentu akan berupaya untuk memberikan perhatian pada pembangunan di daerah ini, salah satunya dengan memasukkan program TMMD ini, untuk meningkatkan infrastruktur yang ada di sini," kata Karolin.
Selain itu, kata Karolin, seperti di ketahui, bahwa program TMMD tersebut bukan hanya sebatas pembangunan infrastruktur karena di dalamnya juga terdapat kegiatan penyuuhan perkebunan, kamtibmas, kesehatan, pertanian dan Narkoba yang tentu sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Dia menambahkan, ke depan, Pemkab Landak akan membuka peluang kerjasama antara TNI dan pemkab, dalam pembangunan lainnya. Hal itu jelas bisa dilakukan karena sudah tertuang dalam peraturan perundang-undangan dimana dalam mewujudkan pembangunan, pemerintah daerah bisa bersinergi dengan TNI.
"Namun tentu saja semuanya akan kembali ke anggaran yang tersedia. Jika memang memungkinkan, tentu program seperti ini bisa kembali kita laksanakan," katanya.
Pihaknya akan membuat program prioritas dalam pembangunan dengan dana yang tersedia, dimana Landak saat ini memiliki 156 Desa dan lebih dari 80 desa yang ada masih masuk dalam desa tertinggal.
"Oleh karena itu, upaya-upaya yang kita lakukan ke depan adalah bagaimana kita bisa menjalin kerjasama dengan TNI dalam membuka keterisolasian daerah tertinggal dan mengentaskan kemiskinan di daerah tersebut. Harapan kita kedepan, infrastruktur, pendidikan dan ekonomi masyarakat di daerah terpencil bisa semakin baik," katanya.
Kepala Desa Sempatung, Timotius mengungkapkan, desa yang dipimpinnya saat ini pernah mencatatkan sejarah perjuangan masyarakat bersama TNI dalam menumpas Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak, Malaysia.
"Peristiwa tersebut terjadi di Bukit Brambang, Desa Sempatung, yang saat itu menjadi daerah pedalaman Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, tahun 1966-1969," kata Timotius di Sempatung, Rabu.
Timotius menceritakan, saat penumpasan PGRS tersebut, Bukit Brambang dihujani bom dan peluru karena menjadi salah satu lokasi pusat pertempuran. Hal itu dikarenakan, Desa Sempatung sangat dekat dengan perbatasan Indonesia-Malaysia.
"Jika kita naik di Dusun Kuningan, dari atas bukit kita bisa melihat cahaya lampu dari negara tetangga," katanya.
Dia kembali menceritakan, saat kejadian penumpasan PGRS tersebut, karena gerakan tersebut diduga menganut paham Komunis dan saat itu harus diberantas.
"Masyarakat kami saat itu, dimana ayah saya juga terlibat dalam pertempuran, bersatu bersama TNI dalam penumpasan PGRS. TNI juga membuat markas di permukiman warga di Dusun Kuningan, dusun paling ujung di Desa Sempatung ini," katanya.
Akibat peristiwa tersebut, cukup banyak masyarakat dan pasukan TNI yang gugur. Nama mereka pun diabadikan masyarakat pada sebuah batu yang terletak di tengah Dusun Kuningan.
Saat pertempuran itu, kata dia, warga Desa Sempatung membantu TNI untuk menunjukan medan, mengingat pasukan TNI yang ada tidak mengenal wilayah tersebut. Namun, tak jarang juga masyarakat ikut bertempur dan membunuh PGRS dengan berbekalkan senjata tradisional.
Menurutnya, apa yang dilakukan pendahulunya tersebt merupakan bentuk kecintaan masyarakat terhadap NKRI, demi mempertahankan kedaulatan negara.
"Tahun ini, masyarakat Sempatung kembali berjuang bersama TNI AD dalam program TMMD, dimana bisa kita lihat masyarakat sangat kompak dan membantu penuntasan program tersebut. Setidaknya, ini mengulang kembali sejarah masa lalu dan momen ini menjadi sangat berharga bagi kami," kata Timotius.
