Jakarta (Antaranews Kalbar) - Salah satu cara mendeteksi anak terkena stunting adalah melalui pemantauan berat badannya terutama hingga usianya 2 tahun. Penurunan berat badan merupakan salah satu risiko terjadinya stunting.
"Mencegah stunting dengan deteksi dini gagal tumbuh kalau berat badan mulai turun. Kalau diteruskan bisa menjadi stunting," ujar dokter spesialis anak, nutrisi dan penyakit metabolik dari RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dalam diskusi media bertajuk "MilkVersation" di Jakarta, Rabu.
Bila anak di masa awal kehidupannya mengalami penurunan berat badan, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan penyebabnya. Bisa jadi, ada masalah dalam jumlah asupan nutrisinya dan hal lainnya.
Damayanti mengatakan, kekurangan nutrisi, meskipun belum menyebabkan berat badan anak turun, itu sudah menurunkan IQ-nya sampai tiga poin. Bila nutrisi tak juga tercukupi, hormon pertumbuhan anak bisa terganggu dan anak berhenti tumbuh.
Baca juga: Angka kemiskinan naik picu stunting
"Jangka pendek ada hambatan perkembangan, gangguan fungsi kekebalan tubuh, gangguan sistem pembakaran lemak yang akibatnya bisa jadi obesitas. Obesitas bisa berakhir dengan penyakit degeneratif. Bayi sampai usia dua tahun tidak boleh kurang gizi," kata dia.
Agar stunting tidak terjadi, perbaikilah asupan nutrisi anak yang cukup, lengkap dan seimbang, terutama protein hewani. Selain itu, pastikan tidak ada penyakit penyerta yang meningkatkan kebutuhan nutrisi seperti ISPA, diare, dan penyakit jantung bawaan.
"Pastikan bayi aktif, deep sleep pada pukul 23.00-2.00 setiap hari. Pantau dengan melakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, sebulan sekali. Segera rujuk ke dokter jika terjadi penurunan berat badan," saran Damayanti.
Stunting bagian dari perawakan pendek, disebabkan kondisi kesehatan atau nutrisi suboptimal terutama kualitas dan kuantitas asupan makanan yang salah.