Seperti di ketahui, Desa Sempatung Kecamatan Air Besar selama ini dikenal daerah paling terpencil di Kabupaten Landak. Sebelum adanya pembukaan badan jalan menuju desa tersebut, jarak tempuh dari Ngabang, sebagai ibu kota kabupaten Landak saja bisa memakan perjalanan 13 jam, karena hanya dengan jalan tikus bisa menembus dengan jarak tempuh dengan menggunakan sepeda motor untuk mencapai ke sana.
Untuk itu, sejak tahun 2013, Pemkab Landak sudah membuka askes daerah terisolir itu. Setiap tahunnya, Pemkab Landak berusaha untuk membuka badan jalan, untuk mempersingkat rentang waktu masyarakat menuju ke Ngabang, atau ke Entikong Kabupaten Sanggau dan Bengkayang, sebagai daerah terdekat disana.
Merasa proses pembangunan infrastruktur disana yang cukup sulit dilakukan karena medan yang berat, dimana untuk mencapai desa itu harus melalui beberapa perbukitan, pada tahun 2018 ini, Pemkab Landak menggandeng TNI untuk menggelar program TMMD di sana.
Dibawah kepemimpinan dr. Karolin Margret Natasa, pemkab Landak merasa perlu menggandeng berbagai pihak untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di kabupaten itu. Beruntung, niat tersebut mendapat sambutan luar biasa dari Kodim 1201/Mempawah untuk memfokuskan kegiatan TMMD tahun 2018 ini di Desa Sempatung tersebut.
"Terkait sinergisitas itu, melalui program TMMD ke-102 yang dilaksanakan di Desa Sempatung, sejak tanggal 10 Juli sampai 8 Agustus 2018 itu, TNI AD bersama masyarakat setempat berhasil menjalankan lima pekerjaan infrastruktur jalan," kata Dandim 1201/Mempawah, Letkol Arm Anom Wirassunu, di Ngabang, Kamis.
Ada pun lima infrastruktur jalan itu, diantaranya, peningkatan jalan dengan ukuran lebar 6 meter sepanjang 7,3 kilometer, pekerjaan rabat beton dengan lebar jalan 2 meter dan panjang 500 meter, pekerjaan 1 unit jembatan dengan lebar dua meter dan panjang 13,5 meter, pembangunan 1 unit jembatan dengan lebar 2 meter dan panjang 6,4 meter serta pembangunan tiga unit jembatan box dengan lebar 3 meter dan panjang 1 meter.
Selama kegiatan TMMD tersebut, katanya, pihaknya mengerahkan 100 personil TNI AD dari Kodim 1201/Mempawah dan dibantu tenaga masyarakat pendukung sebanyak 40-50 orang perhari.
"Sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan program ini, hari Rabu kemarin, kita melakukan proses serah terima kepada Bupati Landak, ibu Karolin yang disaksikan langsung oleh Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi," tutur Anom.
Dirinya berharap, kegiatan TMMD yang berlangsung selama 30 hari tersebut bisa memberikan dampak perubahan bagi masyarakat Sempatung dan sekitarnya, terlebih dengan semakin baiknya akses jalan yang ada, diharapkan mampu melancarkan aktivitas masyarakat dan berdampak pada peningkatan ekonomi disana.
"Selama kegiatan ini, kita sangat bersyukur karena Pemkab Landak memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaannya. Demikian kepala desa dan masyarakat Sempatung, juga berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan ini," katanya.
Sementara itu, Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi mengatakan, TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), merupakan satu kegiatan yang perlu mendapat dukungan oleh semua pihak termasuk oleh Pemerintah Daerah. Membangun bangsa ini tidak bisa dilakukan oleh satu lembaga atau organisasi tertentu, tetapi perlu dilakukan Bersama-sama.
Program TMMD yang dilaksanakan TNI AD dengan terjun langsung ke desa-desa, itu sesuatu yang menggugah masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Selama ini tidak ada aktifitas yang diprogramkan oleh TNI yang hanya dilakukan sendiri oleh TNI, tetapi senantiasa melibatkan masyarakat sehingga selalu mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat.
"Program TMMD merupakan wujud kemanunggalan TNI bersama rakyat, karena rohnya TNI berasal dari rakyat. Hal tersebut dapat dilihat dari gigihnya Satgas TMMD Kodim 1201/Mempawah dengan semangat yang tinggi membantu Pemkab Landak mengentaskan pembangunan wilayah teritorial yang tertinggal," katanya di Sempatung, Rabu.
Peran serta masyarakat untuk membantu personel TNI yang tergabung dalam satgas TMMD menunjukkan kemanunggalan TNI-Rakyat tetap terpelihara dengan baik. Disamping itu keikutsertaan personel Polri dalam satgas TMMD juga mencerminkan soliditas TNI dan Polri dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Prajurit TNI terlibat langsung dalam TMMD mendorong masyarakat untuk ikut aktif dalam setiap kegiatan yang dipelopori TNI AD.
"Sinergisitas yang baik antara TNI dan Pemkab Landak tentu harus diapresiasi, terlebih ibu bupati Landak ini bisa memanfaatkan program TMMD untuk meningkatkan kualitas infrastruktur yang ada, tentu hal ini sangat positif untuk pemkab dan masyarakat," katanya.
Achmad Supriyadi berharap, sinergisitas antara TNI dan pemkab Landak ini bisa terus berlanjut ke depan, untuk program pembangunan lainnya. Dirinya menyatakan, TNI akan selalu siap untuk mendukung program pembangunan yang dilakukan pemerintah, karena itu juga menjadi bagian dari tugas TNI, untuk operasi selain perang.
"Tugas Operasi Militer Selain Perang ini tentunya tidak kalah penting dari Operasi Militer untuk Perang, karena diperlukan jiwa rela berkorban serta semangat bergotong-royong. Untuk itu, bersama masyarakat dalam membangun daerah perkampungan yang hidupnya masih di bawah garis kemiskinan, perlu kita kembangkan," katanya.
Ditempat yang sama, Kepala Desa Sempatung, Timotius menyatakan sangat berterimakasih kepada Pemkab Landak dan TNI AD yang sudah memilih desa mereka sebagai pusat kegiatan TMMD ke-102 dibawah Kodim 1201/Mempawah.
Menurutnya, kehadiran TNI untuk membantu dan memberi semangat serta pengabdian yang tinggi dalam memajukan masyarakat di daerah Sempatung, tentu memberikan pengalaman berharga bagi masyarakat disana. TNI juga ingin melalui program ini, masyarakat dapat menikmati pembangunan secara merata sampai pelosok desa sekalipun, dan ini sudah terbukti," katanya.
Dirinya melihat sendiri, dalam program TMMD tersebut, antara masyarakat dan TNI bersatu padu melakukan proses pembangunan. Bahkan, ketika tidak bekerja, antara TNI dan masyarakat Sempatung bisa berbaur dan bersatu, membuktikan kedekatan TNI dengan masyarakat.
"Kami harapkan setelah kegiatan ini, ada kelanjutan untuk program lainnya sehingga, desa kami yang terpencil ini bisa semakin mandiri," tuturnya.
Bupati Landak, dr. Karolin Margret Natasa menyatakan, kegiatan TMMD yang dilakukan oleh TNI AD setiap tahunnya bukan hanya menjadi sekedar rutinitas, namun memiliki nilai lebih.
"Seperti kita tahu, setiap tahunya program TMMD ini dilaksanakan. Kami tidak ingin kegiatan TMMD hanya sebagai rutinitas, karena kita ingin membuktikan bahwa kegiatan ini bisa meningkatkan kemanunggalan, kekompakan, gotong royong antara TNI dan masyarakat serta pemerintah daerah," kata Karolin di Ngabang, Kamis.
Tujuan akhirnya, kata dia, bagaimana program TMMD ini bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah terisolir, seperti pada lokasi Desa Sempatung tersebut.
Menurutnya, lokasi kegiatan TMMD yang dilaksanakan di Landak tahun ini sangat istimewa, karena pelaksanaannya menjelang peringatan HUT RI ke-73 dimana lokasi tersebut juga menjadi bukti sejarah, TNI dan masyarakat bersama-sama membela batas negara kita dari Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak, Malaysia, di Bukit Brambang, Desa Sempatung, pada tahun 1966-1969.
Dengan demikian, kata Karolin, Desa Sempatung merupakan daerah pertahanan negara yang tentu harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah, karena di sana memiliki catatan sejarah tersendiri bagi bangsa ini.
"Sebagai pemerintah daerah kita tentu akan berupaya untuk memberikan perhatian pada pembangunan di daerah ini, salah satunya dengan memasukkan program TMMD ini, untuk meningkatkan infrastruktur yang ada di sini," kata Karolin.
Selain itu, kata Karolin, seperti di ketahui, bahwa program TMMD tersebut bukan hanya sebatas pembangunan infrastruktur karena di dalamnya juga terdapat kegiatan penyuuhan perkebunan, kamtibmas, kesehatan, pertanian dan Narkoba yang tentu sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Dia menambahkan, ke depan, Pemkab Landak akan membuka peluang kerjasama antara TNI dan pemkab, dalam pembangunan lainnya. Hal itu jelas bisa dilakukan karena sudah tertuang dalam peraturan perundang-undangan dimana dalam mewujudkan pembangunan, pemerintah daerah bisa bersinergi dengan TNI.
"Namun tentu saja semuanya akan kembali ke anggaran yang tersedia. Jika memang memungkinkan, tentu program seperti ini bisa kembali kita laksanakan," katanya.
Pihaknya akan membuat program prioritas dalam pembangunan dengan dana yang tersedia, dimana Landak saat ini memiliki 156 Desa dan lebih dari 80 desa yang ada masih masuk dalam desa tertinggal.
"Oleh karena itu, upaya-upaya yang kita lakukan ke depan adalah bagaimana kita bisa menjalin kerjasama dengan TNI dalam membuka keterisolasian daerah tertinggal dan mengentaskan kemiskinan di daerah tersebut. Harapan kita kedepan, infrastruktur, pendidikan dan ekonomi masyarakat di daerah terpencil bisa semakin baik," katanya.
Kepala Desa Sempatung, Timotius mengungkapkan, desa yang dipimpinnya saat ini pernah mencatatkan sejarah perjuangan masyarakat bersama TNI dalam menumpas Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak, Malaysia.
"Peristiwa tersebut terjadi di Bukit Brambang, Desa Sempatung, yang saat itu menjadi daerah pedalaman Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, tahun 1966-1969," kata Timotius di Sempatung, Rabu.
Timotius menceritakan, saat penumpasan PGRS tersebut, Bukit Brambang dihujani bom dan peluru karena menjadi salah satu lokasi pusat pertempuran. Hal itu dikarenakan, Desa Sempatung sangat dekat dengan perbatasan Indonesia-Malaysia.
"Jika kita naik di Dusun Kuningan, dari atas bukit kita bisa melihat cahaya lampu dari negara tetangga," katanya.
Dia kembali menceritakan, saat kejadian penumpasan PGRS tersebut, karena gerakan tersebut diduga menganut paham Komunis dan saat itu harus diberantas.
"Masyarakat kami saat itu, dimana ayah saya juga terlibat dalam pertempuran, bersatu bersama TNI dalam penumpasan PGRS. TNI juga membuat markas di permukiman warga di Dusun Kuningan, dusun paling ujung di Desa Sempatung ini," katanya.
Akibat peristiwa tersebut, cukup banyak masyarakat dan pasukan TNI yang gugur. Nama mereka pun diabadikan masyarakat pada sebuah batu yang terletak di tengah Dusun Kuningan.
Saat pertempuran itu, kata dia, warga Desa Sempatung membantu TNI untuk menunjukan medan, mengingat pasukan TNI yang ada tidak mengenal wilayah tersebut. Namun, tak jarang juga masyarakat ikut bertempur dan membunuh PGRS dengan berbekalkan senjata tradisional.
Menurutnya, apa yang dilakukan pendahulunya tersebt merupakan bentuk kecintaan masyarakat terhadap NKRI, demi mempertahankan kedaulatan negara.
"Tahun ini, masyarakat Sempatung kembali berjuang bersama TNI AD dalam program TMMD, dimana bisa kita lihat masyarakat sangat kompak dan membantu penuntasan program tersebut. Setidaknya, ini mengulang kembali sejarah masa lalu dan momen ini menjadi sangat berharga bagi kami," kata Timotius.